Bab 5 Mamanya Kok Gitu Ya ???

   Dari pagi aku hanya mondar -mandir  di ruang keluarga, Papa pun yang melihatnya sampai bingung.”kamu kenapa Rin? Papa perhatikan sudah lebih dari sepuluh kali mondar-mandir, buat papa tidak fokus untuk liat berita di televisi.” Papa protes padaku.

    “Pa, Sigit ulang tahun. Rina belum belikan kado.” Ujarku dan duduk di sebelah papa. “Owalah Rin, Rin. Papa pikir ada masalah apa.” Papaku langsung mengacak acak rambutku karena kesalnya.

    Bukan masalah kado sebenarnya , tapi aku malu bertemu dengan teman teman yang lainnya. Pastinya jadi omongan mereka dan Bersiap untuk di builying. Kemarin aku marah sama Sigit, saat ia cuek dan Mantannya mendekatinya. Sekarang aku jadi malu di saat Sigit mengeskposnya di media sosialnya dan semua orang tahu. Sebenarnya mauku apa ya ?

    Kemudian papa mengeluarkan dari dompetnya beberapa uang lembaran berwarna merah.”Kamu belikan

kado untuk nak Sigit sana, salam untuk Sigit dari Papa.” Papa langsung menepuk pundakku dikarenakan aku melamun. “Kurang uangnya untuk beli kado, kenapa melamun?” Papa bertanya Kembali.

    “Siap pa, Cukup uangnya pah. makasih ya pa.Papa memang terbaik.” Aku pun langsung memeluk papa. Walaupun aku sudah besar, aku tidak malu untuk memeluk papa, karena terasa nyaman sekali apalagi kalau aku ada masalah langsung plong rasanya.

    Aku membongkar isi lemariku, mencari baju berwarna hijau tosca. Ternyata ada 3 gamis yang berwana hijau tosca. “ Kok, kostumnya hijau tosca ya? Apa Sigit warna kesukaannya sama denganku ?” Pikirku dalam hati.

    Aku pun langsung mencoba ketiga gamis hijau tosca tersebut, dengan melihat di kaca kira -kira cocok ga sih. “Ada yang salting nih, Sigit Ulang tahun.” Tiba-tiba mama sudah di belakangku. Kagetnya aku dan malu karena ketahuan lagi cari baju bahkan baju di lemari aku bongkar.

    “Mama buat Rina kaget,” Aku tersenyum malu dengan mama. Mama pun memberikan saran untuk gamis yang aku pakai, aku pun mengiyakan dan memakai gamis pilihan mama.

    Aku sudah rapih, dan Bersiap untuk membeli kado di mall terdekat. Sebelumnya aku sudah janjian dengan Ira untuk menemaniku ke mall untuk membeli kado dan barengan ke rumah Sigit. Aku malu sekali rasanya ke rumah Sigit sendirian.

    “Ra, aku otw mall nih, aku diantar papaku. Tunggu aku di pintu masuk mall ya.” Terkirim pesan kepada Ira melalui aplikasi hijau. “Aku juga otw nih, siipp Rin.” Balasan pesan dari Ira.

    Aku dan Ira berkeliling mall untuk membeli kado untuk Sigit. Aku belikan Sigit Kaos sedangkan Ira membeli dompet. Hampir 1 jam kami berkeliling, kami putuskan untuk makan dahulu kemudian solat dzuhur di mushola mall setelah itu ke rumah Sigit. Alhamdulillah, Ahmad pacarnya Ira akan menjemput kami dengan mobilnya.Ahmad dan Ira juga pengurus Osis jadi mereka diundang lebih awal untuk membantu Sigit

merapihkan rumahnya.

    Setelah Selesai, saatnya ke rumah Sigit. Kita menunggunya di depan mall , agar Ahmad tidak repot dan masuk ke dalam mall. “Assalamualaikum, Ahmad kamu udah dimana nih?Aku dan Rina sudah menunggu di depan mall?cepetan dong panas nih!” Cerocosnya Ira saat menelpon Ahmad.

    “Iya nih, sudah di jalan sekitar 5 menit lagi sampai. Sabar dong Ra.” Jawabnya Ahmad pada Ira. Ira pun karena kesal langsung mematikan hpnya.

    “Kok, telponnya langsung dimatikan Ra?” Tanyaku pada Ira. Ia pun hanya cemberut saja sambil menghabiskan minuman dinginnya. “Ra, jangan gitu loh, nanti Ahmadnya berpaling sama  yang lain gara-gara kamu galak kayak macan.” Ujarku dengan menakutinya.

    Ira pun langsung tersedak mendnegar omonganku, “Ih Rin, kamu doain aku putus.”Sewotnya Ira padaku. Aku hanya tertawa saja melihat Tingkah lakunya.

    Tak lama terdengar suara klakson “tin..tin…Tin.” Kita berdua pun kaget dengan kompaknya “Astagfirullah Ahmad.” Ia pun membuka kaca mobilnya “Silakan masuk tuan putri!”

    Aku pun membuka pintu mobilnya “lebay sekali kamu Ahmad, kalau kita jantungan kamu tanggung jawab.”Omelku. Ira yang duduk di depan masih diam tak bersuara, jaim sekali Ira ini ya pikirku."

    "Maaf..maaf , tadi kalian suruh cepetan udah cepetan eh masih dimarahi juga.” Balas Ahmad sedikit mengomel sambil melirik Ira di sebelahnya. “Rin, kamu jadi buah bibir di grup Osis tahu, bahkan semua guru berkomentar kamu dan Sigit.”Sigit pun mulai bercerita.

    “Oh Iya, biarkan saja.” Jawabku dengan santai. Ahmad pun langsung memalingkan mukanya kepadaku, mencari kebenaran padaku segitu PD-nya kah Rina. “hahaha…padahal aku grogi sekali.” Batinku berkata.

    Jarak rumah Sigit lumayan jauh, Rumahnya lebih dekat dengan sekolah. Jadi membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Aku, Ira dan Ahmad hanya diam membisu. Mendengarkan lagu yang terdengar dari grup band Dewa 19 yaitu Roman Picisan.

Tatap matamu Bagai busur panah

Yang kau lepaskan ke jantung hatiku

Meski kau simpan cintamu masih

Tetap nafasmu wangi hiasi suasana

    Mungkin lagu ini gambaran dari kita bertiga tentang perasaan masing -masing kepada orang yang kita sayangi. Aku pun mendengar lagu tersebut, terbayang-bayang saat Sigit memakaikan helm dan melepaskan Kembali helm tersebut.

    “Alhamdulillah kita sampai.” Ujar Ahmad. Aku dan Ira belum merespon apapun. “Kalian tidak ada

yang mau turun?”  Ahmad bingung dengan kita berdua.”Ira, Ira sayang jangan marah dong. Aku minta maaf ya sudah salah.”Ahmad pun mulai mengeluarkan gombalannya.

    “Hem..hem..masih ada orang kali,” aku langsung membuka pintu mobil. Ira pun tersipu malu setelah

aku meledeknya.

   “Ira, aku ragu masuk ke rumah Sigit. Aku pulang aja ya .” Timbul keraguanku. Ira langsung menarik tanganku dan masuk ke dalam rumah Sigit. Tampak dari luar sudah terpasang full tenda dan karpet. Bahkan saat kami baru sampai sudah sudah terdengar suara sound system seperti orang punya hajat saja. Terlihat tidak ada hiasan sama sekali di rumah tersebut, layaknya seperti ulang tahun pada umumnya apalagi ini moment spesial 17 tahun.

     “Assalamualaikum. Bro kalian sudah disini?” Ahmad mengucapkan salam dan langsung menegur teman pengurus Osis lainnya. Akub pun masih berpegang tangan dengan Ira, tanganku sudah terasa dingin sekali. Ira paham sekali, ia pun langsung menenangkan.

    Tak lama keluar Sigit dari dalam rumah, tampak ia memakai bajo koko putih, sarung dan peci lengkap sekali. Aku pun jadi bingung melihatnya, “Kok ultah pakai koko ya?” pikirku dalam hati.

    “Assalamualaikum, Rin baru sampai ?” Sigit bertanya, ia senang sekali melihatku sampai di rumahnya. “ Aku pun hanya diam, masih bingung dengan semua ini. “ Waalaikumsalam, Ia Git aku Rina dan Ahmad barengan perginya.” Ira langsung menyela. Ira tahu aku masih sangatlah grogi.

    “Ayuk masuk, aku kenalkan sama Orang tuaku dan kedua adikku.” Sigit langsung menarik tanganku tanpa aba-aba. Ira pun kaget, awalnya mau marah, tapi aku langsung memegang tangan Ira sebagai kode jangan lakukan itu.

    Saat aku memasuki rumah, ternyata sudah banyak pengurus Osis yang perempuan sedang memasukkan kue ke dalam kotak. Mereka pun langsung melihatku dan mulai membicarakan aku. Sepertinya mereka tidak suka , pikirku. Aku dan santai berjalan di depan pengurus osis tersebut.

    Sigit mengajakku ke halaman belakang untuk ketemu bapaknya, “ Pak, ini Rina yang Sigit pernah ceritakan.” Sigit memperkenalkan aku dengan bapaknya. Aku pun langsung menyalami tangan bapaknya Sigit dengan takdzim.

    “Sigit, Rina sudah makan apa belum ? ajak makan dulu sana!” Tanya bapaknya. Aku pun langsung menjawabnya “Saya masih kenyang pak, terima kasih.”

    Tak lama Sigit mengajakku ke kamar adik yang perempuan, saat ini berusia 15 tahun kelas IX SMP dan sebentar lagi lulus. “Rin, ini adikku Sinta.” Diperkenalkannya aku kepada adiknya.

    “Oh ini yang Abang Sigit sering ceritakan ya, Aku Sinta Mpok.” Sinta pun langsung bersalaman padaku. Aku pun langsung membalas uluran tangannya. “Rin, kamu disini ngobrol sama Sinta ya, aku tinggal dulu.”

    Sinta anak yang periang\, ia pun cerita tentang keluarganya. Mereka memang asli B*t*wi jadi wajarnya saja kalau ia memanggilku dengan sebutan mpok. Bapaknya  Sigit salah seorang ustadz yang terpandang di kampungnya sedangkan ibunya adalah guru mengaji. Sigit memiliki adik yang satu perempuan Bernama Sinta kelas IX SMP dan yang satu lagi perempuan juga  Bernama Siti sekarang berusia 12 tahun kelas VI SD.

    Sinta pun bercerita\, kalau semua rumah di sekitar rumahnya itu adalah saudaranya\, maklumlah SIgit Asli B*t*wi jadi wajar saja apabila satu kampung saudaranya semua. Sinta pun bercerita\, kalau dulu saat kelas X Sigit itu dikejar -kejar oleh Dewi \, bahkan Dewi sering ke rumahnya tapi abangnya cuek sekali dan tidak mau menemuninya.

    Ternyata Dewi juga asli B*t*wi dan rumahnya  di kampung sebelah. Orang tua Dewi dan Sigit ternyata berteman karena sama-sama seorang ustadz juga\, dulu mereka satu pesantren.

    Aku jadi tahu semuanya dari Sinta, Oh ternyata selama ini sebanarnya Dewi yang suka sama Sigit, karena orang tuanya berteman Sigit menerima Dewi. Ada perasaan yang kurang nyaman sebenarnya di rumah Sigit, apa karena berbeda kebiasaan ya?

    “Mpok..mpok ..Mpok Rina kok melamun?” tanya Sinta dengan memegang tanganku .” Iya ..Iya Sinta.” Aku pun gelagapan karena kaget. “Mpok lapar ya?Kok diam?” Sinta tanya Kembali. Aku pun langsung tersenyum. Dan kemudian kita saling bercerita, bahkan Sinta bercerita kalau ia suda punya pacar . what??

    Di saat kita sedang bercerita seru, ternyata ibunya masuk ke dalam kamar. Aku pun langsung terdiam, di saat aku ingin menyalami tangannya tapi diabaikan. “Bu, ini mpok Rina pacarnya abang Sigit.” Sinta mulai membelaku.

    Dengan kagetnya aku di saat ibunya berkata “Kok jadi anak perempuan malas, diluar sedang repotnya malah asyik di dalam kamar.” Tampak mukanya marah dan tidak suka, ibunya pun langsung keluar kamar.

    Sinta langsung menggenggam tanganku, “jangan dimasukin di hati ya mpok, ibu emang gitu sukanye marah mulu.” Sinta pun langsung mengajakku keluar. Rasanya air mata ini sudah hampir menetes tapi aku menahannya, malu rasanya kalau menangis di rumah orang apalagi ini hari Spesialnya Sigit.

   Tak lama terdengar adzan Ashar, aku pun langsung mencari Ira untuk solat Ashar. Ternyata ira asyik ngobrol sama Ahmad dan yang lainnya. Aku pun langsung menarik tangan Ira “Ra, kita solat Ashar di masjid yuk,”Pintaku sama Ira.

    “Kamu kenapa Rin, kok mukamu kayak mau nangis?” Ira penasaran sekali. Aku pun hanya tersenyum tanpa berkata apapun.

   Sinta pun memanggilku dari belakang “Mpok Rina mau solat Ashar ya? Solat di kamarku saja Mpok sudah aye siapin mukenanya!” pintanya Sinta.

    “Duh akrabnya sama adik ipar.” Celetuk Ira. Aku pun langsung menyenggolnya.  Sebenarnya aku sudah tidak nyaman di rumah Sigit, dengan terpaksa aku terima tawaran Sinta untuk solat Ashar di kamarnya. Aku pun langsung menarik tangannya Ira untuk ikut denganku. Tampak Dewi memperhatikan kami, terserah aku pasang muka cuek .

    Ira pun solat Ashar terlebih dahulu, setelah itu lanjut aku yang solat. Saat aku sedang solat Sigit ternyata masuk ke dalam kamar adiknya dan menunggu aku selesai solat Ashar. Saat aku selesai berdoa, saat berbalik badan dan ingin melipat mukena. Sigit pun langsung menghampiriku dan duduk di sebelahku.

    “Maafin ibu ya Rin, jangan marah ya.” Pinta Sigit. Aku hanya tersenyum “Barakallah fii umrik ya Git, ini kado dari aku. Salam dari papa dan mama.” Aku langsung mengambil kado yang tersimpan di dalam tas. Sigit pun langsung mengelus kepalaku dan berlalu pergi keluar dari kamar. Pastinya tidak enak apabila berlama lama di dalam kamar walaupun ada Ira.

    “Kenapa Rin? Are you okay?” tanyanya langsung memelukku. “I am okay Ra.” Jawabku. Setelah merapihkan mukena, aku pun langsung ke halaman tempat acara berlangsung. Ternyata hampir semua temanku sudah hadir, Pembina osis, bahkan tamu yang tidak aku kenal tapi usianya seumuranku.

    Aku duduk sebelah Ira, tidak ada yang kuucapkan. Hanya menyimak acara ini dimulai dari tahlil, doa dan tausiah dari seorang ustadz yang cukup terkenal dan sering ada di televisi. Setelah itu acara makan-makan secara prasmanan.

    Setelah selesai makan “Ra, aku pulangnya bareng sama kamu dan Ahmad ya?” pintaku . Ira pun langsung heran “yakin kamu Rin, Sigit tidak antar kamu pulang?”Tanyanya.

    “Ia lagi repot rin, mana mungkin aku mengantar aku lagipula masih banyak tamu.” Aku pu  merengeknya.  Akhirnya Ira pun menyetujuinya, sedangkan Ahmad diam tanpa berkomentar.

   Kita bertiga pun berpamitan, mulanya berpamitan pada bapaknya Sigit. Beliau sungguh ramah bahkan menyapaku “Rna, lain kali main lagi ya.” Aku pun langsung mengucapkan salam.

    Disaat aku melihat ibunya tampak ragu sekali, untunglah Sigit mengahmpiri ibunya. “ Ibu, Sigit Rina pulang dahulu.”Aku pun langsung berpamitan. Dengan rasa takut, aku menyalami tangan ibunya, alhamdulillah ibunya mau menerima. Mungkin karena disana ada Sigit.

    Aku pun tak menyapa Sigit, langsung berlalu pergi menuju mobil Ahmad. Sigit pun langsung menghampiri dengan memegang tanganku. “Kok pulang?  Sebentar aku antar, kamu marah?” Sigit langsung membalikkan badanku agar langsung berhadapan dengannya.

    “Tahan rin.. Tahan rin jangan nangis,”hatiku menguatkan. “Kamu kan masih repot dan banyak tamu Git.Aku bareng Ira saja, lagipula mama setelah magrib minta tolong untuk antar ke toko kue.” Ucapku dengan berbohong.

    Aku pun langsung melepaskan tangan Sigit, dan langsung ke dalam mobil. Ira dan Ahmad hanya terheran-heran melihat aku dan Sigit. Selama di mobil kita bertiga terdiam entah apa yang dipikirkan oleh masing-masing.

Episodes
1 Bab 1 Cinta Pertama
2 Bab 2 Kompaknya Papa dan SIgit
3 Bab 3 Mantannya Masih Menyimpan Perasaan
4 Bab 4 Semua Orang Tahu
5 Bab 5 Mamanya Kok Gitu Ya ???
6 Bab 6 Guruku Menentang Hubungan Kami
7 Bab 7 Tunangan Versi Anak Sekolah
8 Bab 8 Maaf Kita Putus Saja
9 Bab 9 Awal Mula Kebencian Abadi
10 Bab 10 Selalu Menghantui
11 Bab 11 Berakhir Dengan kemarahan Papa
12 Bab 12 Move On dan Gagal Itu sakit
13 Bab 13 Keputusanku Membuat Semua Orang Kecewa ... Maaf
14 Bab 14 Welcome, Kampus Baru
15 Bab 15 Oh,Ternyata Kamu Menyukaiku dari Semenjak di MAN
16 Bab 16 Reuni Akbar
17 Bab 17 Permintaan Maaf Sigit
18 Bab 19 calon Suami, Maaf Anda Siapa ya?
19 Bab 19 Benar-Benar Menyebalkan, Ini Ujian
20 Bab 20 Rina Maafkan Aku
21 Bab 21 Permintaan Rina
22 Bab 22 Terungkap kebenarannya, Ternyata Ia menikahi Orang Lain
23 Bab 23 Amarah Papa yang Tidak terbendung
24 Bab 24 Aku Korban Cintanya Bukan Pelakor
25 Bab 25 Papa Mengungsikan Aku Ke Kampung Halaman
26 Bab 26 Air Mata Rina
27 Bab 27 Serius … Kamu Dosen Saya ?
28 Bab 28 Dosen Ini Sangat menyebalkan Sekali
29 Bab 29 Pacar Pura-Pura
30 Bab 30 Gosip Dosen Populer
31 Bab 31 Drama Nasi Goreng
32 Bab 32 Akibat Nasi Goreng
33 Bab 33 Perjanjian Rahasia
34 Bab 34 Ada Apa Dengan Dosen Menyebalkan?
35 Bab 35 Rencana Bayu
36 Bab 36 Permainan Baru Dimulai
37 Bab 37 Pengakuan Jujur Rina
38 Bab 38 Papa, Maafkan Rina
39 Bab 39 Akibat Membohongi Papa
40 Bab 40 Restu Papa
41 Bab 41 Hubungan Pak Bayu Dengan Rina Terbongkar
42 Bab 42 Sikap Mama
43 Bab 43 Adrian Mualaf
44 Bab 43 Jangan Tinggalkan Rina, Kak Bayu
45 Bab 45 Kak Bayu, ini Kak Adrian
46 Bab 46, Akhirnya Sigit Menikah
47 Bab 47 Orang Tua Kak Bayu
48 Bab 48 Surprise
49 Bab 49 Surprise Part 2
50 Bab 50 Pernikahan Sigit
51 Bab 51 Semua orang penasaran
52 Bab 52 Ya, Aku mau
53 Bab 53 Calon Mertuaku, Penyayang
54 Bab 54 Pengumuman … Pengumuman.
55 Bab 55 Akhirnya Papa Merestui
56 Bab 56 Ternyata Dirinya
57 Bab 57 Perang Hati
58 Bab 58 Perang Hati Part 2
59 Bab 59 Serba Salah
60 Bab 60 Papa Galau
61 Bab 61 Ada apa ini?
62 Bab 62 Rina Dilamar
63 Bab 63 Lamaran Part 1
64 Bab 64 Lamaran Part 2
65 Bab 65 Lamaran Part 3
66 Bab 66 Ujian Sebelum Nikah Part 1
67 Bab 67 Ujian Sebelum Nikah Part 2
68 Bab 68 Ujian Sebelum Nikah Part 3
69 Bab 69 Semuanya kacau
70 Bab 70 Maaf
71 Bab 71 Permintaan Rina
72 Bab 72 Ketakutan Bayu
73 Bab 73 Hari – Hari Terasa Berat
74 Bab 74 Masa Lalunya Datang Kembali.
75 Bab 75 Ternyata Dia
76 Bab 76 Itu Mantan Terindah Part 1
77 Bab 77 Itu Mantan Terindah Part 2
78 Bab 78 Meminta Izin
79 Bab 79 Nikah Siri
80 Bab 80 Malam Pertama Tertunda
81 Bab 81 Ikhlas
82 Bab 82 Surprise … Resepsi Pernikahan
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Cinta Pertama
2
Bab 2 Kompaknya Papa dan SIgit
3
Bab 3 Mantannya Masih Menyimpan Perasaan
4
Bab 4 Semua Orang Tahu
5
Bab 5 Mamanya Kok Gitu Ya ???
6
Bab 6 Guruku Menentang Hubungan Kami
7
Bab 7 Tunangan Versi Anak Sekolah
8
Bab 8 Maaf Kita Putus Saja
9
Bab 9 Awal Mula Kebencian Abadi
10
Bab 10 Selalu Menghantui
11
Bab 11 Berakhir Dengan kemarahan Papa
12
Bab 12 Move On dan Gagal Itu sakit
13
Bab 13 Keputusanku Membuat Semua Orang Kecewa ... Maaf
14
Bab 14 Welcome, Kampus Baru
15
Bab 15 Oh,Ternyata Kamu Menyukaiku dari Semenjak di MAN
16
Bab 16 Reuni Akbar
17
Bab 17 Permintaan Maaf Sigit
18
Bab 19 calon Suami, Maaf Anda Siapa ya?
19
Bab 19 Benar-Benar Menyebalkan, Ini Ujian
20
Bab 20 Rina Maafkan Aku
21
Bab 21 Permintaan Rina
22
Bab 22 Terungkap kebenarannya, Ternyata Ia menikahi Orang Lain
23
Bab 23 Amarah Papa yang Tidak terbendung
24
Bab 24 Aku Korban Cintanya Bukan Pelakor
25
Bab 25 Papa Mengungsikan Aku Ke Kampung Halaman
26
Bab 26 Air Mata Rina
27
Bab 27 Serius … Kamu Dosen Saya ?
28
Bab 28 Dosen Ini Sangat menyebalkan Sekali
29
Bab 29 Pacar Pura-Pura
30
Bab 30 Gosip Dosen Populer
31
Bab 31 Drama Nasi Goreng
32
Bab 32 Akibat Nasi Goreng
33
Bab 33 Perjanjian Rahasia
34
Bab 34 Ada Apa Dengan Dosen Menyebalkan?
35
Bab 35 Rencana Bayu
36
Bab 36 Permainan Baru Dimulai
37
Bab 37 Pengakuan Jujur Rina
38
Bab 38 Papa, Maafkan Rina
39
Bab 39 Akibat Membohongi Papa
40
Bab 40 Restu Papa
41
Bab 41 Hubungan Pak Bayu Dengan Rina Terbongkar
42
Bab 42 Sikap Mama
43
Bab 43 Adrian Mualaf
44
Bab 43 Jangan Tinggalkan Rina, Kak Bayu
45
Bab 45 Kak Bayu, ini Kak Adrian
46
Bab 46, Akhirnya Sigit Menikah
47
Bab 47 Orang Tua Kak Bayu
48
Bab 48 Surprise
49
Bab 49 Surprise Part 2
50
Bab 50 Pernikahan Sigit
51
Bab 51 Semua orang penasaran
52
Bab 52 Ya, Aku mau
53
Bab 53 Calon Mertuaku, Penyayang
54
Bab 54 Pengumuman … Pengumuman.
55
Bab 55 Akhirnya Papa Merestui
56
Bab 56 Ternyata Dirinya
57
Bab 57 Perang Hati
58
Bab 58 Perang Hati Part 2
59
Bab 59 Serba Salah
60
Bab 60 Papa Galau
61
Bab 61 Ada apa ini?
62
Bab 62 Rina Dilamar
63
Bab 63 Lamaran Part 1
64
Bab 64 Lamaran Part 2
65
Bab 65 Lamaran Part 3
66
Bab 66 Ujian Sebelum Nikah Part 1
67
Bab 67 Ujian Sebelum Nikah Part 2
68
Bab 68 Ujian Sebelum Nikah Part 3
69
Bab 69 Semuanya kacau
70
Bab 70 Maaf
71
Bab 71 Permintaan Rina
72
Bab 72 Ketakutan Bayu
73
Bab 73 Hari – Hari Terasa Berat
74
Bab 74 Masa Lalunya Datang Kembali.
75
Bab 75 Ternyata Dia
76
Bab 76 Itu Mantan Terindah Part 1
77
Bab 77 Itu Mantan Terindah Part 2
78
Bab 78 Meminta Izin
79
Bab 79 Nikah Siri
80
Bab 80 Malam Pertama Tertunda
81
Bab 81 Ikhlas
82
Bab 82 Surprise … Resepsi Pernikahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!