“Assalamualaikum… Assalamualaikum.” Terdengar ada yang mengucapkan salam di pintu rumah dengan
mengetuk pintu. Kamarku berada di depan , apabila ada tamu yang mengucapkan salam baik di pintu rumah akan terdengar dengan jelas. Aku pun langsung merapikan jilbabku dan bajuku sebelum keluar kamar. Saat membuka pintu, betapa kagetnya dengan perasaan yang tak karuan. “Walaikumsalam, iya sebentar.” Terbukalah pintu rumah, karena kaget aku langsung berteriak “Sigit, kok tahu rumahku?”
Ibu pun dari dalam kamar langsung keluar untuk melihat siapakah tamu yang datang. Hari ini adalah hari Minggu, biasanya setiap minggu pagi setelah olahraga kami sekeluarga bersantai dengan caranya masing-masing. “Rin, siapa yang datang ? apakah om Adi, tadi ia telpon akan ke rumah dengan anak istrinya .” Ibu pun
bingung, karena ada anak laki-laki sendirian bertamu ke rumah dan ternyata bukan om Adi tamunya.
“Bu, kenalkan ini Sigit teman sekolahku.” Aku memperkenalkan Sigit kepada Ibuku.
Sigit langsung mencium tangan ibuku dan berkata “Bu, saya Sigit temannya
Rina.Mohon maaaf yang bu sudah ganggu waktu Rina di Minggu pagi ini.” Begitu
sopannya Sigit memperkenalkan diri.
Ibu pun langsung mempersilakan Sigit masuk ke dalam rumah. “Rin, nak Sigitnya diajak masuk kenapa masih di depan pintu kurang baik Rin!” Langsung Sigit kupersilakan masuk ke dalam rumah. Ibu pun berujar” Saya ibunya Rina, Oh ya papanya Rina ada di dalam kamar sebentar Ibu panggil.” Saat ibu menuju ke kamar, ibu mengingatkan untuk menyiapan minuman untuk Sigit. “Sigit mau minum apa?” pertanyaanku pada Sigit. Ia pun menjawabnya sambal tersenyum “ Apa saja Rin, minuman buatan kamu pasti enak.” Kagetnya mendengar gombalannya sudah seperti pencinta Wanita saja.
Saat menyiapan minuman untuk Sigit, papa langsung menemui Sigit di ruang tamu. Maklum saja , sebagai anak tunggal orang tuaku sangatlah over protektif. Tujuan orang tua baik, ingin anaknya terhindar dari hal yang kurang baik serta mendapatkan jodoh terbaik Papa ada -ada saja sudah seperti mencari calon mantu.
Saat aku Kembali ke ruang tamu tampak papa sedang berbicara dengan Sigit disertai dengan tertawa entah apa yang dibicarakannya. Aku pun langsung meletakkan minuman di atas meja beserta cemilannya. Di saat aku hendak pergi dari ruang tamu, papa memanggilku “ Rin, tolong temani nak Sigit. Atasan papa telpon
sepertinya ada yang penting.” Aku pun langsung balik dan duduk di kursi , terasa kursi ini terasa panas dan rasanya keringat ini bercucuran seperti orang yang berlari sekian kilometer.
Setelah sekian lama terdiam dan hanya saling menatap, tiba-tiba saja terdengar orang yang mengucapkan salam dari depan rumah. Suaranya sepertinya Om Adi “Gawat ini, aku bisa diledek sama om Adi.” Mungkin Sigit melihatku tak nyaman dan rasa takut akhirnya ia pun bersuara.” Rin, aku pamit ya. Maaf ya sudah ganggu waktu liburan kamu.” Aku tidak menjawabnya hanya tersenyum saja. “ Rin, tolong panggilkan orang tuamu ya, aku mau pamit pulang
Sigit pun langsung berpamitan kepada kedua Orang tuaku.” Om dan tante , Terima kasih atas jamuannya, saya pulang dahulu.” Sigit pun langsung mencium tangan kedua orang tuaku. “ Iya nak Sigit, lain kali temani om untuk main catur ya .”Ujar papaku. “Siap om, Assalamualaikum.” Sigit pun menjawab permintaan papa. Aku pun mengantar Sigit sampai di pintu pagar rumah. Aku pun kaget, saat Sigit juga berpamitan kepada Om Adi dan tante Mirna. Saat Sigit hendak pergi ia mengutarakan gombalannya “Jangan Marah ya
cantik, saya ke rumahmu tanpa izin terlebih dahulu.” Aku pun langsung menyindirnya dengan mengucapkan “ Waailakumsalam ya Git, terima kasih.” Aku pun langsung masuk ke dalam rumah dan menghiraukan teriakan salam dari Sigit.
Semenjak Sigit ke rumah, ia tampak perhatian sekali. Ia sering membawakan sarapan sekolah atau hanya sekedar mentraktir bakso setelah pulang sekolah. Aku pun bersikap biasa saja atas sikap dan perilakunya, aku menganggapnya itu sudah berlebihan pastinya itu semuanya membuat teman di sekolahku menjadi bahan gossip apalagi ia Ketua Osis.
Hari Jum’at ini lelah sekali, tugas yang banyak belum lagi harus mempersiapkan lomba karya ilmiah tentunya menyita waktu pemikiran dan tenaga. “Rin, muka kamu kok pucat ya.” Sigit menghampiriku dan bertanya. Aku pun cuek dan mengabaikannya, rasanya ingin cepat pulang dan istirahat rebahan di rumah. “Rin, aku antar pulang ya?” ia menghampiriku dengan motornya. “ Tidak perlu, saya sudah pesan ojek di aplikasi.” Abang ojek online pun datang “ Mba Rina ya?” Abang gojek bertanya. “ Iya bang.” Aku pun langsung memakai helm yang diberikan abang gojek padaku.
Selama di ojek, mata ini sudah sangatlah ngantuk aku berusaha menahannya takutnya nanti terjatuh dari motor. “Mba Rina, temannya mengikuti kita tuh, pacarnya ya ?”Abang gojek pun bertanya kepadaku. Aku pun langsung menengok ke belakang, Masyaallah Sigit mengikutiku ternyata. “ Biarin aja bang, abang ini kepo sekali . Ia teman sekolah saya bang.”Ucapkku pada tukang ojek.
Tak lama sampailah aku di rumah, Sigit pun langsung memakirkan motornya di halaman rumahku. Harus berhati-hati dalam memakirkan motor dikarenakan perumahan di daerah rumahku sering sekali kemalingan. “ Ayuk masuk Git.” Malas sekali aku mengajaknya masuk.
Sampai di rumah sekitar pukul 17.00, jadi orang tuaku sudah pulang ke rumah, terkadang jam pulang anak sekolah melebihi jam kantoran kedua orang tuaku. “ Yakin , kamu mengizinkan aku masuk?” Sigit pun penasaran, mencari kebenaran dengan melihat ke arahku. Papaku pun keluar rumah untuk mengecek siapa yang datang.”Oh nak Sigit, masuk. Rin kenapa Sigit tidak kamu ajak masuk?” Kesal sekali, setelah mencium tangan papa aku pun langsung masuk ke dalam rumah serta mengabaikan Sigit.
Sepertinya aku demam, masuk ke kamar aku langsung tepar tak berdaya. Mata ini langsung tertidur , pikirku ada papa yang akan menemani Sigit. Terdengar sayup Adzan Magrib berkumandang mata ini masih berat untuk membukanya tapi harus bangun. aku pun langsung keluar kamar untuk mengecek Sigit apakah sudah pulang ataupun belum. Terlihat di ruang tamu ada permainan catur. Aku pun melihat ke mushola rumah, tampak Papa dan Sigit pun sudah Bersiap menuju mushola yang ada di pojok rumah untuk solat berjamaah. mama pun langsung mengelusku’ Rin, muka kamu pucat sekali? Rina sakit?” mama langsung memegang keningku untuk mengeceknya. “Kayaknya Rina masuk angin ma.” Dengan suara yang lemas aku menjawab pertanyaan mama. “ Bersihkan badanmu dengan dilap saja, tak perlu mandi. Mama Solat magrib
berjamaah dahulu, Papa dan nak Sigit sudah menunggu.” Aku pun mengangguknya dan langsung masuk ke dalam kamar.
Setelah selesai solat Magrib, aku pun langsung keluar dari kamar untuk menemui Sigit. Tampak Papa dan Sigit masih bermain catur. Mereka berdua senang sekali terkadang tertawa. Dalam hatiku berkata “ Kompak sekali papa dan Sigit.”
Tak lama, mama memanggilku papa dan Sigit untuk makan malam Bersama dengan menu special makanan kesukanaanku. Selama makan malam Bersama ini, papa pun mengobrol dengan Sigit bahkan mereka sudah janjian untuk meneruskan permainan catur yang belum selesai.
Setelah makan malam Sigit berpamitan kepada kedua orang tuaku , waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 sudah malam pastinya orang tua Sigit khawatir. Aku pun mengantarnya sampai pintu pagar rumah.” Rin, kamu marah ya aku mengikuti kamu sampai rumah dan pulang sampai malam.Jangan marah ya Rin Aku minta maaf ” Sigit bertanya kepadaku.” Tidak aku tidak marah, terima kasih atas perhatianmu ya Git, aku hanya tidak enak badan. Maaf ya aku sudah mengabaikanmu.” Aku pun meminta maaf juga ke Sigit. Sigit pun berpesan kepadaku “ Istirahat ya, minum obat kalua ada apa-apa telpon aku ya Rin.” Aku hanya tersenyum saja mendengar pesan dari Sigit. Dalam hati Terima kasih Sigit kamu baik sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments