Hari ini tepat sebulan kita jadian. Hanya Ira yang mengetahui kalua aku menerima Sigit sebagai teman dekatnya. Aku bersikap biasa saja saat di sekolah, agar tidak terlihat kalau Aku dan Sigit berteman lebih dekat. Maklumlah Sigit merupakan Ketua Osis di sekolahku, banyak sekali kaum hawa yang menyukai pesonanya.
Sebelumnya aku pernah menyampaikan kepada Sigit “Git, kalau di sekolah kita biasa saja ya, kita jaga jarak saja, seperti sebelum kita jadian.” Sigit pun sempat terkejut “Kok begitu, Rin kamu adalah orang yang saya sayangi, bagaimana caranya saya bisa memberikan perhatian lebih kalau kita jaga jarak.” Protes Sigit
kepadaku.
“Kamu kan ketua Osis, Pintar, Ganteng . Banyak yang suka sama kamu. Kalau mereka tahu kamu dekat denganku pastinya mereka tidak suka denganku Git.”Ujarku untuk meyakinkan. Akhirnya setelah berdebat Panjang Sigit pun mengiyakan “Baiklah.”
Walaupun Aku dan Sigit sudah berusaha untuk menutupinya, pasti akan ketahuan juga. Bel istirahat berbunyi. Aku dan Ira menuju ke kantin untuk membeli makanan. Jajanan favorit kami berdua adalah mie ayam. Mie ayam mas joko ini enak sekali dan selalu menjadi rebutan para siswa di sekolah ini.
Saat kita berdua sedang menunggu mie ayam, aku pun menunggunya sambil membaca novel kesukaanku. Tampak di sebelah meja kami yang lainnya mulai kasak-kusuk bahkan ada yang menunjuk ke arahku. Aku pun langsung berbicara dengan Ira dengan nada yang rendah agar tidak terdengar dengan orang di sebelahku. “Ira, kamu liat ga sih, orang di sini pada memperhatikanku.” Ira pun dengan santainya menjawabnya “Abaikan saja Rin, mungkin mereka fans kamu. Wajarlah kamu kan pacarnya ketua Osis.” Aku pun langsung menyenggol tangannya Ira untuk mengecilkan suaranya.
Seorang siswa perempuan menghampiriku, sepertinya ia kakak kelas tampak dari baju yang ia kenakan tertera kelas XII. “Hai kamu Rina ya ?.” Aku pun yang sedang makan langsung berhenti dan menengok ke arah kakak kelas tersebut.”Iya betul kak.” Kakak kelas tersebut penasaran dan berbisik-bisik dengan temannya.
“Rin, habiskan mie ayammu, masih banyak itu. Sudah abaikan saja tidak usah dimasukkan ke dalam hati.yang suka duluan kan Sigit bukan kamu yang mengejarnya.” Ira pun menegurku. “Iya.”hanya kata itu yang keluar dari mulutku.
Sudah satu minggu semenjak kejadian di kantin, gosip itu mulai menyebar di sekolah. Bahkan aku
sempat di panggil oleh guru kelasku menanyakan hal tersebut. “Rin dipanggil Bu Dini di kantor.” Temanku Fajar menghampiriku. Aku pun langsung bangkit dari tempat dudukku “masih ya Fajar.” Ujarku
Saat aku keluar dari kelas, tampak Sigit sedang menghampiri Fajar. Pikirku pasti sigit akan bertanya kepada Fajar. Saat memasuki Ruangan guru aku mengucapkan salam. “Assalamualaikum, Bu Dini panggil saya ya?” Aku bertanya dengan sopan, ada rasa takut karena selama ini belum pernah sekali pun di panggil guru ke kantor. “Iya Ira, sini duduk di sebelah ibu.Ada yang mau ibu tanyakan.” Aku pun langsung duduk di sebelah
beliau.
“Rina, kamu pacaran dengan Sigit ya ? Ibu hanya mendengar kabar saja , apakah itu benar ?” Bu Dini
mengajukan pertanyaan. “Iya benar bu.”Aku pun menjawabnya dengan terbata-bata ada rasa takut. “Ibu tidak melarang kamu pacaran, Rina kelasmu adalah kelas unggulan. Yang ibu lihat kamu siswa yang paling pandai, jangan sampai nilaimu turun karena kamu tidak focus. Oh ya sebentar lagi kamu akan mengikuti cerdas
cermat Matematika dengan Sigit juga harus tetap fokus karena membawa nama baik sekolah.” Pesan dari Bu Dini begitu banyak. Aku pun hanya menjawabnya “baik bu, Rina akan ingat pesan ibu.”
Cukup lama aku berbicara dengan Bu Dini, sampai bel pulang berbunyi. Setelah selesai, aku langsung
menuju ke kelas persiapan untuk pulang.Pastinya teman sekelasku sudah pulang semuanya. Saat aku Kembali ke kelas untuk merapikan tasku dan alat tulisku, tampak tasnya Sigit masih ada di mejanya. Aku pun berpikir Sigit kemana ya ? Oh mungkin ada kegiatan Osis , pikirku.
Aku pun memesan ojek online , setelah ojek onlinenya sudah dapat aku pun Bersiap pulang.Rasa penasaranku terhadap Sigit membuatku melangkah meuju ruang Osis .Tampak dari
jauh aku Melihat Sigit sedang berbicara dengan Dewi. Aku pun kaget sekali , teringat ucapan Ira bahwa Dewi itu mantannya Sigit saat di kelas X.
Oh ternyata Sigit masih berhubungan baik dengan mantannya. Timbul rasa marah di hati, apa mungkin ini rasa cemburuku melihat Sigit dengan mantannya. Tak terasa air mat aini seakan mau
jatuh dan menetes, kupercepat langkahku menuju pintu gerbang sekolah, alhamdulillah abang ojek online sudah sampai.
Saat sampai di rumah, kulihat aplikasi chatt berwarna hijau. Tidak satu pun ada chatt masuk dari Sigit. Rasa amarah dari sekolah tadi masih tersimpan di hati, sehingga aku berpikir Sigit hanya mempermainkan aku saja dan aku langsung memblokir nomornya. Dalam hati aku pun berucap “Lupakan Sigit, fokus cerdas cermat matematika dan olimpiade sains.Ia hanya laki-laki yang selalu tebar pesona.”
Saat sedang belajar, tiba-tiba ada pesan masuk dari Ira. “Rin, Sigit menelponku.Kamu blokir nomornya ya?kamu marah sama Sigit ya ? ada masalah apa Rin?” Tertulis pesan dari Ira, hanya kubaca saja tidak kubalas pesannya tersebut. Tak lama kemudian bunyi berdering dari Hp terlihat Ira memanggil, aku pun hanya melihatnya tanpa aku jawab panggilan tersebut.
Hari ini di Sekolahku ada kegiatan donor darah. Osis sekolah kami bekerja sama dengan PMI cabang Jakarta
Timur. Setiap siswa apabila di cek kesehatannya hasilnya baik maka di wajibkan untuk mendonorkan darahnya. Kegiatan ini merupakan program peduli siswa dibidang kemanusiaan.
Saat kegiatan donor darah, aku melihat Sigit dan Dewi tampak Bersama dan akrab. Aku yang melihatnya tadinya mau marah, tapi pikirku untuk apa marah dan mempermalukan diri sendiri. Jadi lebih baik menghindar. Aku tidak bisa mendonorkan darah, setelah di cek tensi darahku rendah.Akhirnya aku memutuskan untuk istirahat di dalam kelas saja. Sedangkan Ira terlihat masih mengobrol dengan Ahmad, mereka menunggu antrian untuk mendonorkan darah.
Kegiatan donor darah sebelum dzuhur sudah selesai.Pihak sekolah mengizinkan seluruh siswanya pulang
lebih cepat agar beristirahat di rumah setelah melakukan donor darah. Aku pun seperti biasa pulang ke rumah dengan jasa ojek online.
Disaat aku menuju pintu gerbang sekolah, tampak Dewi membantu Sigit merapihkan perlengkapan sekolah
yang tadi digunakan untuk kegiatan donor darah. Aku pun hanya melihat mereka sebentar dan langsung menunggu abang gojek di pintu gerbang sekolah.
Ira pun berteriak memanggilku dan aku pun menengoknya “Rin, kok kamu pulang duluan ga pamit sama kamu.Kamu kenapa si Rin seharian ini diam.” Aku pun hanya menjawab dengan santai “aku takut jadi pendonor darah, sudah stress dari semalam alhamdulillah untungnya tidak jadi.” Aku pun berpamitan dikarenakan abang gojek sudah datang.
Saat aku naik di motor abang ojek, tampak Ira langsung menghampiri Sigit. Sepertinya Ira marah sekali, hanya saja aku tidak tahu apa yang mereka katakan. Tak lama terdengar pesan masuk dari Ira di aplikasi hijau “Rin, sudah aku balaskan sakit hatimu , tenang saja kita ini sahabat.” Aku pun kaget membacanya. Aku pun langsung bilang ke abang ojek “ Bang tolong antar saya ke sekolah ya, abang tetap saya bayar. Ada hal penting yang saya mau lakukan dan baru ingat. Abang ojeknya pun menjawab “Iya neng, siap neng.”
Aku pun Kembali ke sekolah. Ada yang harus ku selesaikan dengan Sigit. Jangan sampai Ira berbuat yang berlebihan bisa malu nantinya pikirku. Kulihat ke arah parkiran motor Sigit masih ada, berarti ia belum pulang.
Aku buka Blokiran kontak nomornya Sigit, lalu aku menelponnya.”Assalamualaikum. Git saya tunggu kamu di kelas sekarang. “ kelas tampak sepi semua orang sudah pulang, namun di kelas lain ataupun di halaman sekolah masih ramai wajarlah biasanya pulang bada ashar, ini pulang cepat sebelum dzuhur.
Aku pun duduk di bangkuku menunggu Sigit. Sekitar 10 menit aku menunggu, Sigit datang ke dalam kelas. “Maaf ya Rin, kamu lama nunggu ya, tadi masih rapat evaluasi.”Ujarnya sigit. Tanpa basa-basi aku pun langsung berbicara, “Sigit, mulai detik ini kita putus tak perlu lagi kamu ke rumah saya .”Aku pun langsung bangkit dari kursi hendak pergi dan pulang.
Sigit pun langsung menahannya , sehingga aku duduk Kembali.”Rin, apa maksud kamu?aku ga mau kita
putus. Aku sayang sama kamu.” Suara Sigit pun mulai memberat, seperti orang mau nangis. “Kamu hanya mempermainkan aku saja Git. Kalau kamu masih suka sama Dewi silakan itu urusanmu, tapi tolong kita akhiri saja hubungan ini.” Air mata mulai membasahi pipi ini.
“Rin, kamu salah besar, aku tidak ada perasaan apapun dengan Dewi. Sungguh Rin.memang kemarin Dewi
mendekatiku dan bilang padaku kalau ia masih sayang .tapi sumpah aku hanya sayang padamu Rin.” Sigit pun meyakinkanku dengan sunggu-sungguh. Aku pun hanya diam dan menangis.
“Saat dengan Dewi, aku belum pernah sekali pun aku ke rumahnya. Baru dengan kamu Rin, aku ke rumah
seorang Wanita. Bahkan meminta izin papamu kalau aku sayang padamu Rin.” Sigit pun Kembali meyakinkanku.
Sigit mengambil tisu dan menghapus air mataku. Sambil berkata “besok akan aku umumkan kalau kamu pacar aku.” Kagetnya aku mendengar ucapan Sigit, entah senang atau masih marah padanya aku pun bingung.
Setelah berbicara dari hati sekitar hampir 1 jam, aku memberikan kesempatan kepada sigit untuk tetap menjadi teman terbaiku. Aku yakin Sigit berkata jujur terkait mantannya Dewi. Akan aku tunjukkan pada Dewi kalau aku lebih baik darinya. Dengan perasaan yang sudah lega dan sudah tidak menangis lagi aku pun memutuskan untuk pulang ke rumah dan Sigit mengantarku pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments