Persyaratan Dari Rianti

Malam itu juga Andi melarikan Reza ke rumah sakit. Karena kondisi Reza yang sangat lemas dan juga parah Reza terpaksa dirawat di rumah sakit setempat.

"Ma, Reza masuk rumah sakit." kata Papa ketika memasuki kamarnya bersama sang istri.

"Apa? Rezq masuk Rumah Sakit? Reza sakit apa Pa?" tanya Mama khawatir.

"Reza demam tinggi dan juga kelelahan karena kurang tidur Ma... Mama jangan khawatir Andi sudah mengurus semua administrasi Reza. Mengenai biaya, untungnya mereka bekerja di perusahaan yang sama sehingga ada jaminan kesehatan." kata Papa yang membuat Mama sedikit tenang.

"Pantas saja perasaan Mama sangat tidak enak Pa. Apalagi Reza hanya seorang diri di rumah." kata Mama menatap sang Suami.

"Sudah, sekarang lebih baik Mama tidur," kata Papa.

6 Bulan berlalu

Selama enam bulan Reza menikmati hidupnya tanpa ganguan si kembar. Dia bekerja dan menyibukkan aktifitasnya dalam keseharian hingga larut malam. Bahkan Reza sekarang sudah punya cukup tabungan untuk mebeli DP rumah.

Dalam renungannya Reza masih sedikit memikirkan si kembar yang dititipkan oleh Ibundanya pada Ibu asuhnya. Meski menolak habis-habisan buah hatinya yang sekarang genap berusia 7 bulan tapi Reza tidak mengabaikan tanggung jawabnya dari segi finansial sebagai ayah dari sang bayi. Hanya saja Reza mengirimkannya melalui sang Ibunda tercinta.

"Sudah cukup aku tenggelam dengan keterpurukan takdir ini... aku tidak ingin terus begini. Keduanya sudah kehilangan sosok Ibu kandungnya aku tidak ingin membuat kedua anak-anakku juga harus kehilangan aku sebagai Ayahnya. Nanti malam aku akan berkunjung ke Rumah Ibu Jia dan juga akan membawa Hifzil dan Hanifa pulang ke rumah. Aku harus mengambil tanggung jawabku, apa yang selama ini Papa bilang benar. Tidak seharusnya aku menyalahkan takdir pada kedua buah hatiku. Jika mereka bisa memilih mereka juga tidak ingin terlahir sebagai anak tidak sah dan di luar pernikahan," gumam Reza seorang diri.

Tepat jam 5 sore Reza mengakhiri semua pekerjaannya di kantor. Dia segera pulang ke rumah untuk bersiap menjemput kedua bayi kembarnya yang bahkan tidak dia ketahui rupanya. Dia Ayah yang buruk? Reza juga tidak akan mengelak. Faktanya begitulah yang dia lakukan maupun rasakan.

Sementara di ruangan serba mewah dan elegan. Rianti masih berkutat dengan pekerjaannya. Hifzil dan Hnifa tidak terlalu Rianti khawatirkan, karena dia telah meninggalkan stock asi yang tadi siang di jemput oleh Mbok Jum ke kantornya sehingga Ibu muda itu bisa bekerja dengan tenang.

Tepat pukul tujuh malam, Bunda Jia menelpon Rianti. Rianti mengangkatnya tanpa beban dan tangannya masih menari di laptop pekerjaannya.

"Apa Bun, Ayahnya si kembar? Dia ingin menjemput Twins pulang? Tunggu aku pulang dulu Bunda. Biar aku yang bicara dengan Ayahnya si Kembar." kata Rianti yng langsung membereskan semua pekerjaan kantornya. Tidak! Dia tidak ingin kehilangan anak lagi! Semuanya sudah cukup, Rianti tidak ingin anak yang selamma ini dia urus kembali direnggut dari dirinya.

Saau hal yang dilupakan wanita muda ini adalah Hifzil dan Hanifa bukanlah darah dagingnya. Suatu waktu orang tua kandung kedua bayi mungil ini bisa saja mengambil kembali bayi lucu  itu dari dirinya.

Mengemudi dengan kecepatan menggila membuat Rianti tiba di rumah dengan keadaan awut-awutan.

"Bunda!"

"Bunda!"

"Bunda!"

Teriak Rianti begitu memasuki rumah hingga melupakan sopan santunnya karena ketakutan yang dia alami.

"Nak, jangan berteriak-teriak begitu, Bunda dengar. Ayahnya Twins ada di ruang tengah bersama Mbok Jum," kata Bunda yang memapah langkah kaki Rianti ke ruang tengah.

"Hifzil, Hanifa..." lirih Rianti yang langsung meraup kedua bayi mungil itu yang tengah menatapnya yang baru tiba. Bahkan Hnifa langsung menangis meminta perhatian sang Bunda yang sudah seharian bekerja meninggalkan dirinya di rumah bersama Nenek Jia dan Nenek Jum.

"Kamu bersihkan diri dulu Nak, Nak Reza akan menunggu. Kamu tenang saja, kembar masih ada disini," kata Bunda yang seolah tahu apa yang dikhawatirkan oleh anak satu-satunya itu.

Sedangkan Reza sangat kaget, dia sungguh tidak menyangka jika yang selama ini merawat dan menjadi Ibu susu anaknya adalah Bosnya sendiri. Terbersit sedikit rasa takut dihati Reza bagaimana jika Ibu Rianti malah memecatnya atau mungkin melakukan hal yang lebih parah padanya. Reza tahu betuk bagaimana Rianti berbulan-bulan menjadi sorotan media karena kasus kematian bayi yang kurang dari dua bulan yang tidak lain dan tidak bukan adalah anak kandung Ibu Rianti.

Rianti bahkan tidak hanya membuat mantan madunya depsresi bahkan sekarang dirawat di rumah sakit jiwa, tapi Rianti membuat mantan suaminya gulung tikar dan mengalami kerugian perusahaan yang sangat besar karena kasus yang menimpanya viral di media sosial.

"Tidak, aku tidak menganiaya orang lain. Aku hanya menjemput anak-anakku, aku hanya manusia biasa tempat khilaf dan salah. Aku tidak bisa begini. Aku ngak boleh takut," batin Reza menguatkan dirinya sendiri.

Tidak lama setelahnya Rianti turun ke lantai 1 setelah rapi dengan gamis rumahannya dan hijab persegi panjang yang membuat aura kecantikannya tetap memancar. Sejenak Reza kagum dengan pesona wanita yang menjadi Bos sekaligus Ibu asuh Putra dan Putriya. Tapi buru-buru Reza menyadarkan jika dia dan sang Bos bukanlah orang yang sepadan.

"Oh, bukannya Pak Reza bekerja dibagian pemasaran?" tanya Ibu Rianti begitu melihat dengan jelas siapa yang mendatangi rumahnya dan ingin  mengambil Twins dari dirinya.

"Iya Ibu Rianti, maafkan saya yang terlalu lama menitipkan anak-anak saya pada Ibu Rianti hingga membuat Ibu Rianti kerepotan," kata Reza sungkan.

"Maksud kedatangan saya kemari saya ingin menjemput Hifzil dan Hanifa untuk saya bawa pulang ke Rumah," kata Reza memberanikan dirinya mengungkapkan yang dia inginkan.

"Jika memang Pak Reza betul-betul menyayangi Hifzil dan Hanifa mengaa Pak Reza tidak pernah menghubungi Ibu maupun saya untuk sekedar menanyakan kabar kedua anak bapak?" tanya Rianti sarkas membuat Reza mati kutu.

"Saya ... Saya..."

"Jika Pak Reza hanya ingin terlihat seperti Ayah yang bertanggung jawab saja maka Anda sudah gagal sejak awal dimata Saya. Anda tahu mengapa anak saya meninggal dunia?" tanya Rianti sarkas.

"Karena memiliki Ayah yang egois dan tidak  bertanggung jawab. Sekarang Putri sudah senang dialam sana karena tidak lagi merasakan penyiksaan dari Ibu Tirinya. Karena itu saya menekankan pada Pak Reza untuk tidak mengambil Hifzil dan Hnifa dari saya!" ancam Rianti yang membuat Ibu Jia terkejut. Bagaimanapun mereka tidak punya hak atas Hifzil dan Hanifa karena keduanya bukanlah anak Rianti.

"Bagaimana mungkin Ibu Rianti bisa berkata begini? Hifzil dan Hanifa adalah anak kandung saya, saya yang lebih berhak atas keduanya. Ibu tidak bisa melarang sya untuk menjemput anak-anak saya." kata Reza yng tersulut emosi.

"Lalu kemana Anda selama 6 bulan ini? Walaupun Ibu Nia tidak ada di kota ini tapi Anda setiap hari bekerja di kantor yang sama dengan saya. Bagaimana mungkin saya bis amelepaskan bayi mungil tidak bersalah ini pada pria yang tidak bertanggung jawab pada Anda!" kata Rianti syarat akan intimidasi.

"Apa yang harus saya lakukan agar bisa membawa Hifzil dan Hnifa pulang bersama saya. Saya juga menyadari kesalahan saya," kata Reza pasrah.

"Kamu harus memenuhi setiap persyaratan yang saya minta, bagaimana?" tanya Rianti pada Reza.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!