Mencari Mama Untuk Kedua Bayiku

Mencari Mama Untuk Kedua Bayiku

Awal Mula

Eaakkkkkk eaakkkkkkk Tangisan keras menemani seorang pria tampan yang tampak masih muda yang tengah berkutat dengan pekerjaannya.

"Ya Allah, Reja! Anakny nangis bukannya nenangin kamu malah asik dengan laptop kamu!" teriak seorang wanita paruh baya yang memasuki kamar pria yang dipanggilnya Reja.

"Ma, Reja harus segera mengirim file ini melalui email 6 menit lagi atau tidak besok Reja akan diceramahi dari pagi hingga sore oleh Atasan Reja di kantor." kata Reja tanpa melihat pada sang Ibunda.

"Bukan berarti kamu mengabaikan tanggung jawab kamu pada Twins!" kata Sang Mama dengan tegas.

Reza hanya diam tanpa membantah dan hanya enoleh sekilas pada sang Mama yang tengah menukarkan popok sang bayi kecil karena basah dan membuat bayi merah itu tidak nyaman.

"Sudah dari awal aku katakan, jika Mamanya saja tidak perduli lantas mengapa kita harus merawatnya. Ada banyak panti asuhan di kota ini, bahkan bisa dibuang dijalanan. Dasar anak-anak menyebalkan," gerutu Reza dalam hatinya menatap kedua bayinya penuh kebencian.

"Mama tahu kamu belum bisa ikhlasmenerima kedua anakmu ini, tapi kamu juga jangan lupa jika dia bisa memilih dia juga tidak ingin hadir sebagai keturunanmu di Dunia ini. Jika kamu terpaksa pada takdirmu maka dia hanya bisa menangis menerima takdir malangnya sebagai anak tidak sah dan dicampakan oleh wanita yang melahirkannnya ke Dunia ini!" sarkas Mama pada Reza.

"Sudahlah Ma, jangan diahas lagi. Aku lelah jika harus membahas topik yang sama setiap hari!" kata pemuda itu dan berjalan keluar kamarnya.

Dikesendirian dan kesunyian malam Reza memandang langit yang tampak muram seperti akan hujan. Situasi langit malam tam[ak seperti suasana hatinya yang kacau dan suram. Masih basah diingatannya kejadian satu tahun lalu. Dimana Reza hanyalah mahasiswa biasa yang dengan kepintaran yang diatas rata-rata. Ya mengapa dikatakan biasa? Karena Reza bukan tampan rupawan seperti dinovel-novel. Reza juga bukan Tuan Muda kaya raya layaknya di drama Lee Minho, Reza juga bukan sicupu yang kutu buku. Satu-satunya kelebihannya hanyalah bekerja keras untuk menjadi pintar diatas rata-rata dan menonjol diantara para Mahasiswa dan Mahasiswi lainnya.

Hingga disuatu malam, sahabat Reza yang bernama Gio mengajaknya pergi menghadiri pesta ulang tahun teman sekelasnya yang bernama Sani. Tidak enak menolak ternyata malah  menjadi malam penuh petaka baginya dan Ibu si kembar. Dalam pengaruh Reza dan Ibu si kembar yang juga seorang mahasiswi kala itu melakukan hal yang tidak seharusnya. Pernikahan dadakan seperti tahu bulat harus diikhlaskan untuk terjadi, tidak lama setelahnya Si Kembar ada didalam rahim istri dadakannya.

"Sudah, apapun yang terjadi biarkanlah terkubur bersama waktu yang lalu. idak perlu dikenang dan diingat hingga membawa penyakit yang kian membuat infeksi luka semakin parah. Nanti jika luka perlahan mengering, tengoklah kebelakang untuk dijadikan pelajaran. Sedetik berlal tak lagi mampu kita miliki. Yang bisa kita lakukan hanyalah memperbaiki masa depan yang sekarang kita miliki. Jangan takut, maju kedepan dan jangan pernah mundur. Belum terlambat memperbaiki diri," kata Papa yang duduk disamping Reza.

"Pa," lirih Reza dengan pandangan sendu.

"Kamu sudah sholat?" tanya Papa pada Reza dan Reza hanya menggelengkan kepalanya.

"Mau sampai kapan seperti ini? Kamu bukan lagi anak kecil yang bisa Papa pukul pakai lidi jika tidak sholat. Papa tidak tahu harus memulai dari mana, tapi percayalah semakin kamu menjauh dari Allah maka hatimu akan semakin kacau dan kalut. Papa tidak bisa memaksamu hanya bisa mengingatkanmu," kata Papa yang menatap jauh kedepan.

"Apa bulan depan Papa dan Mama akan pergi dari sini untuk menjenguk Mbak Indah dan suaminya?" tanya Reza menatap dalam sang Papa.

Hatinya gundah setiap saat, dan gelisah setiap waktu. Dia tidak ingin anak pembawa sial yang membuat hidupnya awut-awutan itu berada didekatnya. Terlebih bayi merah itu belum genap satu bulan. Sedangkan Wanita tidak bertanggung jawab itu meninggalkan kedua bayinya begitu saja pada Reza setelah melahirkan kedua kesalahan mereka bahkan tanpa ingin memeluk ataupun menyusuinya sebelum mengusir Reza dan anak-anaknya.

"Apa yang kamu pikirkan mengapa tampak begitu gelisah?" tanya Papa pada Reza.

"Aku tidak ingin kedua bayi itu Mama dan Papa tinggalkan bersamaku Pa. Jika memang Papa dan Mama tidak menginginkan kedua biang onar itu maka aku akan membawanya ke Panti asuhan. Mungkin tempat itu adalah yang terbaik untuknya ketimbang dia harus mati ditanganku!" Kata Reza penuh penekanan tapi masih dengan suara yang rendah.

Mata Papa berkaca-kaca, dalam hati dia hanya beristigfar. Apa yang salah darinya saat mendidik Putra satu-satunya yang dia miliki.

"Istigfar kamu Reza! Kedua bayi mungil itu tidak berdosa, mungkin ini sudah takdirmu yang tidak bisa lagi kamu hindari. Terima dengan lapang dada, ikhlas dan menataplah ke depan. Allah masih sangat baik padamu, masih memberikan kamu kesempatan untuk bertaubat. Bahkan meski kamu menjauhinya kamu masih Allah beri rezeki yang begitu banyak. Nikmat sehat dan nikmat pekerjaan, bahkan diusiamu yang baru 23 tahun kamu sudah punya dua anak yang sangat menggemaskan. Diluar sana sangat banyak pasangan yang telah menikah lama namun belum memiliki keturunan. Ada seorang istri yang menangis siang dan malam berharap Allah berikan kepercayaan untuk memiliki buah hati. Ada seorang suami yang berharap kehangatan alam keluarga kecilnya segera Allah beri. Meski Putra dan Putrimu hadir dari cara yang salah, tapi yang bersalah kalian bukan bayi merah itu." kata Papa dengan nada marah pada Reza.

"Lalu Reza harus bagaimana Pa? Reza takut dan bingung. Yang paling mengerikan adalah hujatan masyarakat, tidak satu atau dua orang yang menggunjingkan Reza dan membuat Mama dan Papa malu. Reza juga terkadang selalu menjadi bahan olok-olokan teman-teman ditempat kerja maupun Kampus Pa," lirih Reza tanpa sadar cairan bening mengalir dari sebelah matanya tapi dengan cepat pria itu menghapusnya. Dia benci ketika mengeluarkan air mata dan membuatnya tampak lemah.

"Berapa kali Papa katakan Nak.  Pegangan terkuat adalah Allah, bergantunglah dan bersandarlah padanya, serahkan semua ketakutanmu padanya. Maka dari itu Papa tidak pernah bosan menayakan apakah kamu sudah sholat. Hanya melalui sholat dan mendekatkan diri pada-Nya semua urusan menjadi lebih ringan. Percayalah Nak, Papa dan Mama bisa kapan saja pergi dari hidupmu... sedetikpun tidak mampu ditunda jika perjanjian itu sudah sampai," kata Papa menatap serius pada anak laki-lakinya.

"Apakah Allah mau mneerima taubat Reza Pa? Reza sudah sangat lama tidak pernah lagi menunaikan sholat. Terlebih sejak Reza menikah dengan Tania. Hati Reza hanya terisi kebencian, kekosongan dan kemarahan yang tidak tahu kemana harus Reza lampiaskan Pa," kata Reza pada sang Papa.

"Selagi nafas masih berhembus kesempatan untuk bertaubat selalu ada Nak. Hanya saja kita yang sering berputus asa pada pengampuanan Allah. Padahal Allah sudah menjelaskan dalam Al-qur'an bahwa kita tidak boleh berputus asa dalam pengampunan Allah," kata Papa menatap dalam sang anak yang menatap padanya dengan mata berkaca-kaca.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!