Pukul 9 malam Rianti baru meninggalkan ruangan kerjanya, patah hati dan dukanya hanya bisa dia alihkan pada pekerjaannya yang selalu menumpuk di kantor.
Bertepatan dengan Rianti keluar dari ruangannya dia mendapat panggilan video dari Zaskia dari negara yang berbeda.
"Hi Bu Bos? Apa kabar?" tanya Rianti yang memang sengaja tidak mengucapkan salam karena Zaskia berbeda keyakinan dengannya.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Zaskia menatap cemas pada sahabatnya yang sudah lumayan lama dia tinggalkan sejak melanjutkan study S2 dan juga tentunya mengejar cinta Mas Bule yang sekarang masih diawang-awang tanpa kejelasan.
"Semuanya baik-baik saja, terima kasih sudah memaklumi aku untuk cuti selama 1 minggu kemaren." kata Rianti dengan nada sendunya.
"Bahkan jika kamu mau tambahan liburpun aku tidak akan menolak. Aku tahu kamu butuh waktu untuk semuanya Rianti. Semua itu tidak mudah, Aku terkadang merasa buruk karena tidak bisa berada disisimu dimasa beratmu seperti sekarang," kata Zaskia menatap sendu sahabatnya itu.
"Sudah semuanya baik-baik saja, jaga dirimu baik-baik disana. Jangan lupa bawakan aku oleh-oleh Kakak Ipar ketika kamu pulang ke Indonesia. Btw, aku mau mengemudi... aku tutup dulu tidak apakan?" tanya Rianti yang diangguki oleh Zaskia.
Bertepatan dengan Rianti yang memasuki mobilnya di parkiran khusus motor Reza tengah mengambil motornya untuk pulang ke rumah. Ya Reza selalu mengambil jam lembur untuk menghindari menatap wajah si kembar kecuali dihari libur yang tidak mampu dia hindari.
Setibanya di rumah, Mama dan Papa tengah berada di ruang keluarga dan juga ada kembar yang terlelap di karpet bayi yang dibentang oleh sanga Mama. Mata Reza berkaca-kaca saat menatap sekilas wajah sang anak, tapi pria tampan itu memalingkan wajahnya hingga suara sang Mama menghentikan langkahnya.
"Mau sampai kapan kamu menghindari Kembar? Mau sampai kapan begini terus Reza?" tanya Mama pada Reza.
"Ma... Aku butuh waktu. Aku tidak sanggup memaksakan hal yang memang diluar kemampuanku Ma," kata Reza pada sang Mama.
"Tapi si Kembar adalah darah daging kamu, ana kandung kamu Reza!" Teriak Mama histeris bahkan sekarang Mama sudah berada di depan Reza.
"Lalu bagaimana Wanita brengsek yang tidak bertanggung jawab yang hanya melahirkan Kembar tanpa mau mengurusnya. Aku juga korban disini Ma, tolong jangan begini padaku Ma. Jika memang Mama sudah teramat muak dengan semua tingkahku pada anak-anak itu silahkan Mama buang saja kedua bayi pembawa sial itu! Gara-gara kedua bayi yang tidak berguna itu hidupku hancur!" teriak Reza yang tidak kalah naik pitam yang membuat Mama menampar Reza dengan kencang.
"Sepertinya aku terlalu memanjakanmu hingga kamu menjadi pria yang tidak bertanggung jawab dan selalu lupa akan kewajibanmu. Baiklah Kamu ingin Mama membuang kedua anak-anakmu bukan? Mama akan membarikan Kedua anakmu Ibu yang baru. Mama akan berangkat besok pagi ke tempat Kak Indah karena Indah akan segera melahirkan. Jika kamu menyesal Mama harap kamu menjemput kedua anakmu ketempat Ibu susu mereka!" kata mama tegas sedangkan Reza hanya berlalu tanpa memperdulikan perkataan sang Mama.
Dalam perjalananya ke kamarnya Reza tidak kuasa menahan setetes air matanya yang keluar dari matanya. Mengapa dia begitu sulit menerima anak kandungnya, jika sang istri sudah menolak menjadi Ibu untuk kedua anak-anaknya, apakah dia harus menolak menjadi Ayah untuk kedua anak malang itu?
Tapi semua itu hanya tenggelam dalam mimpi dan rasa lelah yang dibawa oleh Reza dari Kantornya.
Pagi yang tidak begitu indah karena disambut hujan lebat sejak dini hari hingga sekarang sudah pukul 8 pagi dan hari masih hujan. Pagi yang kacau milik Reza dilengkapi dengan Mama dan Papa yang sama sekali tidak mengajaknya bicara dan sebelum dia pergi Mama juga masih tidak mengatakan apapun. Amarah, cuaca mendung bahkan petir yang menyambar-nyambar dilangit kota tidak membuat waktu terhenti. Malam kian larut, Reza memilih pulang jam 10 malam hari ini.
Begitu tiba di Rumah Reza sangat terkejut karena semua lampu padam dan tidak ada tanda kehidupan sama sekali didalam rumah. Reza memasuki rumah dengan kunci cadangan yang dia miliki. Setelah Reza masuk ke rumah, rumah tampak sepi dan tidak ada siapapun disana hingga dia melihat secarik kertas diatas meja makan yang sudah lengkap dengan lauk pauknya.
'Mama dan Papa pergi ke tempat Kak Indah. Mama harap dengan hanya seorang diri di rumah kamu mampu merenung kesalahan kamu. Kedua anak kamu Mama antarkan ke rumah Ibu Jia, kamu selalu menolak kehadiran mereka bukan? Mungkin keberadaannya di tempat Ibu Jia akan sangat dihargai karena Putri Ibu Jia baru saja mendapat musibah 1 minggu yang lalu. Cucu Ibu Jia yang berusia kurang dari dua bulan meninggal dunia karena keegosisan Ayah dan Ibu Tirinya. Jika kamu memahami perkataan Mama dan ingin menjenguk Twins dibawah ini adalah alamatnya. Kamu bisa mendatangi mereka'
Reza meremas surat yang ada ditangannya, hatinya pilu membaca pesan yang Mamanya tinggalkan untuknya. Mengapa dia harus mengalami semua hal yang tidak menyenangkan ini.
Sedangkan di tempat yang berbeda Rianti tengah sangat senang karena Hifzil dan Hanifa dititipkan oleh Ibu Nia pada mereka mungkin hingga 6 bulan mendatang. Karena Ibu Nia harus ke kota sebelah untuk mengunjungi anak mereka yang tangah hamil tua.
"Anak Bunda kenapa belum tidur Sayang?" tanya Rianti mengusap wajah Hanifa yang memandangi lekat wajahnya yang tengah menyusui Hifzil. Sedangkan Hifzil sesekali membuka matanya menatap lekat wajah sang Bunda yang tengah memberinya asi dan kasih sayang yang sejak lahir tidak pernah dia dapatkan dari Bunda yang sebenarnya.
"Nak," kata Bunda Jia yang membawa segelas susu ibu menyusui untuk Rianti yang tengah duduk di kasurnya dengan bersndar dikepala ranjang.
"Diminum dulu, biar asinya makin lancar. Hifzil dan Hanifa sangat membutuhkan sumber kehidupannya. Sebenarnya Bunda curiga dengan Ibu Nia mengapa dia menitipkan Twins begitu saja pada kita. Apakah ada masalah serius dengan orang tua Twins karena sejak Bunda mengantarkan asi selama 2 minggu lebih ini tidak sekalipun Bunda melihat Ibu maupun Ayah dari Twins," kata Bunda mengusap lengan mungil Hanifa yang tampak sudah mulai sangat mengantuk dan hampir terlelap.
"Itu diluar urusan kita Bunda, terlebih Bunda juga baru kenal dengan Ibu Nia. Rianti tidak ingin terlalu banyak menduga akan kembar dan juga Ayah serta Ibunya. Karena Rianti juga tidak berdaya melawan takdirr yang menimpa Rianti, Bunda. Siapa yang ingin kehilangan anak diusia muda dan juga harus jadi janda di usia 23 tahun. Langkah besar yang Rianti ambil saat lulus SMA dulu sekarang tidak mampu Rianti tolak jika itu adalah kegagalan yang sangat besar," kata Rianti menatap lekat wajah Bundanya.
"Tidak Nak, Anak Bunda adalah wanita yang kuat. Bahkan meski menikah muda kamu tetap menyelesaikan kuliah S1 kamu tepat waktu. Berbeda dengan Zaskia itu wajar karena saat akan melanjutkan S2 kamu tengah mengandung. Tapi ikhlaskan semuanya Nak, serahkan semuanya pada Allah." kata Bunda yang diangguki oleh Rianti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments