Menikmati Jadi Bunda

1 minggu telah berlalu

Hari ini adalah hari libur, saat ini Hanifa dan Hifzil tengah Rianti mandikan secara bergantian.

"Uuu anak Bunda mandi ya sayang biar segar. Jadi makin cantik kalau kayak ginikan?" kata Rianti mengusap kepala Hanifa yang tengah dimandikan olehnya.

"Anak Bunda yang paling cantik," kata Rianti dengan sesekali mengecup pipi bulat bayi yang baru genap berusia 1 bulan itu.

"Bunda sangat bahagia, Hanifa dan Kak Hifzil ada disini. Hari-hari Bunda jadi sangat berwarna sejak Adek dan Kak Hifzil tinggal sama Bunda," kata Rianti. Dalam ucapannya tersirat rasa takut, bagaimanapun Kembar bukanlah anak kandungnya.

Suatu hari Ayah atau Ibu si Kembar akan datang dan membawa keduanya pergi dari Rianti. Sejenak Rianti rasanya tidak ingin menerima kedua bayi kembar yang menjadi bayi yang diberinya asi ini. Kamu tahu mengapa? Kalau sudah sayang tapi direnggut darimu itu akan sangat-sangat menyakitkan.

Dengan telaten Rianti memakaikan baju pada Hanifa sedangkan Hifzil masih asik dengan botol asi yang disedotnya. Rianti membatasi Hifzil dengan bantal karena sekarang Rianti tengah berada di rumah sendirian.

Bunda Jia tengah ke pasar untuk membeli bahan masakan untuk persediaan yang sudah habis di rumah.

Setelah selesai memandikan dan memasangkan pakaian kepada kedua bayi mungil nan manis itu, Rianti membawa kedua anak kembar itu ke balkon kamarnya untuk dijemur mendapat cahaya pagi.

"Nak!" panggil Bunda Jia yang memasuki kamar Rianti setelah selesai belanja di pasar.

"Iya Bunda, ada apa?" tanya Rianti menatap sang Bunda dengan senyum teduh begitu Bunda duduk disampingnya.

"Nak, apa kamu serius ingin mencari ART dan juga satpam serta supir?" tanya Bunda hati-hati.

Bukan apa-apa, mereka juga bukan keluarga jutawan yang punya harta melimpah. Terlebih setelah usaha rumah makan yang dibangun oleh mendiang suaminya gulung tikar semua hingga Ibu Jia hanya mengandalkan penghasilan dari Rianti yang bekerja sebagai CEO di perusahaan sahabat baiknya.

"Bunda, Rianti serius. Sekarang ada Twins dan juga Rianti berencana membuka usaha butik jadi Rianti akan lebih sibuk dari biasa Bunda. Rianti tidak ingin mengambil resiko Binda mengalami kelelahan," kata Rianti bersandar dibahu wanita yang telah melahirkannya dan membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang.

"Kalau memang Anak Bunda yang cantik ini bersikeras Bunda tidak akan menolak," kata Bunda Jia yang mengusap kepala putrinya yang tertutupi kerudung simple namun tetap memancarkan pesona janda 23 tahun itu.

"Gimana, kasus tentang mendiang Cucu Bunda? Apa sudah ada kemajuan?" tanya Bunda pada Rianti.

"Bunda jangan banyak pikiran. Rianti ngak mau darah Bunda jadi naik karena memikirkan permasalahan Rianti. Biarlah kasus Putri, Rianti dan pengacara yang mengurusnya," kata Rianti tenang pada sang Bunda yang hanya membuat Bunda Jia tidak kuasa menahan tangis.

"Ya sudah, Rianti akan memasak. Rianti titip Hifzil dan Hani ya Bunda," kata Rianti yang hanya diangguki oleh Bunda Jia.

Sudah menjadi kebiasaan Rianti jika hari libur dia akan memasak untuk keluarga kecilnya. Apalagi sekarang hanya tinggal dia dan sang Ibunda.

Dengan sigap Rianti memasak nasi dan lauk yang akan melengkapi nasi yang akan menjadi menu santap dari pagi hingga malam nanti. Ya Rianti masih seperti wanita pada umumnya, tidak terlalu menyukai mengerjakan pekerjaan yang berulang jadi dia akan memasak dalam jumlah yang agak banyak agar sorenya tidak lagi bertemu peralatan masak.

"Kamu masak apa Nak?" tanya Bunda yang membawa kareta bayi Hifzil dan Hani ke arah dapur.

"Aku membuat ayam asam manis dan juga brownies vanila Bunda," kata Rianti dengan raut wajah bahagia.

"Brownies, bolu dan cake ngak pernah lepas dari anak perempuan Bunda ini. Apa nanti akan begadang buat bikin laporan lagi?" tanya Bunda pada Rianti.

"Bukan Bunda, tapi nanti malam Rianti mau melihat beberapa hal yang harus Rianti selesaikan dalam persiapan pembukaan butik," kata Rianti yang membuat sang Bunda tersentum bahagia.

"Bunda senang sekarang kamu menjadi lebih bersemangat. Bunda ngak mau kamu sedih berkepanjangan karena masa lalu kamu dengan laki-laki ngak tahu diri itu,'' kata Bunda yang membuat Rianti tersenyum masam.

Cinta telah membutakan hatinya, hingga membuatnya terjerumus begitu dalam. Impian pernikahan sekali seumur hidup kandas saat mengetahui pernikahannya dan mantan Suaminya harus berakhir di meja hijau.

Berbeda dengan Rianti yang sangat menikmati perannya sebagai Bunda dan juga wanita karir. Reza makin tenggelam dengan kesibukannya dalam bekerja.

Tiada hari tanpa kerja, bahkan demi membuang nama kedua buah hatinya pemuda 23 tahun itu malah mengambil pekerjaan tambahan secara daring di rumah.

Malam itu Mama Nia menghubungi anak badungnya yang sudah punya dua anak itu.

"Jadi selama seminggu ini kamu sama sekali tidak ada menjenguk Hani dan Hifzil?" tanya Mama dengan suara sendu.

"Sudahlah Ma, Reza sudah dewasa. Jangan terlalu dipikirkan lagi, biarkan Reza mengatasi urusannya sendiri. Kita hanya bisa mengingatkan tanpa bisa bertindak lebih," terdengar suara Papa yang berada dibalik telepon.

Reza menghela nafas, dia butuh waktu tapi tidak tahu sampai kapan. Sekarang dia sudah berhasil menjadi sosok Ayah yang sangat hebat. Dia membuat kedua anak kembarnya bukan hanya kehilangan Ibu tapi Ayahnya juga.

Malam harinya di kediaman Rianti, semua aktifitas yang direncanakan oleh wanita cantik itu buyar saat Hani dan Hifzil menangis keras dan menjadi sangat rewel.

Rianti sudah mengecek suhu tubuh keduanya dan berada dalam kondisi normal. Bahkan kedua bayi gembul itu menolak diberikan asi, Ya Allah ada apa ini?

Ternyata ikatan Ayah dan anak itu juga teramat kuat meski sang Ayah menolak kehadiran kedua buah hatinya.

Malam ini Reza tengah menggigil karena demam yang dialaminya. Stress dan begadang menyibukkan dirinya dengan pekerjaan saat sang Ibunda selalu mendesak dirinya tentang kedua anak-anaknya.

Sama halnya dengan Mama Nia, hatinya merasa gelisah. Sedari tadi dia berusaha menghubungi Putranya tapi tidak sekalipun Reza mengangkat panggilan teleponnya.

"Ma, mungkin Reza sudah terlelap. Jangan terlalu mengkhawatirkan Reza. Nanti aku coba menghubungi Andi untuk melihat kondisi Reza jika besok dia belum bersiap ke kantor," kata Indah menenangkan hati sang Bunda.

"Iya Ma, lagi pula Reza biasanya selalu begadang. Mungkin dia merasa lelah dan terlelap makanya tidak mengangkat panggilan telepon Mama." kata Papa mengusap bahu Mama.

Sedangkan Papa setelah Mama berlalu ke kamar segera menghubungi Andi teman sekolah Reza yang memang bertetangga dengan mereka.

"Andi, tolong lihat kondisi Reza. Om khawatir, karena ngak biasanya Reza terlelap jam segini," kata Papa pada Pria yang seusia dengan Putranya dibalik sambungan telepon.

"Baik Om, sebentar." kata Andi dan langsung menutup teleponnya.

#Andi Pov

Betapa kagetnya Andi saat pintu rumah Reza tidak terkunci sedangkan semuanlampu masih menyala. Setelah mengucap salam, Andi masuk ke rumah dan mendapati Reza tergeletak di karpet ruang keluarga lengkap dengan laptop yang masih terbuka tapi sudah dingin dan gelap seolah menunjukkan sudah lama diabaikan pemiliknya.

"Ya Allah, Reza! Bangun Za!" panggil Andi saat menyadari jika Reza panas tinggi dan sangat pucat serta menggigil mengatakan dingin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!