🌺Happy Reading🌺
Author POV
Setelah menghabiskan makan siangnya, Ara kembali menyibukan diri dengan dokumen-dokumen yang berada di atas mejanya, berada di divisi perencaan membuatnya begitu sibuk dengan beberapa planning yang harus dipersiapkan, jadi seolah tak ada waktu senggang hanya untuk sekedar mengeluhkan jodohnya, namun sesekali ia menghela nafas untuk menguatkan diri.
Tanpa ia sadari seseorang tengah mengamatinya sedari tadi, namun enggan untuk menegur karena melihat Ara yang terlihat banyak pikiran.
Tak terasa waktu makan siang telah habis dan Ara pun segera berdiri dan mengambil setumpuk dokumen yang harus ia serahkan kepada Pak Rusli.
“eh Rin, kok cuma sendiri? Rizal mana?” tanyanya saat berpapasan dengan rekan satu timnya yang hendak masuk ruangan.
“Shalat mbak, makanya Rindi balik sini”
“Oh, oke deh, mbak mau ke ruang pak Rusli dulu, mau kasih laporan ini”
“Oke mb” merekapun saling melempar senyum kemudian berpisah di pintu masuk ruangan.
***
“Kamu ga pulang Rin?” tanya Ara saat melihat juniornya itu masih belum beranjak dari tempat duduknya, sementara yang lainnya sudah pulang 5 menit yang lalu.
“Mas Hafa belum jemput mb”
“Loh tumben?” Ara merasa heran, karena biasanya gadis cantik ini akan bergegas keluar tepat saat jam pulang tiba, karena orang yang menjemputnya sudah standby di depan.
“Mas Hafa katanya masih belum pulang mbak, agak telat, ini Rindi mau pesen ojek online aja”
“bareng mbak aja, mbak bisa lewat rumah kamu”
“eh, tapi kan agak melintang nanti mb?”
“ga juga, sekalian mbak mau beli martabak deket rumah kamu itu”
“ ga repot nih mb?” tanya Rindi merasa sungkan,
“ga lah, udah ayuh” Ara pun berdiri dan membawa tas dan jaketnya diikuti Rindi yang mengikuti langkahnya.
Mereka pun menuju parkiran yang berada di samping gedung. Berjalan beriringan dengan karyawan lainnya yang menuju tempat yang sama.
“Aku ikut mbak beli martabak dulu deh, baru pulang, boleh?” tanya Rindi saat Ara mengenakan jaketnya di depan motor maticnya.
“Ya boleh dong” jawab Ara dengan tersenyum lebar. “udah kasih info kakak mu kalau kamu ga minta di jemput”
“Oh iya, belum mb, Rindi chat mas Hafa dulu” Rindi pun segera mengambil ponsel dalam tasnya dan mengirimkan pesan pada sang kakak kalau ia sudah dalam perjalanan pulang.
Tak lama kemudian mereka telah menyusuri jalan yang sedikit padat karena banyak yang melajukan kendaraan mereka untuk pulang ke rumah setelah seharian bekerja.
“Enak ya mbak naik motor gini” ucap Rindi saat tegah menikmati semilir angin yang menerpa tubuhnya,
Ara mengemudikan kendaraan dengan kecepatan sedang, jadi terasa nyaman dengan Rindi yang tak mengenakan jaket untuk menutup tubuhnya.
“Hmm, lebih seger”
“Ih, jadi pengen naik motor aja kalau kerja” gumamnya dengan antusias.
“ya sudah, pakai motor aja, dari pada nunggu gini kalau kakak mu telat jemput”
“Ga boleh mbak sama mas Hafa”
“Ya udah minta antar jemput si Rizal aja, dia kan juga pakai motor Rin” goda Ara membuat rona merah di pipi gadis yang di boncengkannya.
“ih apaan sih, ga berani lah mb, mbak ga tau mas Hafa protectnya kaya apa sih, jelas ga boleh lah, lagian ga enak juga sama Rizal mbak”
“lah kenapa, Rizal kan ga masalah sih”
“ya ga enak aja lah mbak”
Keduanya larut dalam obrolan ringan hingga tiba di warung martabak yang baru saja buka, namun terlihat sudah ada beberapa orang mengantri memesan.
“wih, jam segini aja sudah banyak yang antri”
“Iya mb, aku yang pesankan aja mb, mbak duduk dulu aja” tawar Rindi
“Oke, mbak martabak telur special 1, sama yang manis coklat kacang 1”
Rindi pun memesan martabak sementara Ara memilih duduk di bangku yang telah di sediakan penjual itu sembari memainkan ponselnya.
“eh astaga!! mas Hafa ternyata jemput ke kantor mbak?!” pekik Rindi setelah melihat ponselnya ketika duduk di samping Rindi,
“Bukannya tadi kamu sudah kasih tau mas mu?”
“Sudah, tapi malah di balas mau jemput, dan aku ga buka hp lagi tadi habis chat mas Hafa”
“Ya sudah, kasih tau aja udah mau sampai rumah”
“udah mbak”
Ara hanya tersenyum kemudian melihat kembali ponselnya, mengabari kepada mama tercintanya kalau ia akan pulang sedikit terlambat karena mengantarkan Rindi terlebih dahulu.
Tak berapa lama kemudian pesanan martabak mereka telah siap dan mereka pun segera melanjutkan perjalanan ke rumah Rindi yang tak jauh dari tempat mangkal penjual martabak.
“Mampir dulu mbak?” tawar Rindi saat keduanya telah tiba di depan rumah berpagar berwarna hitam.
“ga deh Rin, mbak langsung aja, next time aja ya” ucap Ara dengan senyum manis merekah dari bibirnya,
Di saat bersamaan sebuah mobil berwarna hitam mendekat pelan ke arah meraka, membuat Ara segera menepikan motornya karena menghalangi mobil itu masuk.
“mbak langsung ya Rin” teriak Ara lagi saat Rindi melangkah hendak membuka gerbang rumahnya.
“Iya mbak, makasih banyak mbak”
“Oke, sama-sama, see you ya”
Ara pun kembali memakai helmnya dan segera melajukan motor matic kesayangannya menuju rumahnya.
“Siapa itu dek?” Tanya sosok pria dengan badan tegap yang baru keluar dari mobil setelah memarkirkannya di samping teras.
“Mbak Ara mas, kan tadi Rindi sudah bilang kalau pulang di anter mbak Ara”
“ohw, teman kerja kamu?”
“Iya lah mas, satu tim sama aku, dia senior aku”
Pria yang tak lain adalah Hafa, Haffafa Irsyam kakak dari Rindi Widiasari itu hanya mengangguk kemudian mengajak adiknya masuk ke dalam rumah.
“Bolehin Rindi naik motor sih mas, enak tau, lebih cepet juga” mumpung ingat dan dalam moment yang pas Rindi membujuk sang kakak yang tengah merangkulnya untuk masuk ke rumah,
“Ga dek, bahaya buat kamu, lagian kamu cewek, bahaya kemana-mana sendiri pakai motor”
“nyatanya mbak Ara gapapa tuh, dari dulu mbak Ara juga naik motor, sendirian, kalau lembur malam dia juga pulang sendiri, dan mas tau rumahnya itu di Desa Y, kan lebih jauh dari sini, kalau Rindi kan ke tempat kerja deket, ya? ya?”
Hafa hanya menghela nafas mendengar bujukan adiknya, “selama mas masih bisa antar jemput kamu, ga akan mas ijinin kamu naik motor sendiri, lagian emang kamu bisa ?’”
“Ya belajar lah mas, kalau mas jemput Rindi telat kaya tadi kan Rindi juga yang susah mas”
“Ya kan bisa naik taksi dek” kilah Hafa membuat adik semata wayangnya itu memcebikan bibirnya.
“ih, mas ga asik ah” gerutu Rindi kemudian meninggalkan sang kakak yang masih berdiri menatap punggungnya sembari menggelengkan kepala.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments