🌺Happy Reading🌺
Aku hanya tersenyum masam mendengar pertanyaan teman mama. Wanita dengan yang bertubuh sedikit tambun dengan dandanan yang begitu menor.
“doakan saja tante. Kalau sudah waktunya mama pasti kasih undangan ke tante”.
'Ini nih yang bikin aku males duduk bareng nemenin temen-temen mama, selalu saja yang di tanyakan itu, ntah itu nyindir atau emang peduli'
“tente tunggu secepatnya, bukannya anak sulungmu ini sepantaran dengan anak ku ya Mir? Aku saja sudah punya cucu 2”
Mama hanya tersenyum tipis mendengar ucapan teman yang duduk di sampingnya. Ingin rasanya aku segera menyingkir dari sini dan kembali ke kamar ku, rasa lelah di tubuhku membuatku mudah tersulut emosi, apalagi mendengar pertanyaan yang begitu sensitif seperti ini.
“ma, Ara masuk dulu ya” pamitku akhirnya dari pada mendengar ocehan lain dari teman mama.
Secepat kilat aku melangkah menuju kamar dapur untuk meletakan nampan.
“Kenapa kak?” tanya Farhan yang melihat wajah masam sang kakak yang terlihat murung.
'pasti di tanya soal nikah lagi, huff'
“Gapapa,“ ku jawab adik ku dengan tersenyum tipis “kamu mau ke Toko?”
“iya, bete di rumah juga, males denger omongan temen-temen mama yang rese itu. pasti kakak udah kena kan? kusut gitu mukanya” tebak Farhan sembari memperhatikan raut wajahku yang memang tak seceria biasanya.
“ya gitu lah… udah sana berangkat, bantuin papa yang bener jangan tinggal main game doang”
Farhan hanya nyengir lalu segera mengambil kunci motornya yang tergantung di dekat pintu dapur.
Sementara Aku memilih ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhku yang terasa begitu lelah. Wajah lelahku, ku benamkan di atas bantal dan tanpa terasa air mata menetes tanpa ku minta. Butiran hangat itu begitu deras mengalir tanpa isakan tangis yang terdengar.
Segera kuusap pipiku lalu membalikan tubuhku dan menatap langit-langit kamar yang berwarna putih, menerawang jauh tentang segela impianku dan apa yang telah ku alami selama ini. Mengingat kembali omongan orang-orang tentang diriku, tanpa tau diriku yang sebenarnya.
“Huff… kamu bisa Ara!!!, kamu kuat!!” gumamku terus menerus menguatkan hatiku yang tengah terluka. Menyemagati diriku yang sedang gelisah.
“Huf… mending tidur aja deh.”
Lelahnya pikiran dan fisikku membuatku begitu mudahnya memejamkan mata, inginku sejenak melupakan rasa kesal sekaligus sedih yang mendera.
***
“Ara!!!...... Humaira Mentari!!!” samar-samar terdengar seseorang memanggil nama lengkapku,
Ku abaikan panggilan itu karena mata ku begitu enggan untuk di buka, rasa kantuk masih menyelimutiku, rasanya baru saja aku memejamkan mata, tapi kenapa sudah ada yang memanggilku, atau kah aku sedang bermimpi?
Hingga akhirnya tepukan cukup keras mendarat di lenganku membuat mataku terbuka lebar karena rasa panas dan perih begitu terasa.
“Astaga mama!!” keluhku saat melihat wanita paruh baya yang tak lain adalah mamaku berdiri di samping ranjang ku dengan wajah galaknya.
“Bangun ih, udah dzuhur, bantuin mama beres-beres. Abis itu anterin makan siang buat papa sama adikmu”
“iya ma….” Dengan rasa malas aku beranjak dari ranjang empuk ku, ke kamar mandi untuk cuci muka kemudian segera membereskan bekas piring dan gelas yang terlihat begitu berantakan membuatku kembali menghela nafas.
Tak sampai 30 menit akhirnya ruang depan dan tengah sudah kembali bersih dari tumpukan sisa makanan maupun piring dan gelas kosong.
“Antar makan siang papa aja, biar mama yang cuci” ucap mama sembari menyodorkan rantang berisi makanan untuk papa dan adik ku saat aku mengambil celemek yang tergantung di dekat kulkas sebagai pelindung baju ku sebelum mencuci piring dan gelas yang sudah ku tumpuk di dekat wastafel.
“siap ma” ucapku bersemangat,
Tidur lebih dari 1 jam nyatanya mampu membangkitkan semangatku, dan melupakan resah dan sedih yang menyambangiku pagi ini.
Segera ku letakan kembali celemek yang belum sempat aku kenakan ke tempat semula, kemudian meraih kunci motorku. Kuletakan rantang dan kunci di meja ruang tamu, lalu aku bersiap kilat dan mengambil dompet serta ponselku.
Beberapa saat kemudian, ku kemudikan motor matic kesayanganku dengan kecepatan sedang, kunikmati jalan yang begitu lengang dengan terik matahari yang begitu menyegat.
“kok kamu di luar sih dek?” tanyaku setelah memarkirkan motor ku di depan toko dan melihat adik ku duduk di teras toko sembari memainkan ponselnya.
“Capek kak, istirahat bentar doang ini” jawab adik ku dengan wajah yang memang terlihat lelah.
“Toko ramai ya?”
“huum, baru selesai nurunin barang juga”
“Masuk yuk, makan siang dulu” ajak ku dengan menenteng rantang makanan yang tadi mama ku siapkan.
“beliin es dong kak. Tuh mumpung es cincau pak bul lagi mangkal di situ”
Aku menolah ke arah yang di tunjuk adikku, terlihat beberapa pedagang dengan gerobaknya mangkal di dekat tokonya.
“nih, beliin anak-anak juga, sama beliin kakak cilok juga tuh” ku sodorkan selembar uang berwarana merah di depan adik ku,
“ah, siap… ciloknya berapa?” Farhan begitu semangat dan bangkit dari duduknya, lalu mengambil uang yang ku sodorkan.
“Terserah kamu, yang penting cukup buat anak-anak juga, kakak masuk dulu”
“Oke kak”
Ku tinggalkan adikku yang hendak melangkah membeli es cincau yang akan terasa segar di tengah cuaca yang begitu terik ini.
Seperti yang di ucapkan adik ku, kondisi toko cukup ramai, beberapa pelanggan memang tangah asyik memilih barang yang akan mereka beli, 4 karyawan yang di miliki papa begitu kewalahan mengatasi pelanggan, namun tak menyurutkan semangat mereka untuk tetap tersenyum ramah.
Ku langkahkan kakiku menuju ruangan khusus yang berada di ujung lorong setelah menyapa karyawan papa yang melihat ku.
“Assalamu’alaikum pa” sapaku saat melihat papa yang masih asyik dengan buku-buku di atas mejanya.
“Wa’alaikumusalam, Ra, kok tumben ke sini?” jawab papa dengan senyumnya sekaligus merasa heran karena jarang aku ke toko kalau tidak ada keperluan.
“antar makan siang papa sama Farhan. Papa belum makan kan?” jawabku sembari duduk di depan meja papa.
“Belum, baru aja selesai nurunin barang, belum sempat beli makan.”
“Istirahat dulu pa, itu lanjutin nanti”
“Panggil adikmu, dia di depan sepertinya, mau istirahat tadi katanya” jawab papa sembari menutup beberapa buku yang ada di hadapannya, yang aku tau itu adalah buku recap stock barang yang ada di Toko.
“Farhan lagi beli es pa, tadi udah ketemu di depan, bentar lagi paling juga ke sini”
Aku pun beranjak ke sudut ruangan dan mengambil tikar yang tergulung bersandar di dinding, lalu menggelarnya di sisi kosong yang agak luas di samping meja papa. Lalu mengambil piring dan gelas yang yang memang sudah mama sediakan di sana.
Tak berapa lama kemudian, Farhan masuk ke dalam ruangan papa dengan menenteng 2 kantong platisk di tangannya.
“ini kak” ucapnya semberi meletakkan kantong itu di atas tikar di samping rantang makanan yang telah aku buka.
“punya anak-anak?”
“sudah aku kasih ke mas Rio”
“Oke” ku raih kantong itu dan membukanya, menikmati cilok super pedas yang masih hangat, dan sesekali menyeruput es cincau yang telah ku tuang dalam gelas.
Tbc
Mohon terus dukungannya 🤩🤩🤩
Love you All 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments