Anyelir menatap satu persatu jajaran koper yang ada di dalam kamarnya. Helaan napas kasarnya terdengar, gadis cantik bermata biru itu menelungkup kan wajahnya di meja rias, kedua matanya terpejam sejenak sebelum kembali terbuka.
Hari ini, hari ini dia harus meninggalkan istana Albarack dan tinggal di istana Al Faruq, dimana sang putra mahkota berada saat ini. Ada rasa tidak rela karena harus berjauhan dengan keluarganya, tapi mau bagaimana lagi karena ini adalah salah satu resiko yang harus dia ambil setelah bertunangan dengan Sang Putra Mahkota keluarga bangsawan Al Faruq.
Anyelir kian bimbang saat dirinya mengingat kejadian di pesta pertunangannya beberapa waktu yang lalu, disaat kedua mata sebiru lautan nya melihat seseorang yang sudah tidak pernah dia lihat dan dengar lagu kabarnya setelah kejadian penolakan cintanya waktu itu.
Dia kembali?
Tapi kenapa? Bukankah Putra Mahkota pernah mengatakan kalau orang itu sudah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi, karena satu hal yang tidak pernah di beritahukan apa alasannya. Maka dari itu Anyelir berani menerima pernyataan cinta yang Putra Mahkota utarakan padanya beberapa tahun yang lalu, karena dia berpikir kalau Sangat Putra Mahkota pasti akan bisa membuatnya move on dari orang itu.
"Haah...!" resahnya.
Anyelir meyakinkan hatinya agar tetap lurus. Selama lima tahun ini dia berusaha memantapkan hati untuk melenyapkan manusia itu dari dalam lubuk hati dan pikirannya, dan jangan sampai dia goyah oleh pesonanya. Walaupun jujur saat pertama kali dirinya melihatnya setelah sekian tahun berlalu, orang itu kian mempesona. Banyak perubahan disana sini, terlebih fisik dan auranya.
"Hentikan itu Anye! Jangan goyah jangan goyah jangan goyah, walaupun dia lebih sexy dari pada Putra Mahkota!" gumamnya.
Anye berusaha berpikir waras, dia menepuk pipinya berulang kali. Menyadarkan otak murahannya yang mulai meleleh saat melihat cinta pertamanya kembali. Cinta pertama yang sudah membuatnya patah hati hingga hancur berkeping-keping keping, ingat itu.
"Dia jahat, ingat dia yang sudah membuat kamu merasakan apa itu sakit hati!" Anyelir terus saja mengsugesti dirinya agar tidak terpengaruh oleh bisikan setan yang terkutuk.
"Putra Mahkota lebih segalanya. Dia baik, tampan, kaya raya, dan yang pastinya dia mencintaimu tanpa harus kamu mengemis cinta padanya."
Anyelir bangkit, dia menepuk dadanya yang terasa berdetak menggila. Helaan napas kasarnya kembali terdengar, dulu selepas pernyataan cintanya ditolak mentah mentah oleh seorang pria, dia bertekad akan memilih di cintai dari pada mencintai.
💘
💘
💘
"Mommy sama Jiddah pasti akan merindukan kamu, Sayang. Jangan lupa menelpon kalau sudah sampai disana, ingat jangan nakal!"
Sheena memeluk Anyelir dengan erat, wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu tidak henti hentinya mengusap pucuk kepala putrinya, lalu memberikan kecupan di seluruh area wajah putrinya.
"Aku akan mengingatnya, Mom." ucapnya pelan.
Anyelir melepaskan dekapan sangat Mommy, dia tersenyum lebar lalu mendekat pada Yasmine yang berdiri tidak jauh darinya. Gadis itu segera memeluk sangat Nenek, memberikan banyak kecupan di wajah tua yang masih terlihat kencang karena sangat Nenek rutin perawatan bersamanya. Bahkan wanita yang usianya sudah tidak lagi muda itu tidak terlihat seperti Oma Oma kebanyakan, lebih cocok menjadi kakak dari menantunya.
"Aku pasti bakalan kangen sama Jiddah. Pokoknya Jiddah jangan lupa perawatan sama olah raga biar Jiddi enggak berani macam macam." ucap Anyelir dengan logat Indonesianya. Dia cukup mahir berbahasa Indonesia, karena Yasmine sering menggunakan bahasa negara asalnya walaupun banyak orang di istana Albarack yang tidak paham.
Yasmine menepuk pundak cucunya cukup kencang, namun dia tidak dapat menyembunyikan tawa serta raut wajah sedihnya saat ini. Dia merasa kehilangan teman bermainnya, teman curhat, teman untuk menghabiskan uang suaminya Elvier.
"Kalau ada yang berani ganggu kamu disana, bilang aja sama Jiddah!"
Yasmine terlihat begitu menggebu sembari memberikan banyak kecupan di permukaan wajah cucu kesayangannya. Bahkan dia juga kembali memberikan tepukan keras pada pundak Anyelir hingga membuat gadis itu mengaduh pelan.
"Sudah, kita bisa terlambat!" seru Elvier yang tidak jauh dari mereka bertiga.
Pria tua itu sudah berdiri di dekat mobil bersama Lord Erkan yang duduk di kursi kemudi. Pria itu terlihat tidak banyak bicara saat harus melepaskan kepergian putri kesayangannya, tidak rela? Kalau saja dia egois jujur Erkan tidak rela sama sekali kalau Anyelir pergi dari kediaman Albarack dan tinggal bersama keluarga besannya.
"Tolong sampaikan pada Aunty Liara, aku menyayanginya. Jangan lupa untuk menelpon saat dia pulang dari Spanyol nanti." pintanya.
Yasmine dan Sheena mengangguk, kedua wanita beda usia itu tersenyum tipis saat melihat Anyelir berlari kecil mendekat pada Elvier. Keduanya menyeka air mata yang menetes kala melihat Anyelir masuk kedalam mobil sembari melambaikan tangan ke arah mereka berdua.
Sheena menangis dan segera memeluk tubuh ibu mertuanya. Jujur dirinya juga tidak rela melihat putrinya pergi, ada rasa ingin mencegah namun itu terdengar sangat egois. Dia juga terpaksa tidak mengantarkan Anyelir ke kediaman keluarga bangsawan Al Faruq karena tidak ingin semakin bersedih.
"Kita berdoa saja semoga Anyelir baik baik saja disana. Kamu jangan nangis terus Nak, nanti Erkan marah sama Mommy kalo liat mata kamu bengkak."
Cebikan bibir Yasmine terdengar, dia tidak mau di anggap tersangka oleh sang Putra saat mereka kembali nanti.
Sementara di tempat lain, kediaman Al Faruq terlihat begitu sibuk untuk menyambut kedatangan calon putri Mahkota keluarga mereka, termasuk sang Putra Mahkota dan permaisuri.
Pria muda berkemeja navy itu mengedarkan pandangannya, memastikan kalau semua persiapan sudah matang dan selesai. Bibirnya tidak pernah melunturkan senyuman, raut wajahnya begitu bahagia, semua orang di istana dapat melihatnya termasuk pria berkaos hitam tanpa lengan yang saat ini tengah memperhatikannya.
Pria itu menghisap rokoknya dalam, lalu menjatuhkannya di lantai dan menginjaknya keras. Dia menegakan tubuhnya dan berjalan mendekat pada sang Putra Mahkota.
Ujung netra keduanya bertemu saat mereka saling berpas pasan, sudut bibir pria berkaos tanpa lengan itu terangkat kala melihat tatapan tajam sang Putra mahkota.
"Menyedihkan!" tukasnya tajam.
Dia melenggang pergi, senyuman tipis di bibirnya tidak luntur sedikit pun setelah melewati calon pewaris keluarga Al Faruq tersebut. Bukan senyuman manis, melainkan senyuman sinis dan temen yang berhasil membuat Sang Putra Mahkota mengepalkan kedua tangannya.
"Untuk apa kau kembali?!"
Seruan sang Putra Mahkota membuat langkah pria itu terhenti. Dia menoleh, satu alisnya terangkat masih dengan senyuman tipis yang terlihat menyebalkan.
"Tidak perlu alasan untuk aku kembali. Istana ini bukan milikmu, jadi jangan bersikap seperti kau pemiliknya." ujarnya tak acuh dan kembali melangkah sembari memasukan kedua tangan kedalam kantung celananya, melewati banyak mata yang terus tertuju ke arahnya dengan binar memuja.
VISUAL NYUSUL, KALO ADA REKOMENDASI KOMEN YA GAES 😘😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
M akhwan Firjatullah
astaga naga aku mulai lupa ...dinasti duren sawit telah merajalela sampai arab
2023-12-21
0
Lee yeon seinaa
anak nya tukang game udah tuir ternyata udah jadi oma oma kabarnya gentong getala gimana ya
2023-11-10
0
Alexandra Juliana
Benar sekali Anye, tp hati kecil tdk dapat dibohongi klo didalam sana msh tersemat nama Ethan, seseorang yg kamu cintai sejak kamu msh bocah, tp dia selalu mengabaikanmu dan tdk pernah memperhatikanmu..
2023-09-11
2