PSG 2: Laksamana Tinggi

*Perang Selat Gigit (PSG)*

 

Genggam Garam, Ketua Bajak Laut Malam, kini menghadap Raja Muda Arda Handara dan Permaisuri Keken, sepasang pengantin baru di bawah umur. Arda Handara masih berusia sebelas tahun dan sang permaisuri berusia empat belas tahun.

Raja Muda dan Permaisuri Keken duduk di singgasana yang megah.

Di sisi kanan duduk Permaisuri Geger Jagad Dewi Ara yang cantik jelita, penuh wibawa dan kharisma dengan ekspresi dinginnya. Dia sebagai ibu dari Raja Muda mendampingi putra dan menantunya yang sudah yatim piatu.

Sementara di sisi kiri dari tahta duduk seorang lelaki separuh baya berpakaian hitam. Lelaki itu adalah tangan kanan Permaisuri Keken yang bernama Seser Kaseser. Dia kini menjabat sebagai Penasihat Raja.

Genggam Garam dalam posisi berlutut tiga tombak di depan Raja Muda yang penampilannya seperti pengantin sunat.

“Hamba bersedia mengemban amanah laksamana tinggi yang Gusti Raja Muda percayakan kepada hamba,” ucap Genggam Garam menjawab tawaran yang diberikan oleh Arda Handara kepadanya.

Tawaran Raja Muda sama saja dengan tawaran dari Permaisuri Geger Jagad, orang paling sakti di Negeri Pulau Kabut.

“Paman!” sebut Arda Handara lantang sambil berdiri dari duduknya. “Mulai saat ini, Paman Genggam Garam adalah Laksamana Tinggi Kerajaan Kabut Kuning yang akan memimpin seluruh armada angkatan laut negeri ini. Paman Seser, berikanlah tanda pangkat laksamana tinggi itu!”

Penasihat Raja lalu pergi mendatangi Garam Sakti dengan membawa sebuah tampah logam berisi selipat kain warna kuning dan sebatang toya kecil berlapis emas.

Maka, dengan diterimanya dua benda tersebut, resmilah Genggam Garam menjabat sebagai Laksamana Tinggi Kerajaan Kabut Kuning.

Laksamana Tinggi membawahi para laksamana muda.

Setelah Arda Handara menikahi Putri Keken dan diangkat sebagai raja muda, di bawah arahan sang ibu, Arda Handara segera membenahi dan memperkuat kemiliteran Kerajaan Kabut Kuning, terutama angkatan lautnya.

Saat ini, Kerajaan Kabut Kuning hanya memiliki tiga laksamana muda yang masing-masing memimpin satu armada perang. Satu armada hanya terdiri dari lima kapal perang. Berarti, Negeri Pulau Kabut hanya memiliki lima belas kapal perang, jumlah yang sangat sedikit bagi sebuah kerajaan pulau yang semua perbatasannya adalah laut.

Bajak Laut Malam adalah kelompok bajak laut yang ditakuti dan disegani di perairan barat Laut Selatan. Sebelumnya, Genggam Garam sepakat berkoalisi dengan Permaisuri Geger Jagad dalam membebaskan Negeri Pulau Kabut dari penjajahan Kerajaan Puncak Samudera.

Kerajaan Puncak Samudera sendiri berbasis di Negeri Karang Hijau.

Pasukan Kerajaan Puncak Samudera mereka kalahkan dan Negeri Pulau Kabut bebas dari penjajah. Ternyata, ketika Arda Handara naik sebagai Raja Muda, Genggam Garam justru ditawari posisi militer yang tinggi.

“Silakan kau pimpin angkatan laut dengan gaya bajak laut kalian,” kata Dewi Ara saat membujuk lelaki separuh baya itu agar mau menerima tawaran jabatan Laksamana Tinggi.

Maka, setelah memegang Angkatan Laut Kerajaan Kabut Kuning, Genggam Garam mengangkat sepuluh anak buahnya sebagai dua laksamana muda dan delapan kapten. Sementara sisa anak buahnya tetap berada di Kapal Bintang Emas, kapal andalan Bajak Laut Malam. Adapun satu armada lainnya dipimpin oleh seorang laksamana muda dari pasukan asli Kerajaan Kabut Kuning.

Genggam Garam mengangkat tangan kanannya yang bernama Tangan Kanan dan tangan kirinya yang bernama Raga Ombak sebagai laksamana muda.

Tangan Kanan memimpin armadanya yang bernama Armada Mata Dewa dengan empat orang kapten. Kapal yang dipimpin oleh Tangan Kanan sendiri bernama Kapal Mata Dewa. Kapal Mata Satu dikapteni oleh Segaris Ayu. Kapal Mata Dua dikapteni oleh Sayup Desah. Kapal Mata Tiga dikapteni oleh Keong Gelap. Kapal Mata Empat dikapteni oleh Arik Bengal.

Raga Ombak memimpin Armada Ombak Perjaka. Kapal yang dipimpin oleh Raga Ombak sendiri bernama Kapal Ombak Perjaka. Kapal Perjaka Tulen dikapteni oleh Bengkak Ubur. Kapal Perjaka Ganda dikapteni oleh Perkosa Ombak. Kapal Perjaka Sejati dikapteni oleh Rawa Setik. Dan Kapal Perjaka Tua dikapteni oleh Barong.

Itulah sepuluh anak buah utama Genggam Garam yang alih status dari anggota bajak laut menjadi perwira Angkatan Laut Kerajaan Kabut Kuning.

Dan kini, kesepuluh orang itu memimpin kapal mereka masing-masing dalam latihan perang melawan Raja Muda Arda Handara seorang diri.

“Kapal Ombak Perjaka guguuur!” teriak Raga Ombak, setelah kapalnya mendapat sejumlah bom air dari udara yang dijatuhkan oleh Raja Muda Arda Handara yang terbang seperti seekor capung tempur.

Selevel laksamana muda saja tidak bisa mengenai Raja Muda di udara. Padahal, Raga Ombak sendiri yang menembak Raja Muda dengan panah jauh. Raga Ombak memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandinkan para kaptennya.

Arda Handara sudah mengebom sembilan kapal perang dengan bom air. Karena latihan, jadi Arda Handara menggunakan bom air. Namun jika perang sungguhan, pastinya dia sudah punya senjata bom sendiri. Sayang jika hanya latihan harus merusak kapal perang sendiri.

Tinggal Kapal Mata Dewa yang belum gugur dan masih mengibarkan bendera perang di tiang kapalnya.

“Bersiaplah, para prajuritku! Jangan lengah!” teriak Laksamana Muda Tangan Kanan.

“Baik, Gusti Juragan!” sahut para prajurit berseragam kuning-kuning itu.

Tangan Kanan memang paling suka disebut “Gusti Juragan”, meski dia bukan seorang juragan. Karena itulah, dia mewajibkan pasukan di bawah perintahnya langsung untuk menyebutnya “Gusti Juragan”.

Waktu masih sebagai anggota bajak laut, dia tidak berani disebut Gusti Juragan di depan Genggam Garam, karena akan dihukum. Namun di Angkatan Laut sekarang, dia bisa bebas melekatkan sebutan itu pada dirinya, meski di depan Genggam Garam.

Ketika Arda Handara datang mendekati kapal dengan tongkat terbangnya, Tangan Kanan segera menyiapkan ilmu pamungkasnya yang bernama Sepuluh Arwah Neraka.

“Jangan sungkan-sungkan menyerang Gusti Raja dengan kesaktian kalian karena Gusti Raja dilindungi perisai sakti. Jika pun Gusti Raja terkena, dia tidak akan apa-apa,” kata Eyang Hagara, paman sekaligus guru Raja Muda, tetapi Arda Handara menyebutnya “Eyang” karena fisiknya jauh sangat tua dibandingkan fisik adiknya yang awet muda, yaitu Permaisuri Geger Jagad.

Perkataan Eyang Hagara kepada kedua laksamana muda itu, menjadi alasan bagi Tangan Kanan tidak sungkan-sungkan untuk menggunakan kesaktiannya dalam upaya mengalahkan anak kecil junjungannya.

“Kalian yang terakhir! Giliran untuk tenggelam!” teriak Arda Handara yang melesat seperti jet tempur mendatangi Kapal Mata Dewa.

“Tembaaak!” teriak Tangan Kanan kepada pasukannya.

Set set set...!

Puluhan anak panah dilepaskan mengudara ke arah kedatangan raja mereka. Ditambah satu panah jauh.

Namun, seperti sebelum-sebelumnya, mudah bagi Arda Handara mengelak, termasuk menghindari panah jauh yang lebih besar dan lebih cepat lesatannya.

Serss!

Tangan Kanan menghentakkan lengan kanannya yang sudah bersinar hijau.

Dari hentakan itu melesat sepuluh sinar hijau kecil berekor yang melesat seperti sepuluh rudal mini.

“Bebek lele!” pekik Arda Handara terkejut melihat sifat serang sepuluh sinar hijau.

Pasalnya, ketika Arda Handara menghindar, kesepuluh sinar dari ilmu Sepuluh Arwah Neraka itu berbelok mengejar seperti peluru kendali.

Untuk lolos dari kejaran sepuluh sinar hijau, Arda Handara tiba-tiba berbelok menjauhi Kapal Mata Dewa dan kemudian menukik tajam ke bawah.

Jbur!

Cus cus cus...!

Terkejut para kapten kapal dan prajurit menyaksikan raja kecil mereka masuk ke dalam laut. Sementara sepuluh sinar hijau milik Tangan Kanan meledak-ledak kecil saat menabrak permukaan air.

“Gusti Juragan, Gusti Raja masuk ke laut. Kalau mati bagaimana? Kita bisa dipenggal!” teriak seorang prajurit kepada Tangan Kanan.

“Mana aku tahu. Bukan aku yang menyuruhnya masuk ke laut!” kata Tangan Kanan setengah panik juga.

Mereka semua memandang ke area air tempat Arda Handara masuk dan tidak keluar lagi.

Pcrak! Bruss!

Tiba-tiba terdengar suara air dari arah belakang mereka. Sontak penumpang Kapal Mata Dewa menengok serentak. Tahu-tahu mereka sudah melihat Arda Handara telah terbang naik mengudara dalam kondisi kuyup.

Namun, tahu-tahu air sebola besar telah jatuh ke tengah-tengah dak kapal dan pecah saat menghantam. Pecahan airnya yang ke segala arah membuat sejumlah prajurit terhempas jatuh, bahkan ada dua prajurit yang jatuh ke laut.

“Hahaha! Aku menaaang!” teriak Arda Handara sambil terbang berputar-putar di angkasa.

“Jaya Raja Muda!” teriak Tangan Kanan kencang.

“Jaya Raja Muda!” teriak semua prajurit, tanpa lupa menolong dua prajurit yang jatuh ke laut.

Mendengar Kapal Mata Dewa berteriak, kapal perang yang lain juga ikut berteriak memuji.

“Jaya Raja Muda! Jaya Raja Muda!”

“Hahaha!” tawa senang Arda Handara sambil melesat pergi menjauh, terbang ke arah Pulau Kabut untuk pulang.

“Putar kapal! Kita pulang ke Negeri Pulau Kabut!” teriak perintah Tangan Kanan kepada pasukannya.

“Putar kapal!” teriak Laksamana Muda Raga Ombak dan para kapten pula.

Armada kapal perang itupun memutar haluan dan berbalik arah menuju pulang. (RH)

Terpopuler

Comments

ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌

ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌

seser kaseser bang Rudy bikin nn anehh

2024-06-10

1

momoy

momoy

keren Arda jurus menghilang pas sayang2 nya di keluarkan pada saat pertandingan persahabatan ya om

2023-06-29

3

Loly 💃

Loly 💃

bebek sambal ijo sama lele sambal ijo enak omm🤣🤣🤣🤣

2023-06-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!