Kejadian tak sengaja hari ini saat class meeting setelah kemarin melaksanakan Solat Ied di sekolah. Hari ini kebetulan sudah selesai remidinya.
Aku yang seperti biasa keluar kelas dan quality time dengan sahabatku Rere. Kami berbincang-bincang di depan kelasku 8B. Karena tak boleh masuk kelas, kami seperti biasa menceritakan tentang keadaan kelas masing-masing dan teman di kelasnya. Saking asyiknya aku dan Rere ngobrol sampai lupa dengan situasi kelas.
Aku merasa teman-teman telah masuk kelas. “Apa jangan-jangan gurunya udah masuk lagi” cemasku lalu melihat kondisi kelas lewat kaca tengah yang di depanku persis. Saat aku melihat ke dalam, tampak ada yang melihatku juga dari luar kaca. Ternyata yang melihatku adalah Fabian. Yup, Fabian juga tengah melihat dari luar. Kami tak sengaja saling pandang dan setelah sadar itu tatapan mata masing-masing, kami langsung buang muka. Aku terkejut mendapati kejadian baru saja.
Rasa malu menghinggap di dadaku, aku merasa merona dipipi karena kejadian baru saja. “Hah, tadi aku sama Fabian nggak sengaja saling pandang??” batinku dengan perasaan salah tingkah.
Setelah itu aku langsung mengalihkan pandangan dan kembali ngobrol dengan Rere.
“Kamu kenapa sih Mi?” tanya Rere saat mendapatiku habis lihat suasana kelas
“Aduh, Re! Aku habis bertemu pandang sama Fabian barusan” ujarku masih sedikit terkejut dengan kejadian baru saja sambil berbisik ke telinga Rere.
“Ciee, ciee Mimi. Saling tukar pandang sama Fabian” gelak Rere mendengar ceritaku.
“Ahh, Rere. Aku nggak sengaja tadi. Kan nggak tahu tadi yang ngintip keluar siapa” balasku dengan muka yang sudah terlanjur merona.
Melihat wajahku yang tengah merona. Rere tersenyum jahil kearahku. Mendadak aku teringat sesuatu yang masih aku pendam hingga saat ini. Yup.. tentang mimpi Fabian. Tapi aku menganggap itu hanya mimpi biasa yang kuharap datangnya sekali saja. Aku belum berani menceritakan ini pada Rere. Walaupun dia sahabatku, tapi aku butuh waktu untuk menceritakan semua ini.
Tak terasa malam hari pun tiba, waktunya untuk menyambut mimpi indah di tidurku malam ini. Sebelum tidur, aku menunaikan Solat Isya terlebih dahulu. Aku langsung tidur dengan pulas.
Mendadak aku merasa berada di tempat yang tak asing bagiku, dan benar saja aku tengah berada di kelasku sendiri 8B. Aku yang sedang berbincang-bincang dengan Luna melihat kedatangan Fabian yang baru saja datang dan masuk kelas melewati bangkuku dan Luna yang berada di depan. Lalu aku menanyakan”Fab, kemarin nggak masuk sekolah kenapa?”. Tapi Fabian tak merespon pertanyaanku, dia hanya diam dan melanjutkan langkah kakinya sampai di bangku belakang. Aku bengong mendapati Fabian tak meresponku.
Tiba-tiba terdengar Adzan Subuh dari Masjid Perumahanku. Aku langsung kebangun dan kaget. Jantungku berdesir hebat, aku mengalami kejadian seperti kenyataan.
Setelah sadar, ternyata itu mimpi. Yup, mimpi Fabian lagi di tidurku. Mana mimpinya sama persis dengan mimpi yang pertama lagi sewaktu malam takbiran Idul Adha. Aku yang masih bengong dengan mengalami kejadian tak terduga ini, rasanya otakku penuh tanda tanya.”Ada apa ya denganku? Kok bisa sih aku mimpiin Fabian lagi. Padahal kepikiran dia juga nggak” batinku bertanya-tanya lagi. Ini sudah kedua kalinya Fabian menyambangi mimpiku. Aku semakin tak mengerti dengan kejadian yang menyangkut alam mimpi ini. Pelan-pelan jantungku berdetak normal, kini ku sibukkan dengan persiapan berangkat ke sekolah.
Waktu cepat berlalu, kebetulan minggu-minggu ini sedang liburan semester satu. Entah apa yang kualami hingga seringnya bertemu Fabian lewat mimpi.
Berbagai macam kejadian yang terjadi di alam mimpi bersama Fabian benar-benar seperti kejadian kenyataan. Aku tak bisa mengartikan ini semua, apalagi mendeskripsikannya. Belum lagi datangnya Vian (cowok yang katanya dulu waktu kelas 7 SMP suka aku) di mimpiku membuatku semakin tak mengerti apa yang tengah terjadi padaku. “Ya Allah, aku memimpikan dua cowok sekaligus Fabian dan Vian. Pilihkan salah satu dari mereka yang Engkau anggap terbaik untukku” doaku malam ini setelah Isya dan menjelang tidur. Tapi waktu tidur, aku memimpikan Fabian lagi. Aku semakin nggak mengerti kenapa mimpi itu selalu datang dan menyambangi tidurku terus akhir-akhir ini.
Fabian...Fabian....dan Fabian yang tak pernah absen datang di mimpiku. Semenjak kejadian itu kualami hingga kini, aku nggak berani cerita dengan orang tuaku apalagi teman-teman dekatku. Dan semenjak mimpiin dia di tidurku, setelah bangun tidur aku merasakan deg-degan luar biasa. Karena kejadiannya seperti kenyataan.
......................
Liburan semester satu usai, kini aku memasuki semester dua di kelas 8B. Aku masuk sekolah seperti biasa, tapi entah apa yang aku rasakan semenjak kedatangan Fabian di mimpiku. Saat aku bertemu dengannya, aku merasakan perasaanku luar biasa. Maksudnya jantungku selalu berdegup kencang saat tengah disebelahnya atau berbincang-bincang. Perasaanku makin aneh saat bertemu satu bis dengannya dan sampai masuk kelas bersama.
Aku juga merasakan tingkah Fabian padaku juga berbeda. Entah kusebut apa dengan ini semua.
Kini saatnya aku bercerita dengan Luna dan Rere tentang apa yang kualami akhir-akhir ini. Memang semua butuh waktu, termasuk menceritakan semua kejadian yang kualami sekarang. Kuajak Luna ke belakang dekat kamar mandi untuk ku ceritakan sesuatu. Sebelumnya aku minta izin dulu pada Pandu sang ketua kelas dengan beralasan akan ke kamar mandi sebentar. Kebetulan saat aku dan Luna keluar kelas, aku melihat Rere di depan kelasku juga. Kemudian ku ajak serta Rere ke belakang.
Akhirnya kami bertiga berhenti di dekat kamar mandi. Aku segera menceritakannya pada mereka.
“Lun, Re... kalian kan sahabatku dari kelas 7, Aku ingin cerita sama kalian tentang sesuatu. Tapi janji ya, jangan cerita sama siapa-siapa dulu” pintaku sambil memohon dengan mereka.
Luna dan Rere saling pandang tak mengerti apa yang ku minta pada mereka. Tapi akhirnya mengangguk setuju.
“Iya Mi, Insya Allah. Kenapa sih Mi” angguk Luna
“Iya Mi, cerita apa? Ayo ceritakan pada kami berdua” desak Rere yang tampak kepo sekali.
Sebelum menceritakannya pada kedua sahabatku, sebenarnya aku malu sekali untuk menceritakan pada mereka. Tapi mereka sahabatku dari kelas 7 SMP, akhirnya aku menceritakan sebuah rahasiaku.
“Hmm.. sebelumnya kalian jangan kaget ya. Tahu nggak? Aku akhir-akhir ini mimpiin dua cowok. Fabian sama Vian, menurut kalian aku milih siapa?” ceritaku akhirnya
Ekspresi mereka kaget saat aku bercerita tentang itu, lalu berubah menjadi geli.
“Hah? Kok bisa sih Mi, kamu mimpiin Fabian sama Vian?” kejut Rere dengan berbisik.
“Iya Mi, kok bisa mimpiin dua orang sekaligus” kejut Luna juga.
Mendengar mereka terkejut, aku hanya menggelengkan kepala. “Aku sendiri juga nggak tahu kenapa mimpi itu datang Lun, Re..” jawabku sambil mendesah.
“Cieee, Mimi mimpiin Fabian” geli Rere.
“Iya nih, Mimi mimpiin Fabian. Menurutku sih, mending kamu milih Fabian aja Mi. Dia kan udah putih, ganteng lagi” sambung Luna yang terlihat tertawa mendengar ceritaku.
“Ahh, kalian ini. Aku juga nggak ngerti kenapa mimpi itu hadir” cemberutku, tapi hati sangat tersipu
Aku terdiam mendengar support kedua sahabatku saat mereka memilih Fabian. Tapi hatiku membatin penuh keraguan “Milih Fabian ya? Tapi kan dia perfect banget, cowok idola lagi. Berat sekali rasanya. Ah, masa aku beneran suka dia. Pasti dia belum tentu suka aku”. Benar-benar dibuat pusing dengan semua ini, tapi aku selalu berserah pada Allah untuk yang terbaik saja.
“Bener ya, jangan cerita-cerita dulu ke yang lain” pintaku pada mereka.
“Iya deh Mi, aku sama Rere nggak cerita-cerita ke yang lainnya” senyum Luna meyakinkanku.
“Iya Mi, rahasiamu pasti bakal aman kok pada kita berdua” senyum Rere juga.
“Iya deh, thanks ya. Aku percaya pada kalian” senyumku
“Iya Mi, sama-sama” angguk Luna dan Rere bersamaan
Setelah acara sesi curhat di dekat kamar mandi, akhirnya perasaanku lega. Walau masih dihinggapi perasaan malu sekali. Segera kami bertiga kembali ke kelas. Aku dan Luna masuk di kelas 8B, sementara Rere masuk di kelas 8C.
......................
Seperti biasa setelah pulang sekolah, aku dan kedua temanku Rere dan Rossi seperti biasa bermain. Dan kami berdua sekarang main ke rumah Rere. Aku dan Rossi kesana jalan kaki, walaupun dengan cara berjalan kaki jaraknya lumayan jauh sih. Tapi menyenangkan. Kadang naik bis yang kemudian membayar 500 rupiah karena jaraknya dekat.
Banyak cerita yang kami saling share tentang kejadian di kelas masing. Yup, kami bertiga memang pisah kelas. Tapi kebersamaan kami tetap berlanjut.
Siang ini aku dan Rossi tengah bermain di perumahan Rere tinggal, perumahan Rere bersebelahan dengan Perumahanku dan Rossi tinggali. Sementara Rossi masih satu perumahan denganku. Aku yang sedang berjalan dengan kedua temanku Rere dan Rossi di perumahan yang Rere tinggali. Tiba-tiba melihat cowok yang tak asing bagiku tengah menaiki sepeda kecil dan keliling kompleks dengan sepedanya. “Eh, itu Fabian kan?” gumamku pada mereka.
Saat aku mengatakan itu, si cowok itu menoleh dan ternyata beneran Fabian yang langsung mengayuh sepeda kecilnya dengan cepat. Aku tersenyum geli melihat itu. Dalam hati aku mengatakan “Besok aku tanyain ahh..”. Lalu langkah kakiku dan kedua temanku berlanjut.
Aku benar-benar tak mengerti dengan perasaanku sendiri. Gimana nggak? Semenjak mimpi itu hadir di tidurku, aku masih setengah tak percaya, kok bisa sih aku mimpiin Fabian. padahal kepikiran dia juga nggak. “Ah, masa sih aku beneran naksir itu cowok. Padahal awal di kelas 8B aku selalu dibuat ilfill padanya terus. Sekarang aku beneran suka?? Nggak mungkin, nggak. Ingat Mi, kau tak boleh jatuh cinta dulu sebelum lulus” batinku sambil mengingat janjiku sewaktu awal masuk SMP itu.
......................
Dia memang baik sekali padaku, apalagi semenjak mimpi itu menyambangi tidurku. Seperti pagi ini yang kebetulan jatuh pada hari Jumat dan tepat jadwal piketku. Aku yang kebetulan juga berangkat dan masuk kelas bersamaan lagi dengan Fabian. Setelah ku taruh tas di bangku, aku segera beranjak untuk mengambil sapu dibelakang, kemudian aku menyapu dari arah belakang dan tepat bangku Fabian.
“Fab, permisi dulu ya. Mau aku menyapu kotoran yang ada di bawahmu” ucapku dengan permisi.
Fabian mendongak lalu segera beranjak dari bangkunya dan duduk di kursi belakang tempat dimana aku udah bersihkan. Saat aku menunduk untuk membersihkan lantai di bangku Fabian, tiba-tiba Fabian menawarkan diri “Sini Mi, biar aku yang nyapu aja.”
Ucapan Fabian benar-benar menghipnotisku, segera sapu yang aku pegang tadi kuserahkan pada Fabian. Dia menyapu dibawah bangkunya sendiri.
Sementara aku masih berdiri dekat Fabian menyapu bangkunya. Setelah Fabian selesai menyapu, sapu tersebut diserahkan padaku lagi.
“Makasih ya Fab” ucapku untuk Fabian
“Iya sama-sama” jawab Fabian yang langsung menggabung pada Ardi yang sudah dari tadi duduk di belakang.
Saat sadar itu kejadian yang benar-benar tak terduga, aku mulai dibuat kagum dengannya lagi”Fabian baik banget deh” ucapku dari hati dan melanjutkan piket lagi sampai selesai.
......................
Beberapa hari berikutnya, ternyata di semester 2 ini sudah diberi jadwal untuk pembiasaan ke perpustakaan dan solat Dhuhur di sekolah. Tapi siang ini saat jam Bahasa Indonesia ternyata diisi dengan remidi UAS.
Saat dibacakan nama teman-teman yang akan remidi, syukur aku nggak ikutan remidi. Begitu juga dengan Irul sebelahku. Saat jam Bahasa Indonesia berlangsung, aku dan Irul dipindahkan ke belakang dan tepat duduk di bangku Fabian. Melihat itu Fabian segera pindah tempat duduk paling belakang sendiri bersama Pandu.
Kulihat Fabian tampak sibuk menulis sesuatu dengan membuka kamus Bahasa Inggrisnya.
“Kamu lagi apa sih Fab?” tanyaku saat Fabian masih menulis sesuatu dibuku tulisnya dan tengah membuka kamus bahasa inggrisnya.
“Iseng aja Mi, nulis-nulis translate doang di buku” cengir Fabian.
Aku tertawa mendengar hal konyol dari Fabian. “Kurang kerjaan kamu Fab” responku
“Padahal ini bolpoin udah mau habis lho Mi” cerita Fabian sambil menunjukkan padaku bahwa tinta bolpoinnya mau habis.
Aku tersenyum melihat tinta bolpoin milik Fabian yang memang tinggal sedikit. Saat aku berbalik arah dan mulai mengobrol lagi dengan Irul, terdengar Fabian memanggilku.
“Mi, aku punya tulisan bagus nih buat kamu” cengir Fabian yang akan siap menunjukkan sesuatu padaku.
“Eh, apaan Fab?” responku sembari menoleh ke belakang lagi untuk merespon panggilan Fabian.
Kemudian Fabian membalik bukunya dihalaman terakhir. Dia menulis namaku dibukunya sendiri dengan huruf-huruf aneh yang meledekku, mendapati itu aku terhenyak. Detak jantungku berdebar hebat.
Setelah Fabian selesai menulis namaku di buku halaman terakhirnya, aku segera memprotes untuk menutupi perasaan salah tingkahku.
“Ih, sialan kamu Fab. Hapus nggak itu namaku di bukumu.”
Fabian tergelak puas walau pelan saat aku memprotes namaku ditulis dibukunya dengan variant huruf yang meledekku.
“Ayolah Fab, hapus deh namaku dibukumu” pintaku lagi.
Fabian masih merasa geli mendapatiku memintanya untuk menghapus namaku dibukunya dengan ekspresi sedikit melas.
“Kok bisa ya Mi, padahal bolpoinku tinggal dikit tapi bisa nulis namamu dibukuku” ujar Fabian dengan senyumannya.
Aku masih cemberut saat Fabian mengatakan itu. “Nyebelin ih, si Fabian. Masa iya namaku ditulis kayak gitu” batinku merasa sebal.
Kemudian......
“Ayolah Fab, plisss! Hapus itu namaku dibukumu” pintaku lagi dengan memelas.
Mendengar aku meminta pada Fabian untuk menghapus namaku dibukunya, malah Fabian menyuruhku diam dengan alasan gurunya melihat kami tengah ribut dan buku Fabian yang ada namaku dimasukkan ke laci, “Sstt... diem deh Mi, nanti ketahuan gurunya kalau ribut sendiri” kata Fabian. Pandu menyuruhku untuk terdiam juga.
Dengan berat hati aku mengalah, sementara guru Bahasa Indonesia tengah menulis sesuatu dan tak melihat keributan antara aku dan Fabian.Sekarang aku balik badan dan kembali mengobrol lagi dengan Irul.
Beruntungnya kejadian saat aku ribut dengan Fabian tak sampai heboh sekali dan terdengar teman-teman yang lainnya. Mungkin kalau ketahuan, aku dan Fabian udah diledekin sama teman-teman sekelas plus gurunya.
Terdengar Pandu kehabisan buku tulisnya, lalu Fabian mengatakan bahwa di dalam tasnya ada buku kosong. Dia meminta tolong padaku untuk mengambil buku kosong yang ada ditasnya.
”Mi, aku minta tolong dong ambilin buku kosong ditasku” pinta Fabian.
Mendengar itu aku menoleh kearah Fabian lagi dan mencari buku kosong di tasnya. Tapi buku itu tak kutemukan, melihat itu Fabian meminta tasnya untuk diberikan pada si pemiliknya. Setelah buku kosong itu diberikan Pandu, dia berceletuk”Lhoh Fab, ini kan gambar kembaranmu.”
Aku geli mendengar Pandu mengatakan itu, sementara Fabian hanya tersenyum mendengar dirinya diledek. Yup, buku itu gambarnya monyet tengah mandi di bath up. Hahaha.....
Aku yang balik badan lagi untuk mengobrol dengan Irul, mendadak teringat sesuatu yang aku tanyakan pada Fabian.
“Eh Fab, kemarin itu yang naik sepeda kecil kamu ya?” tanyaku iseng.
“Iya, kemarin itu aku” jawab Fabian sambil mengangguk.
Aku sebenarnya geli mendengarnya, lalu Pandu menanyai”Lhoh, kalian itu tetanggaan ya”
Aku yang akan menjawab, keburu dijawab Fabian”Deketan perumahannya, tapi masuk gangnya jauh.”
“Iya Pan, perumahannya yang tetanggaan” anggukku membenarkan jawaban Fabian.
“Ohh, begitu ya” respon Pandu sambil manggut-manggut.
Saat Fabian bercerita dengan Pandu, aku menyela pembicaraan mereka
“Emang rumahmu gang apa sih?” tanyaku pada Fabian.
“BKJ” jawab Fabian.
“Iya, aku tahu rumahmu BKJ. Tapi gang apa?” tanyaku lagi dengan berbisik.
“Ya di BKJ” jawab Fabian dengan mengulang jawaban tadi.
Sambil menghembuskan nafas pelan-pelan. Aku mencoba untuk mengulangi pertanyaan yang sama untuknya dengan nada pelan.
“Iya Fab, maksudku di jalan BKJ apa? Gang apa gitu?” tanyaku memperjelas.
“Oh, gang kelapa kopyor” jawab Fabian.
“Hmm, nah gitu kan jelas Fab” gumamku pelan sambil manggut-manggut.
Kini aku berbincang lagi dengan Irul. Tapi ternyata di kelas sudah ada satu jam pelajaran. Saat masuk jam kedua kelasku mendapat giliran menuju perpustakaan karena jadwal pembiasaan. Lagi-lagi disana aku satu meja dengan Fabian dan Pandu setelah aku mengambil buku di rak. Aku mengambil buku tentang dunia remaja.
Sembari membolak-balik buku yang kami ambil di rak buku, malah pembicaraanku dengan Fabian dan Pandu dilanjut lagi. Terlihat Fitria duduk disebelahku, dan datanglah Ardi dengan iseng mengganggu Fitria. Gelak tawa terjadi di area meja kami.
Aku merasa aneh saat pembicaraan tengah berlangsung, entah aneh saja rasanya. Aku merasa jantungku berdetak kencang saat berdekatan dengan Fabian dan sedikit kikuk mendapati perasaan yang tak biasa ini muncul lagi. “Oh, No! Masa beneran aku naksir dia sih. Nggak mungkin ahh” batinku mulai bergejolak tak tentu dan terus menampiknya.
Bel istirahat kedua berbunyi, kami semua murid kelas 8B berhamburan keluar dari ruang perpustakaan dan sebelumnya mengisi daftar hadir disana. Seperti biasa setelah menaruh buku dan alat tulis di dalam kelas, aku kemudian mencari Rere untuk bercengkerama dengannya. Rasanya aku ingin menceritakan kejadian di kelas dengannya, tapi rasa malu masih menghinggap dihatiku. “Ah, butuh waktu lagi untuk menceritakannya tentang Fabian lagi” batinku sambil mengumpat senyum mengingat kejadian di kelas dan di perpustakaan tadi.
Aku masih belum menyangka dengan tingkah Fabian yang awalnya nyebelin tapi bikin senyum-senyum tak jelas. Tapi di sisi lain aku tak ingin perasaanku semakin dalam untuknya, yup.. tepatnya takut jatuh cinta lagi.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
nowitsrain
Alam bawah sadar itu yang sebenernya mikirin Fabian terus 🤭
2023-10-03
1