Empat

Kini hampir memasuki satu semester aku ada di kelas 8B, dan beberapa minggu lagi aku masuk di semester dua. Rasanya tak ingin berpisah dengan teman-teman yang ada di kelas 8B termasuk Fabian, karena aku merasa di kelas ini adalah kelas yang paling gokil plus crazy. Walaupun ada beberapa teman yang bikin aku selalu naik darah. Entah aku sewaktu masuk di kelas ini benar-benar merasakan suasana kelas yang berbeda dari sebelumnya.

Hari ini tepatnya, kebetulan sewaktu jam Bahasa Inggris. Aku yang masih duduk dengan Luna tengah mengerjakan LKS Bahasa Inggris yang diberi tugas oleh guru kami.

Kebetulan kulihat Agung tengah duduk bersebelahan dengan Fabian sembari Fabian membawa tasnya. Duduk dibelakangku dan Luna persis. Seperti biasa kami bercanda satu sama lain, bahkan aku meledek Agung yang kebetulan dia teman dari SD. Agung membalas meledekku. Awalnya Agung menanyaiku tentang jam, aku bengong karena yang aku kenakan bukan jam melainkan gelang dengan tulisan Pisces sesuai dengan zodiakku.

“Jam berapa Mi?” tanya Agung.

Aku menoleh sembari menjawab dan menunjukkan gelang yang tengah ku pakai. “ Jam gimana Gung, ini gelang tauk. Tulisannya Pisces.”

Agung hanya tertawa malu mendapati itu, lalu mengatakan” Kirain itu jam tangan, habis bentuknya kayak jam tangan sih.”

Mendengar itu Luna dan Fabian tertawa. Aku juga ikutan geli.

“Zodiakmu Pisces ya Mi, berarti ikan dong?” tanya Fabian.

“Iya Fab, aku zodiakku Pisces. Kan bulan Maret” terangku sambil nyengir kuda.

“Terus, kalau kamu apa Lun?” tanya Fabian pada Luna.

“Aku Scorpio Fab, lambangnya kalajengking” jawab Luna.

“Bentar, bentar. Aku mau nebak punyamu Gung. Pasti lahirmu bulan Agustus ya?” tebak Fabian sambil tertawa.

Agung tertawa dan mengangguk pada Fabian. Lalu giliranku dan Luna menanyai zodiak milik Fabian

“Emang zodiakmu apa Fab?”

“Aku zodiaknya air alias Aquarius. Tanggal lahirku setelah Valentine” terang Fabian dengan senyuman melebar.

“Tanggal 15 Februari ya?” tebakku dan Luna serentak

“Yup, betul” angguk Fabian sambil tertawa.

......................

Seminggu ini kami semua satu sekolah tengah menempuh Ulangan Akhir Semester Satu, ulangan akhir semester yang benar-benar membuatku pusing. Karena setiap aku belajar, materi yang tengah aku pelajari tak pernah keluar dalam soal itu.

Tapi pada hari ini, aku yang tengah duduk bersebelahan dengan Luna dan Irul di depan ruangan test sembari belajar.

Ku lihat Fabian baru saja datang dan melewati depan mereka biasa saja. Entah kenapa sewaktu dia melewati depanku saat aku tengah menyilangkan kaki kananku ke kaki kiri dia mengatakan sambil berjalan membungkuk sopan. Layaknya melewati orang yang lebih tua”Permisi Mbak, numpang lewat ya”

Aku kaget saat tengah belajar dan konsentrasiku buyar karena menggubris Fabian mengatakan seperti itu. “Ihh, nyebelin kamu Fab.”

Mendengar itu, Fabian tersenyum meledek kearahku. Udah kesekian kalinya Fabian bikin ulah yang kadang buatku sebal. Sementara Luna dan Irul tertawa geli saat Fabian berkata seperti itu. Ternyata hari ini adalah hari ulang tahun Rere, waktu Rere datang teman-teman membuat rencana untuk berpura-pura cuek padanya. Walaupun begitu, aku tak bisa melakukannya. Aku tak tega melihat Rere diperlakukan begitu.

Waktu pulang tiba, aku yang mencari Rere untuk pulang bersama. Ternyata dia dari kamar mandi dengan kondisi basah kuyup di seragamnya. Ku lihat Stefani, Irul, Indri tertawa girang mendapati Rere tengah basah kuyup di hari ulang tahunnya. Aku merasa kasian dengan Rere yang telah basah kuyup itu. Tapi aku ikut senang karena hari itu adalah hari ulang tahun Rere.

......................

Menjelang liburan semester dua ini, seperti biasa sekolah mengadakan class meeting yang diisi dengan lomba-lomba. Tapi di hari pertama class meeting, kelasku yang berangkat hanya sedikit. Kulihat juga Fabian dan Saputra tak tampak di kelas. “Paling mereka bolos” batinku dan aku mulai membaur dengan teman-teman dekatku hingga aku mulai lupa dengan mereka yang tak berangkat pagi ini. Saat kebersamaan kami tengah berlangsung di depan kelas, mendadak Bu Eni masuk kelas 8B.

Walaupun beliau bukan wali kelas 8B tapi beliau masih mengampu mata pelajaran Matematika di kelas kami.

Seperti pagi ini, beliau masuk kelas 8B untuk memberi pengumuman tentang remidi Matematika di papan tulis. Setelah Bu Eni masuk, kini giliran guru Biologi memberi pengumuman yang sama tentang remidi juga. Karena guru-guru memberi remidi untuk kita dengan tujuan untuk menambah nilai raport. Giliran guru Agama memberi informasi pada sang ketua kelas Pandu untuk besok diadakan Solat Ied Idul Adha di sekolah. Wajib berangkat karena untuk menambah nilai Agama di raport juga.

Sore hari pun tiba, aku yang beru saja bangun dari tidur siang akan mandi dan mengambil baju dilemari mendadak urung saat melihat dua orang yakni Fabian dan Saputra kesini dari luar jendela kamarku. Fabian tengah memberhentikan motor dan aku segera keluar kamar untuk menemuinya yang sudah di depan rumah.

“Tadi kalian nggak masuk ya?” tanyaku langsung pada mereka

Mendengar pertanyaanku mereka tampak melempar cengiran kuda kearahku. Sebelumnya aku menyuruh mereka untuk masuk ke dalam rumah, tapi mereka minta di luar saja.

“Mi, tadi disuruh ngapain di kelas?” cengir Fabian saat menanyaiku tentang di kelas tadi.

“Emang tadi kamu nggak masuk kemana Fab?” tanyaku balik.

“Malas Mi, enakan dirumah sambil tidur” jawab Fabian sambil nyengir kuda.

Kulihat Saputra melakukan hal yang sama dengan Fabian, yakni melempar cengiran kuda juga kearahku. Sementara aku geli melihat tingkah mereka.

“Dasar malas. Oya, tadi dikelas ada pengumuman tentang remidi gitu dan besok jangan lupa untuk wajib berangkat Solat Ied di sekolah jam setengah tujuh untuk penambahan nilai Agama” terangku pada mereka.

“Hmm, Solat Ied jam berapa Mi besok?” tanya Fabian lagi.

“Jam setengah tujuh pagi Fab” jawabku.

“Terus remidinya apa aja Mi?” giliran Saputra menanyaiku.

“Sini masuk ke dalam dulu kalian. Aku tunjukin yang buat remidi di halaman berapa aja” ajakku sekali lagi pada mereka.

“Ah, di luar aja Mi. Aku malu tahu kalau masuk ke dalam” jawab Fabian malu-malu.

“Iya Mi, diluar saja” setuju Saputra juga.

Dan pada akhirnya aku mengalah pada mereka. Aku masuk sebentar untuk mengambil LKS yang berada dalam tasku dan kutunjukkan pada mereka tentang apa saja yang akan di remidi. Belum selesai aku kasih tahu mereka tentang remidi tersebut.

Tiba-tiba tetanggaku cewek depan rumah yang biasa main ke rumahku datang dan menanyaiku, “Mbak, ini Mas-Masnya siapa sih? Kok pada ganteng-ganteng”

Aku kaget saat dia menanyaiku seperti itu. “Kecil-kecil udah centil banget, efek korban sinetron” gumamku dalam hati. Lalu aku menanyai balik.

“Mas-Mas yang mana sih, kaos biru apa kaos merah?”

“Semuanya Mbak...” cengir tetanggaku.

Aku geli saat tetanggaku menanyai tentang itu. Tampak Fabian dan Saputra tengah berbincang-bincang.

“Emang namanya siapa Mbak?” tanya Aulia, si tetangga depanku itu.

“Tanya aja sana sama Mas-Masnya” geliku

Mendengar itu, tiba-tiba Fabian tersenyum padaku. Yang pasti senyumannya manis dong, haha....

Lalu Fabian bertanya”Itu adikmu Mi?”

“Sial, mentang-mentang dia gendut sama kayak aku. Langsung ditanyain itu adikku” batinku sebal saat Fabian menanyaiku seperti itu.

Saat aku akan menjawab, ternyata Saputra keburu menjawabnya

“Bukan Fab, ini adiknya Rahman adik kelas kita itu. Masmu kemana Dik? Masih sakit ya?”

“Iya Mas, Mas Rahman masih sakit” angguk Aulia

“Oh, jadi kamu tetangganya Rahman ya Mi? Emang sakit apa?” tanya Fabian padaku.

“Iya Fab, ini adiknya” anggukku dengan menunjuk ke Aulia.

“Lhoh, kamu nggak tahu Fab. Sekarang Rahman lagi sakit gondong. Jalannya kayak robot gitu” terang Saputra yang memperagakan jalan seperti robot.

“Hus, sembarangan kamu bilang gitu” nasihatku untuk Saputra

Mendengar itu, Fabian tampak tergelak lalu manggut-manggut mengerti. “Aku baru tahu kalau rumah Rahman itu ternyata depan rumahmu Mi” kata Fabian sambil nyengir.

“Iya Fab, tetanggaku udah lama sekali sejak masih kecil” terangku.

Aulia juga mengangguk, pertanda membenarkan ucapanku dan Saputra.

Samar-samar tetanggaku memanggil nama Aulia. “Mbak, aku pulang dulu ya. Di panggil sama ibu” pamit Aulia kemudian berlari masuk rumah.

Sekembalinya Aulia di rumah lagi, aku bercerita kalau Fabian remidi Matematika. Lalu Fabian terlihat mendesah kecewa.

“Eh, masa sih Mi aku remidi?” tanya Fabian yang masih tampak belum percaya.

“Iya Fab, di papan tulis ada namamu juga kok” anggukku meyakinkan Fabian.

“Kalau aku gimana Mi?” tanya Saputra.

“Iya deh Put, kayaknya kamu juga remidi” jawabku untuk Saputra

“Ah sial, aku remidi nih” gerutu Saputra

“Aku juga kali” balas Fabian juga

“Hmm, yaudah Mi gitu aja. Kita pamitan pulang dulu ya. Makasih buat infonya” pamit Fabian sembari mengucapkan terima kasih.

“Besok Solat Ied jam setengah tujuh kan?” tanya Fabian memastikan lagi.

Rasanya mendengar Fabian berpamitan pulang kok gimana gitu. Padahal esok hari masih bisa ketemu dia. “Eh, iya Fab sama-sama. Iya, besok jam setengah tujuh Solatnya” anggukku.

“Mi, kita pulang dulu ya. Makasih Mimi..” pamit Saputra juga

“Iya, kalian hati-hati” anggukku pada mereka.

Segera Fabian menyalakan motor dan Saputra memboncengnya. “Yok Mi...” pamit Fabian dengan senyuman lagi sembari menjalankan motornya dan meninggalkan pekarangan rumahku.

Aku mengangguk penuh senyum. Setelah mereka berdua pulang, entah kenapa aku merasakan girang. Hah? Girang? Apanya coba?? “Gara-gara Fabian kesini” batinku langsung sadar dengan perasaanku yang tiba-tiba tak karuan begini. “Udah, udah.. lagian aku mau mandi juga, udah sore dan aku belum Solat Ashar” ucapku menampik semua perasaanku yang mendadak aneh ini dan segera beranjak mandi sore.

Malam hari tiba, aku sengaja tidur lebih awal karena besok paginya Solat Ied Idul Adha di sekolahan dan berangkat pagi-pagi sekali.

Aku tidur seperti biasa dan pulas malam ini. Tapi saat aku tengah terjaga dalam tidurku, aku merasakan bertemu Fabian di kelas.

'Hah, perasaan baru kemarin sore dia kesini, kok sekarang ketemu secepat ini ya' batinku heran. Aku melihat Fabian tengah berjalan masuk kelas, segera aku menyapanya “Fab, kemarin kamu nggak masuk ya” tanyaku. Tampak Fabian tak menggubrisku dan melanjutkan langkah kakinya sampai bangku belakang. Aku benar-benar di buat bengong oleh sikapnya. “Tak biasanya Fabian seperti ini sama aku” batinku makin terbengong-bengong.

Sayup-sayup terdengar Adzan Subuh, aku terbangun. Tiba-tiba aku mengingat sesuatu.” Bukannya tadi ketemu Fabian ya?” tanyaku yang masih agak bingung dengan kejadian baru saja.

Tapi setelah sadar, aku baru mengingatnya kalau kejadian baru saja ternyata mimpi. “Hah, aku mimpiin Fabian tadi malam? Duh, pertanda apa ya mimpi tentang Fabian” kagetku setelah sadar bahwa kejadian itu beneran mimpi. Kulihat jam dinding terus berjalan, aku segera beranjak dari tempat tidur dan bergegas untuk persiapan pagi ini. Kulupakan sejenak tentang kejadian semalam. Aku yang sudah siap mengenakan lengan panjang berwarna hijau muda dan berangkat ke sekolah untuk mengikuti solat Idul Adha disana. Disisi lain otakku masih bertanya-tanya dengan kejadian semalam.

Lebih malu lagi setelah sampai di sekolah dan telah menyelesaikan Solat Ied Idul Adha. Aku yang hendak masuk kelas ternyata aku melihat Fabian yang terlebih dahulu masuk kelas terlebih dahulu. Setelah menulis absensi di kelas, tampak Fabian melihat tulisan dipapan tulis tentang remidi yang kemarin sore aku beri informasi padanya dan Saputra. Dia juga melihat kedatanganku masuk kelas dengan melempar senyumannya. Aku membalasnya.

“Bener kan kamu remidi Fab?” tanyaku saat Fabian memandangi papan tulis di kelas.

“Iya Mi, aku remidi nih. Emang kamu nggak remidi?” tanya Fabian balik.

Aku menunjukkan namaku juga dipapan tulis. Fabian hanya manggut-manggut saja.

“Eh Mi, Rahman itu ternyata tetanggamu ya” tanya Fabian yang masih membahas tentang kemarin sore.

“Iya Fab, aku udah lama tetanggaan sama dia dari kecil” terangku sambil nyengir kuda

“Oh, aku baru tahu deh Mi” senyum Fabian padaku

Setelah perbincanganku dengan Fabian, mendadak aku merasakan aneh di hatiku. Entah apa namanya. Merasa seperti deg-deg-an gitu. “Ah, masa sih aku beneran naksir dia” batinku masih tampak salah tingkah.

Aku segera mengabsen namaku yang telah tersedia di kelas. Setelah itu aku keluar kelas untuk mencari Rere yang ada di kelas 8C, ternyata pagi ini Rere tak masuk sekolah, kemudian aku menghampiri Rossi yang ada di kelas 8G untuk mengajaknya pulang. Kami pulang bersama dengan keadaan perut sudah terasa lapar sekali. Menanti bis lama sekali, dan pada akhirnya bis tersebut datang untuk mengantarkan kami sampai depan kompleks.

......................

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!