First Love & Best Friend
Falling In Love? Aku sepertinya baru dengar istilah begituan. Mungkin bagi mereka yang pada gaul sih udah pada ngerti apa itu falling in love dan mereka bahkan sudah merasakan pacaran. Bodoh amat dengan istilah itu, mungkin cewek sepertiku belum paham dengan pengertian itu semua.
Tapi seiring berjalannya waktu aku baru mengerti bahwa istilah“falling in love”itu jatuh cinta, ekspresi senang saat bertemu dengan orang yang disukainya. Jadi merasa deg-degan gitu deh. Hmm...tapi ngomong-ngomong aku naksir siapa ya? Pernah sih suka sama cowok tapi hanya sekedar suka saja. Lalu pernah naksir cowok yang orangnya begitulah orangnya. Nyaris perfect bisa ku bilang, seneng-seneng aja sih ketemu dia (orang kita sekelas).
Walaupun perasaanku tidak begitu dalam padanya dan masih sekedar merasa suka saja. Tapi seiring berjalannya waktu, teman-teman sekelas mengetahui kalau aku menyukainya dan mereka mengatakan pada itu cowok bahwa aku menyukainya. Lebih parah lagi aku disuruh nembak. Tapi ternyata aku ditolak dan aku tak bisa berbuat apa-apa. Saat dia menolakku, aku tidak merasa sangat kehilangan bahkan perasaanku biasa saja.
Setelah kejadian cowok itu menolakku, teman-teman cowok lain di kelas sering mem-bully-ku lebih tepatnya menghinaku dan mengejekku habis-habisan. “Nggak pantes kamu tuh sama dia. Ngaca dong! Punya kaca nggak” ketus salah satu temanku sekelas saat mengetahui hal itu. Atau mereka ada yang bilang”Dasar kidal, mana jalannya miring-miring lagi kaki kanannya”. Sumpah! Aku benar-benar sakit hati kala mendengarkan mereka meledekku seperti itu lebih tepatnya menghinaku. Walaupun aku nggak menggubris ejekan mereka, tapi aku sedih dan merasakan tersinggung sekali.
Mana semenjak cowok itu menolakku, sikapnya berubah acuh, tak peduli aku digituin. Malah ikut tertawa. Yup, lama-lama aku membenci sifatnya dan menyesali kenapa aku pernah menyukainya.
Ternyata alasan dia menolakku karena sudah menyukai teman sekelasku juga. Mengetahui hal itu, perasaanku biasa saja bahkan aku juga tak punya rasa patah hati sampai jealous sama sekali. Menurutku, dia juga punya HAK untuk memilih seseorang yang dia sukai. Itulah alasanku tak merasa kehilangan sama sekali.
Sementara cewek yang disukai Bowo (cowok yang menolakku) merasa tak enak hati denganku. Aku sendiri juga tak bisa berbuat banyak dengan semua ini dan hanya bisa menerima kenyataan yang ada.
Tapi di sisi lain, aku merasa dia menjadi sok perfect dan mulai di gandrungi cewek-cewek. Aku mulai cuek dan merasa muak dengan kelakuannya. Di detik-detik kelas 6 SD akhir, aku semakin merasa cepat-cepat ingin meninggalkan kelas ini. Aku merasakan trauma dengan urusan naksir menaksir cowok. Belum lagi aku sempat di gosipkan dengan teman yang kebetulan satu antar jemput denganku. Yup, aku dijodoh-jodohkan olehnya. Akibat peristiwa itu, aku sama temanku itu saling diam kala berpapasan. Oya, sebelumnya aku pernah disukai oleh temanku sekelas juga, dia nembak aku. Tapi waktu itu aku masih suka dengan teman sekelasku juga. Padahal aku merasa nggak begitu cantik.
Kelulusan SD tiba, aku merasa senang karena sebentar lagi aku tak bertemu dengan mereka yang mengejek dan mem-bully-ku. Terutama cowok yang sempat aku taksir dulu.
Akhirnya aku akan melanjutkan masuk SMP. “Yee, akhirnya bentar lagi aku masuk SMP juga” girangku mengetahui kalau aku dinyatakan LULUS. Aku benar-benar tak merasakan kehilangan cowok yang pernah aku sukai dulu, tepat saat Perpisahan SD berakhir.
Setelah lulusan SD, aku fokus mendaftar SMP yang selama SD aku idam-idamkan. Bahkan aku sudah tak peduli lagi dengan teman-temanku dulu. Bahagia itu saat aku ternyata keterima di SMP yang dari SD aku impikan.
Awal masuk SMP, entah apa yang membuatku bersumpah dalam hati kalau nggak ingin naksir cowok dulu dan fokus dalam pelajaran.
Tapi berjalannya waktu, entah kenapa aku mendadak tengah kagum dengan seseorang di SMP itu. Dia yang selalu jadi buah bibir dan beken dikalangan cewek-cewek. Yup, Fabian namanya.
Setelah aku tahu bahwa itu orangnya. Aku bergumam kagum “Lumayan juga ini cowok, putih iya, baby face banget, ganteng lagi. Pokoknya cute abis deh. Yeah, his is perfect boys”. Mendadak perasaan kepo pada dirinya muncul (mungkin karena aku dengan dia sering satu bis dan seringnya kenalanku bernama Stefani dari kelas 7B bercerita tentang Fabian padaku). Eits, bentar-bentar. Aku mulanya lihat dia rada angkuh dan sombong gitu (mungkin karena aku masih bisa melihat sifatnya dari luar saja dan kita juga beda kelas). Mendadak ilfil dan trauma saat mengingatkanku pada cowok yang pernah aku sukai dulu waktu jaman SD.
Beberapa bulan kemudian, aku makin sering bertemu dengan cowok itu di bis. Entah waktu berangkat atau pulangnya, karena kebetulan perumahannya bersebelahan dengan perumahanku. Jadi sering sekali satu bis. Dia selalu pulang bersama teman-temannya yang super nyebelin itu. Gimana nggak nyebelin, masa iya aku dikatain “Gajah” oleh mereka. Ugh, benar-benar menyebalkan deh pokoknya. Tapi aku masih lega karena cowok yang bernama Fabian itu tetap cuek dan nggak ikut-ikutan mengejekku. “Baik juga ya dia” kagumku lagi. Dan teman-teman terdekatku juga hanya bisa menghiburku”Sabar ya Mi...” itulah ucapan empati dari teman-teman yang mendengarkanku diejek mereka.
Aku hanya bisa mengangguk lemas pada mereka dan kuusahakan tersenyum.
......................
Setahun sudah aku berada di SMP favorit ini. Tak terasa setelah liburan selama tiga minggu lamanya, hari Sabtu itu semua siswa-siswi saatnya berangkat sekolah lagi karena pembagian kelas. Aku yang kini naik di kelas 8 SMP, tengah mencari kelas yang akan kuhuni selama setahun ke depannya. Waktu mencari nama lengkapku ternyata aku berada di kelas 8B, lalu aku mencari nama Rere sahabatku dari kelas 7, ternyata dia berada di 8C, sedih sih harus berpisah kelas dengan Rere walaupun kelasnya bertetanggaan. Saat masuk kelas 8B, aku sekelas dengan Luna, Indri, dan Irul.
“Mimi.... kita akhirnya sekelas ya” girang Stefani tiba-tiba saat melihatku keluar lagi dan melihat nama-nama di tempelan kaca kelas.
“Oya? Masa sih?” kagetku masih tak percaya dan terlihat polos sekali.
“Iya Mi, ini deh namaku” tunjuk Stefani padaku.
Setelah melihat nama Stefani yang di daftar nama 8B, aku ikutan girang. Kemudian aku masuk kelas bersama Stefani dan bergabung dengan teman-temanku.
Tapi aku duduk sebelah Luna yang di deretan kedua. Sementara Indri sebelahnya Irul yang duduk di depan. Stefani duduk di deretan lain bersama Fitria anak baru. Oya, setelah aku mencari namaku dan duduk bersama Luna rasanya masih terasa asing karena nuansa kelas masih baru dengan teman-teman baru juga dari berbagi kelas. Dan ternyata di kelas ini takdir mempertemukanku dengan cowok idola itu. Siapa lagi kalau bukan Fabian.
Aku yang tengah melihat-lihat ke belakang tak sengaja pandanganku jatuh pada cowok yang tak asing bagiku. “Eh, itu Fabian bukan?” gumamku dalam hati sembari mengingat-ingat. Lalu aku iseng keluar untuk mengecek nama Fabian di daftar nama kelas 8B dikaca luar kelas dan ternyata memang benarada namanya di daftar nama yang tertempel di kaca kelas 8B. Hmm... lumayan juga bisa tahu tentangnya di kelas ini dan tahu sifat aslinya, hehe :D.
Bel masuk berbunyi, aku yang dari tadi sudah di dalam kelas bersama teman-teman dan tengah mengobrol dengan mereka terhenti, karena ada guru yang masuk di kelas kami dengan tujuan menyerahkan daftar nama untuk di absensi temanku yang dulu pernah menjabat menjadi ketua kelas pada kelas 7 SMP. Fabian tampak mengacungkan jari telunjuknya pada guru tersebut dan menghampiri beliau di depan kelas untuk diberi pengarahan. Setelah itu Fabian mulai mengabsen nama teman-teman di kelas 8B satu per satu.
Tiba giliran namaku dipanggil, aku segera mengacungkan jari telunjuk kiriku, tapi Fabian masih mencari nama yang dia sebutkan tadi. Dan benar saja, dia masih mencari nama itu. Padahal aku sudah mengacungkan jari telunjukku lagi. “Serasa makhluk abstrak aja aku ini” batinku sebal mengetahui hal itu.
Karena Fabian masih tak melihatku, akhirnya teman-teman berseru sembari menunjukku”Ini lho Mimi...”
Pandangan Fabian beralih padaku yang tengah duduk dibangku depan barisan kedua, saat mengetahui bahwa itu namaku. Fabian langsung berseru” Oh, ini ya yang namanya gajah duduk.”
Mendengar itu aku membelalak, sementara ketiga temanku tampak tertawa geli. “Uh, nyebelin banget deh” dengusku.
“Fabiannn, jelek ya kamu” gerutuku kesal.
Mendengar gerutuanku, tanpa dosa Fabian hanya melemparkan cengiran kuda kearahku.
“Huh, nyebelin banget ternyata ini orang. Sama seperti temen-temennya itu” dengusku yang merasa sebal. Setelah kejadian itu, aku masih tampak ilfill dengan perlakuan Fabian barusan.
“Bentar-bentar, jadi selama di kelas 7 SMP, dia diam itu merekam kenakalan teman-temannya ya” batinku yang masih merasakan kesal.
Nyebelin banget sih hari pertama masuk di kelas 8B, udah dibuat jengkel sama cowok bernama Fabian. Dan ini baru kurasakan pertama kalinya.
Oke, pagi hari Fabian udah bikin ulah padaku. Ternyata siang hari saat pulang sekolah terulang kembali. Kejadian ini terjadi saat aku, Rossi, dan Tiwi tengah berjalan menuju tempat berhentinya bis. Mendadak ada yang menendang kakiku dengan kerikil kecil-kecil. Refleks aku menoleh, saat aku menoleh ternyata yang menendang kakiku adalah Fabian. Yup, lagi dan lagi dia bikin ulah yang kedua kalinya padaku.
“Heh, nakal banget sih kamu Fab” gerutuku padanya sambil memprotes kejahilannya dan kukenakan pukulan ringan ditas punggungnya.
Cengiran kuda kudapatkan lagi darinya, setelah itu Fabian merespon.”Salah sendiri udah tahu julukannya gajah menuh-menuhi jalan.”
Mendengar ejekan Fabian lagi, aku memprotes”Heh, jalan lebarnya gini dibilang aku menuh-menuhi. Nyebelin kamu”. Saat aku akan memukulnya ternyata Fabian sudah terlanjur lari sambil ngacir tanpa dosa.
“Ih, Fabian nyebelin banget deh. Masa dua kali aku diejek gitu sama dia. Di hari pertama masuk kelas 8B lagi” batinku sebal.
Melihat wajahku yang badmood, Rossi menanyaiku”Kenapa sih Mi?”
“Huh! Itu si Fabian nyebelin Ros” dengusku
“Sabar Mi” hibur Rossi dan Tiwi.
Aku mengangguk dan melanjutkan berjalan dengan mereka berdua. Sampai juga tempat dimana aku dan teman-teman yang lain menanti bis. Disana aku melihat Fabian tengah bersama teman-teman cowok yang super nyebelin itu. Kalau lagi kumpul-kumpul gitu. Fabian tampak tak mempedulikan sekitar. Maksudku dia terlihat acuh.
Setelah bis itu datang, kami segera naik bis untuk diantar sampai rumah. Sesampai di rumah aku masih merasa sebal dengan ulah Fabian tadi. “Ternyata itu cowok nyebelin banget deh” gumamku.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
nowitsrain
Betul, perasaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri...
2023-09-26
1