Memeluk Rindu
Bab. 5
“Oma lihat kamu sering nonton siaran dia. Kamu suka?” Oma Widya bertanya ketika mengambil duduk di sofa panjang di sebelah Sara. Yang tengah menonton siaran langsung sebuah acara bertajuk Cooking With Arga, seorang chef terkenal di negerinya. Arga Pratama.
“Suka Oma.” Sara menyahuti santai tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.
“Orangnya tampan ya?” celetuk Oma Widya menggoda.
“Iya, tampan.” Sara masih tak menyadari Oma Widya tersenyum-senyum menatapnya.
“Kamu menyukainya? Eh, maksud Oma, kamu menyukai orangnya?”
Pertanyaan Oma Widya kali ini membuat Sara menoleh. Lalu mengerutkan dahi kebingungan.
“Maksud aku tuh acaranya Oma, bukan orangnya.” Sara membela diri. Tak ingin Oma Widya salah memahaminya.
Belakangan ia memang sering sekali menonton siaran live streaming Cooking With Arga. Karena acara masak memasak yang ditampilkan cukup menarik. Resep-resep yang sering dibagikan Chef Arga dalam acara tersebut pun cukup mudah di recook. Dari dulu ia memang suka memasak. Untuk itulah ia sangat menyukai menyaksikan live streaming Arga Pratama. Chef muda nan tampan yang tengah naik daun dan digandrungi banyak gadis tersebut.
Namun, terlepas dari paras menawan sang chef, ia lebih tertarik dengan menu-menu yang sering dibagikan oleh chef muda tersebut. Yang sederhana dan mudah ditiru.
“Oooh ... acaranya. Oma pikir orangnya.” Oma Widya masih tersenyum jenaka sambil mengangguk pelan. Seolah ia tak percaya pada perkataan Sara.
“Padahal orangnya tampan loh. Masih muda, sukses, dan ... masih sendiri,” sambung Oma Widya terkesan tengah menggoda Sara.
“Oma tahu dari mana kalau Chef Arga itu masih sendiri? Memangnya Oma sudah pernah bertemu dengannya langsung?” Bukan penasaran, tapi Sara hanya ingin menyudahi Oma Widya membahas tentang Arga. Karena sepertinya Oma Widya salah memahami maksud kalimatnya tadi.
Oma Widya hanya tersenyum.
“Ya ampun Oma. Oma pasti salah paham kan? Aku suka nonton acara Chef Arga itu bukan karena orangnya. Aku hanya suka dengan resep-resep yang sering dibagikan Chef Arga. Selain menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat, murah, juga sangat mudah untuk ditiru. Itu saja. Bukan karena aku suka dengan orangnya. Lagi pula, mana mungkin orang seperti Chef Arga menyukai gadis sepertiku. Yang sedikitpun tidak menarik dari ujung kaki sampai ujung kepala ini. Oma ini ada-ada saja deh.” Sara tertawa kecil sembari menggeleng.
Namun tidak dengan Oma Widya. Di matanya Sara adalah gadis yang cantik. Walaupun penampilannya sederhana, wajah jarang dipoles make up, tetapi wajahnya terlihat cantik alami. Pancaran dari ketulusan dan kebaikan hatinya. Dan gadis seperti Sara inilah yang ia inginkan.
...
“Kita istirahat sebentar.” Seorang pria berkata sembari melangkah keluar dari depan kamera yang tengah menyorotinya sejak tiga puluh menit berlalu.
Pria itu melepas aprone yang dikenakannya. Memberikannya pada salah seorang kru, kemudian mengambil duduk di sofa yang tersedia dalam ruang studio itu.
Arga Pratama. Chef muda nan rupawan yang menjadi idola kaum hawa masa kini itu tampak tengah menghubungi seseorang. Air mukanya mendadak cemas ketika seseorang di ujung telepon memberitahukan sebuah informasi yang dinantinya sejak lama.
“Belum ditemukan?” Arga terkejut.
“Coba kalian maksimalkan lagi pencariannya. Jangan buat selebaran, iklan atau apa pun itu. Jangan sampai semua orang tahu. Bisa-bisa Oma malah semakin bersembunyi jika tahu kita sedang mencarinya,” sambungnya kemudian berdiri.
“Baiklah. Kerjakan saja tugas kalian dengan baik. Aku membayar kalian mahal. Jadi aku tidak ingin kecewa. Temukan wanita tua itu secepatnya. Mengerti!” tambahnya menegaskan lantas mengakhiri panggilan telepon.
“Chef, acaranya kita lanjutkan lagi.” Seorang kru datang memberitahu. Arga pun kembali ke depan kamera, melanjutkany siaran live Cooking With Arga yang telah menyedot perhatian ribuan pemirsa sejak pertama kali penayangannya.
Arga Pratama, telah dikontrak sebuah stasiun televisi untuk mengisi beberapa acara TV mereka. Salah satu diantaranya, adalah Cooking With Arga.
Selain mengisi beberapa acara TV, Arga juga mengelola sebuah restauran bintang lima. Yang menyajikan menu-menu berkelas untuk kalangan berkantong tebal.
Dari seorang chef, kini pria lajang itu pun menjelma menjadi seorang idola berkat kepiawaiannya mengolah bahan makanan dari yang biasa menjadi luar biasa. Selain keahliannya dalam memasak, parasnya yang rupawan pun menjadi daya tarik seorang Arga Pratama.
Namun belakangan, kesibukannya bertambah dikarenakan seseorang yang berarti dalam hidupnya pergi meninggalkannya. Seseorang yang tengah gencar dicarinya saat ini.
***
Danny telah diperbolehkan pulang. Kondisinya sudah jauh lebih baik. Tetapi kondisi hatinya yang kini sedang dalam kebimbangan juga kegalauan.
Pulang ke rumah seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi Danny. Namun belakangan entah mengapa serasa ada yang kurang dalam rumahnya. Perabotan masih utuh dan lengkap, berada pada tempatnya seperti biasanya. Tetapi seolah ada sesuatu yang tidak melengkapinya saat ini.
Danny meniupkan napasnya panjang sembari mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamarnya. Tidak ada yang berubah, semua masih sama, tetapi terasa ada yang berbeda.
Menjatuhkan diri terlentang di tempat tidur, matanya memandangi langit-langit kamar.
“Seharusnya aku senang tidak ada kamu di sini. Hidupku jadi bebas," gumamnya sembari melipat kedua tangan sebagai bantal kepala.
Seharusnya yang tampak di matanya adalah langit-langit kamar yang bercat putih. Namun yang terlihat malah bayang-bayang Sara.
"Kenapa kamu senang sekali menggangguku, Sara? Pergilah yang jauh. Jalani hidupmu dengan bahagia. Ngomong-ngomong, terima kasih kamu sudah mengembalikan milikku.” Ia tersenyum tipis. Demi menghalau bayangan Sara kembali mengganggu, ia coba pejamkan matanya.
Awalnya ia hanya ingin memejam sebentar saja. Namun beberapa menit berlalu, ia malah semakin larut dalam bayangan yang datang dalam ingatannya.
Cklek
Suara pintu terbuka. Dari pintu yang terbuka lebar itu Sara datang sambil membawa nampan berisi sepiring nasi goreng spesial dan segelas susu hangat. Gadis dalam balutan seragam putih abu-abu itu berjalan menghampiri, menaruh nampan itu di atas nakas, kemudian berjalan menuju lemari pakaian. Mengambil seragam milik Danny dan menaruh seragam itu di atas tempat tidur.
“PR kamu sudah aku kerjakan. Sekarang, habiskan sarapanmu. Setelah itu kenakan seragammu, waktumu hanya sepuluh menit. Beberapa hari ini kamu sering terlambat ke sekolah. Sudah berulang kali Paman menegurku agar lebih memperhatikan kamu.” Sara berkata sembari mengambilkan sepatu Danny.
“Kamu itu bahkan lebih cerewet dari Mama. Bikin telingaku sakit saja mendengarnya,” gerutu Danny sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Kemudian menyambar seragam yang di sodorkan Sara.
Senyuman manis terkembang merekah di bibir Sara. Sudah seringkali gadis itu mendengar Danny mengatainya cerewet. Anehnya, gadis itu malah merasa senang.
Hanya butuh beberapa menit Danny mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi. Begitu keluar, ia telah disambut senyuman manis Sara. Gadis itu berdiri sambil memegang sisir.
Danny melenggang menuju cermin, dan Sara membantu menyisir rambutnya. Sara melayaninya seperti seorang anak kecil. Menyisir rambutnya, menyemprotkan parfum, sampai mengambilkan tas sekolahnya. Seperti itulah Sara. Berada di dekatnya, seperti bayangannya.
“Hei, Danny, tunggu!” Sara memanggil sambil berlari kecil menyusul langkah lebar Danny keluar kamar.
“Jauh-jauh dariku, Sara. Kamu itu membuatku tidak nyaman,” ujar Danny sembari menaiki sepeda motornya. Jengah dengan Sara yang terus saja mengekorinya seperti bayangannya.
“Paman memintaku menjagamu, Danny.”
“Aku ini bukan anak kecil, Sara. Sini, berikan tasku.” Mengulurkan tangan meminta tasnya yang ditenteng Sara. Begitu Sara memberikan tas sekolahnya, ia langsung tancap gas setelah menghidupkan mesin beberapa menit lalu.
“Dan ... Danny ... Danny tunggu.” Pekikan Sara terdengar menggema. Dan terus berulang. Memenuhi ruang pendengarannya.
“Danny ... Danny ...”
Suara itu terdengar lagi memanggil namanya. Tapi kali ini terdengar jelas dan dekat.
“Danny!”
Seruan kencang itu pun membangunkan Danny.
“Sara?” gumamnya menatap bayangan seorang wanita yang berdiri di hadapannya.
*
Biar kalian gak ketinggalan update terbarunya, jangan lupa tap ❤️ ya☺️. Jangan lupa tinggalkan jejaknya, agar otor abal² ini makin semangat update. Happy reading guys ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
auliasiamatir
sudah tiada baru terasa 🤔🤔🤔
sukurin kau dani
2023-09-05
0
auliasiamatir
wanita tua...??? jangan jangan agara jahat
2023-09-05
0
auliasiamatir
jangan jangan cucunya oma widia
2023-09-05
0