MR Bab. 3

Memeluk Rindu

Bab. 3

Lucid dreams merupakan kondisi saat seseorang mengalami mimpi sadar atau bahkan bisa mengendalikan mimpi. Hal tersebut bisa terjadi karena gelombang otak yang sangat aktif, meskipun sedang terlelap.

Saat mengalami lucid dreams, seseorang akan merasa seolah melihat kejadian tertentu yang melibatkan diri sendiri. Kejadian tersebut bisa saja pengalaman masa lalu atau hal yang bahkan belum pernah dialami sebelumnya. Fenomena ini nyatanya cukup umum dan bisa dialami oleh siapa saja. Tidak terkecuali Danny.

Seperti orang kebanyakan, pasien koma juga bisa mengalami lucid dream atau mimpi yang terasa sangat nyata sehingga mereka tidak bisa membedakan apakah itu mimpi atau kenyataan. Danny mengalami hal serupa. Mimpi indah yang dialaminya serasa nyata. Sehingga kabar tentang rumah tangganya dengan Sara yang telah berakhir itu membuatnya sangat terkejut.

Pasalnya, dalam mimpi itu ia tengah menjalani pernikahan yang harmonis dan bahagia bersama Sara. Saling mengasihi, saling mencintai, dan saling melengkapi.

“Cerai? Aku sudah bercerai dengan Sara?” gumam Danny kebingungan. Padahal baru beberapa saat lalu kebahagiaan itu ia rasakan bersama Sara. Lalu mengapa semua berakhir begitu saja?

“Danny, kamu baik-baik saja kan?” tanya Mayang. Mengambil duduk kembali di tepian tempat tidur, memperhatikan raut wajah Danny yang terlihat kebingungan itu.

Danny menatap Mayang dengan tatapan menuntut. “Kenapa tidak ada yang memberitahuku soal ini?” tanyanya.

“Soal apa maksud kamu?” Mayang makah balik bertanya. Padahal ia tahu betul apa yang dimaksud Danny. Sebab dalang dibalik semua ini juga salah satunya adalah ia sendiri. Dengan bantuan pengacara keluarga. Sama seperti Danny, ia juga tak ingin Venus Hotel jatuh ke tangan Sara untuk selama-lamanya. Ia tak terima mendiang suaminya malah mengalihkan seluruh aset keluarga atas nama Sara. Hal tersebut membuatnya tak menyukai Sara.

“Bagaimana bisa aku dan Sara sudah bercerai? Bukannya aku koma? Lalu bagaimana caranya aku bisa bercerai dengan Sara?” Memang membingungkan bagi Danny. Tetapi tidak bagi Mayang. Sebab Mayang yang paling tahu.

“Mama yang melakukannya. Kenapa?” Kini Mayang justru menantang Danny.

“Danny, bukannya kamu sendiri yang sangat ingin bercerai dengan Sara? Mama kamu sudah membantu kamu terlepas dari Sara. Itu yang selama ini kamu inginkan bukan?” timpal Tania.

Sebagai kekasih Danny, terus terang saja ia juga menanti hari di mana Danny terlepas dari ikatan pernikahan dengan Sara. Berulang kali Danny menjanjikan kepadanya akan menikahinya jika Danny telah berpisah dengan Sara. Dan kini, kesempatan itu telah terbuka lebar. Tetapi yang terjadi, malah di luar ekspektasinya. Padahal ia telah bersabar menunggu, serta sepenuh hati merawat Danny saat pria itu terbaring koma.

“Aku? Kapan aku berkata seperti itu?” Danny masih terlihat kebingungan. Entah yang dikatakan Tania itu benar, atau Tania hanya membual saja. Sebab masih melekat hangat di ingatannya kenangan-kenangan manisnya bersama Sara. Dan itu terjadi baru beberapa saat lalu, sebelum ia terbangun. Lalu apakah benar ia hanya bermimpi?

“Kamu sudah bercerai dengan Sara. Dan kamu lihat sendiri buktinya.” Cepat Mayang berdiri. Lalu membuka laci nakas, mengambil satu berkas dari dalam sana. Lalu memperlihatkannya di depan mata Danny. Membuka berkas itu lebar-lebar, agar Danny bisa membaca sendiri isinya.

“Ini buktinya kamu dan Sara sudah bercerai. Sara sudah menandatangani berkas ini seminggu yang lalu. Sengaja berkas ini Mama simpan di sini, agar Mama bisa menunjukkannya padamu saat kamu sadar nanti. Dan sekarang kamu sudah sadar, silahkan kamu baca sendiri.” Mayang menyerahkan berkas itu ke tangan Danny.

Dengan dahi berkerut Danny pun mulai membaca isi berkas itu pelan-pelan. Dan yang membuatnya tak mengerti adalah, bagaimana bisa ia membubuhkan tanda tangannya dalam kertas itu jika ia sendiri dalam keadaan koma.

“Kamu percaya sekarang?” tanya Mayang memastikan.

“Tapi bagaimana bisa? Sedangkan aku dalam keadaan koma. Lalu bagaimana bisa aku menandatangani berkas ini?” Sungguh Danny butuh penjelasan akan hal tersebut.

“Mama yang melakukannya.”

“Maksud Mama?”

“Mama memalsukan tanda tangan kamu.”

“Kenapa? Kenapa Mama melakukan itu?”

“Mama cuma ingin membatu kamu terlepas dari pernikahan yang membuatmu tersiksa selama ini. Mama tahu kamu tidak mencintai Sara. Kamu mau menikahi Sara karena Mama yang memintamu. Agar semua aset keluarga kita jatuh ke tanganmu. Dan Sara juga sudah mengembalikan semuanya. Jadi sekarang, kamu sudah bebas Danny. Kamu sudah bisa menjalani hidupmu dengan tenang tanpa Sara. Dan kamu juga sudah bisa menikahi pacarmu, Tania.” Mayang menoleh kepada Tania sembari mengulum senyum.

“Bukankah kamu dan Tania saling mencintai?” sambungnya kemudian mengambil kembali berkas perceraian itu dari tangan Danny.

Danny termangu, kebingungan. Ia bahkan lupa jika ia memiliki wanita lain dalam hidupnya. Wanita yang mengaku sebagai kekasihnya.

Padahal baru beberapa saat lalu, tak hanya bersenda gurau bersama, bahkan sentuhan Sara serasa nyata baginya. Sentuhan lembut penuh kasih itu begitu menggetarkan jiwanya.

“Apa aku hanya bermimpi?” gumam Danny sembari menyentuh sebelah pipinya. Sentuhan Sara seolah masih terasa di pipi itu.

“Danny ... Sayang, hey, bangunlah. Kamu sudah lama tertidur. Kamu harus bangun sekarang. Ayo, bangunlah sayang.”

Ucapan Sara itu masih terngiang jelas di telinganya. Bahkan masih melekat dalam ingatannya, masih terbayang di pelupuk matanya senyuman manis Sara. Sara yang dekil, cupu, bahkan tak pandai berdandan itu terlihat cantik di matanya.

Danny membekap mulutnya sendiri. Terkejut, ia bahkan hampir tak bisa mempercayai kenyataan yang ditemuinya saat ini. Jika yang ia lihat dan ia alami itu hanya mimpi, lantas seperti apa kehidupan rumah tangganya yang sebenarnya? Benarkah ia dan Sara tidak pernah bahagia menjalani rumah tangganya?

“Danny, jangan bilang kalau kamu sudah lupa dengan kebencian kamu terhadap Sara. Sara itu orang yang sudah merebut harta keluarga kita. Kamu menikahinya agar kita bisa mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milik kita. Bahkan sedikitpun kamu tidak menyukai Sara. Apa kamu sudah lupa Danny?” Mayang mengingatkan dengan raut wajah cemas.

“Apa kamu juga sudah lupa padaku, Danny?” tanya Tania ikut-ikutan pula. Karena takut jangan sampai Danny lupa pada hubungan yang telah mereka jalani.

Danny tak menggubris. Semua masih sulit ia pahami. Antara mimpi dan kenyataan, ia kebingungan membedakan. Bila yang dialaminya adalah mimpi, ia hanya tak menyangka jika ia tertidur begitu lama.

“Tolong tinggalkan aku sendiri. Kepalaku sakit, aku mau istirahat,” pintanya kemudian.

Mayang dan Tania tak bisa memaksa. Dengan sedikit berat hati mereka menuruti permintaan Danny, meninggalkan Danny seorang diri di ruangan tersebut.

***

Di lain tempat, masih berada di lingkungan rumah sakit yang sama.

Sara baru saja menyelesaikan pekerjaannya mendistribusikan makanan kepada semua pasien. Ia kelelahan, lantas mengambil duduk di salah satu bangku yang tersedia di pantry rumah sakit tersebut. Ia menyeka peluh yang mengucur di dahinya sembari meniupkan napasnya panjang. Berharap lelahnya luruh.

“Aku ikut senang, akhirnya kamu siuman juga, Danny. Aku berharap semoga kamu baik-baik saja.” Sara bergumam sembari mengulum senyuman tipis.

Tak ada yang tahu, selama hampir enam bulan ia bekerja di bagian gizi, tepatnya di bagian pendistribusian makanan di rumah sakit yang sama di mana Danny tengah di rawat. Bekerja di bagian tersebut ia bisa memantau kondisi Danny secara diam-diam. Ia melakukannya tanpa sepengetahuan Mayang dan Tania, sebelum dua wanita itu datang membesuk Danny.

Setelah kecelakaan mobil yang menimpa Danny, hingga membuat Danny jatuh koma, Mayang mengusir Sara dari rumah. Mayang bahkan meminta Sara untuk menceraikan Danny juga mengembalikan seluruh aset keluarga Dharmendra yang telah dialihkan atas namanya.

Tak ada rasa berat hati bagi Sara untuk memenuhi keinginan Mayang. Mengingat Danny sedikitpun tak menaruh hati kepadanya, membuatnya menyanggupi permintaan itu. Walau sebetulnya hatinya terluka. Hanya dengan merawat Danny secara diam-diam, ia bisa mencurahkan kasih dan perhatiannya. Sebab jika Danny dalam keadaan sadar, sudah pasti hanya cercaan dan perlakuan kasar yang akan ia terima.

Namun, setelah Danny sadar, ia memilih untuk menjauh. Karena ia tahu, Danny tak mencintainya. Danny bahkan kerap berkata bahwa dirinya tersiksa dengan perjodohan ini. Hidup Danny menderita setelah menikahinya. Jadi, bukankah lebih baik ia menjauh dan menghilang saja dari hidup Danny?

*

Terpopuler

Comments

Mur Wati

Mur Wati

bagus keputusan mu sara orang serakah seperti mereka buang jauh” masih banyak orang yg bisa menghargai orang lain 💪💪

2024-02-15

0

Farida Wahyuni

Farida Wahyuni

bagus sara, goodjob. kalau kita ga diinginkan, ngapain kita ngotot utk selalu berada di samping orang itu, hanya melelahkan hati dan jiwa aja.

2023-07-16

0

👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂

👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂

agak laen

2023-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!