Memeluk Rindu
Bab. 2
Enam bulan berlalu setelah kecelakaan. Danny akhirnya terbangun dari koma. Netranya menelisik setiap sudut ruangan mencari seseorang yang sering datang dalam mimpinya enam bulan belakangan. Namun orang itu tak terlihat dalam ruang pandangnya.
“Danny, kamu sudah bangun?”
Tania, wanita yang selalu setia menunggui Danny selama Danny koma, menjadi orang pertama yang mengisi ruang pandangnya. Menyusul Mayang, baru kemudian dokter yang hendak memeriksa kondisinya.
Danny diam seribu bahasa selama pemeriksaan sampai dokter akhirnya selesai memeriksa kondisi kesehatannya.
Menjadi suatu keajaiban ketika Danny terbangun lebih cepat dari prediksi awal medis. Yang memperkirakan Danny akan terbaring koma hingga bertahun lamanya. Terbangunnya Danny dari koma lebih cepat membuat Mayang dan Tania senang bukan kepalang, serta berurai syukur yang tak terhingga.
“Akhirnya kamu bangun juga, Danny. Mama sangat bersyukur pada Tuhan, doa-doa Mama akhirnya terkabulkan. Padahal Mama sempat putus asa dan mengira kamu tidak akan pernah bangun lagi, Nak.” Mayang berkata semringah, diliputi rasa haru sembari mengambil duduk di tepian tempat tidur. Sejam kemudian setelah dokter memeriksa kondisi Danny, dan Danny sudah mulai lebih baik.
“Gimana perasaan kamu sekarang, Danny? Apa ada sesuatu yang kamu inginkan saat ini?” tanya Mayang kemudian.
Namun Danny membisu. Hanya bola matanya yang bergulir liar memindai seisi ruangan. Raut wajahnya terlihat cemas.
“Oh ya, Danny. Apa kamu tahu, selama kamu koma, Tania ini yang selalu setia menjagamu, merawatmu sepanjang hari. Dia bahkan sampai tidak tidur hanya demi kamu,” sambung Mayang membuka obrolan. Mencoba mengingatkan Danny tentang kekasihnya. Yang bisa saja Danny malah melupakannya selama koma.
Namun lagi-lagi Danny tak memberi respon lebih selain tatapan datar terhadap Tania. Seolah kehadiran Tania tak berarti baginya.
Membuat Mayang dan Tania berkerut dahi bingung melihat wajah cemas Danny.
“Danny, kamu masih ingat Tania kan? Pacar kamu?” Mayang mencoba memastikan. Jangan sampai apa yang ia khawatirkan terjadi. Sebagai seorang ibu, ia tentu tak ingin jika sampai putra semata wayangnya itu malah kehilangan memorinya pasca terbangun dari koma.
Danny masih saja membisu, diam seribu bahasa. Membuat cemas mendera Mayang juga Tania.
“Kalau Mama, kamu masih ingat kan?” Tak memungkiri Mayang cemas luar biasa. Jangan sampai Danny malah lupa kepada ibunya sendiri. Yang tentu saja ia tak menginginkan hal itu terjadi.
“Tante, sebaiknya Tante jangan memaksakan ingatan Danny. Mungkin Danny butuh waktu,” ujar Tania menyarankan. Padahal ia sendiri pun khawatir jangan sampai Danny melupakannya.
“Di mana istriku?”
Namun satu pertanyaan yang terlontar dari mulut Danny itu pun akhirnya membuat Mayang dan Tania terdiam. Kemudian saling pandang. Pertanyaan Danny membuat mereka keheranan.
Pasalnya, semenjak Jayadi memutuskan menjodohkan Sara dengan Danny, sejak saat itu pula kehidupan Danny menjadi tak tenang. Sara bukanlah tipe wanita yang disukai Danny. Jika dibandingkan dengan Tania, Sara jauh berada dibawahnya. Sara yang dekil, Sara yang cupu dan kampungan itu sungguh membuat Danny muak melihatnya.
Tak hanya itu, Danny bahkan mulai membenci Sara ketika Jayadi mewariskan harta kekayaan keluarga Dharmendra kepada Sara. Kepemilikan Venus Hotel yang gedungnya berdiri hampir di berbagai penjuru negeri itu telah berpindah atas nama Sara Abimanyu. Membuat kebencian Danny kepada Sara semakin menggunung.
Itu sebabnya mengapa Mayang dan Tania terkejut bahkan keheranan jika Sara menjadi orang pertama yang dicari Danny ketika Danny siuman.
“Di mana Sara, istriku?” Danny kembali bertanya. Menggulir pandangan bergantian kepada Mayang dan Tania. Yang kini tampak kebingungan.
“Danny, kamu baru saja sadar dari koma. Sebaiknya kamu istirahat dulu ya? Sini, Mama bantu kamu berbaring,” ujar Mayang sembari bangun dari duduknya, hendak meraih Danny yang tengah bersandar punggung di kepala tempat tidur.
Namun Danny malah menepis tangan Mayang. Membuat Mayang terkejut.
“Tolong katakan, Mah. Di mana Sara? Aku ingin bertemu dengannya,” pinta Danny berwajah serius.
“Kamu tidak bisa bertemu Sara lagi sekarang, Danny,” ujar Tania.
“Kenapa? Dia istriku, kenapa aku tidak bisa bertemu dengannya?”
Tania terdiam. Tak ingin menjawab pertanyaan Danny yang satu itu. Setelah Danny terbangun dari koma, Danny malah memperlihatkan perubahan dalam dirinya. Yang entah apa penyebabnya. Padahal dahulu, jangankan bertemu, menyebut namanya saja Danny bahkan enggan. Bagi Danny Sara itu tak ubahnya mimpi buruk yang selalu menghantuinya.
“Berikan henfonku.” Danny meminta, membuka telapak tangannya di depan Mayang.
“Henfon kamu rusak. Mama belum sempat membelikan kamu yang baru,” ujar Mayang. Ia juga sama herannya dengan Tania akan perubahan Danny.
“Aku pinjam henfon Mama kalau begitu.”
“Buat apa?”
“Jangan banyak tanya dulu. Berikan saja henfon Mama.”
Dengan wajah cemas juga bertanya-tanya Mayang segera mengambil ponsel dari dalam tasnya. Lantas ia berikan kepada Danny.
Menggulir layar ponsel itu pelan, Danny mencari satu nama dalam deretan ratusan nama. Sampai akhirnya jempolnya berhenti menggulir saat ia menemukan satu nama.
Sara.
Beberapa kali menghubungi yang terdengar hanyalah nada sambung. Dan suara yang begitu ingin didengarnya tak jua terdengar dari ujung telepon itu. Membuat wajah cemasnya semakin kentara.
Sampai akhirnya pada panggilan ketiga, suara merdu itu pun terdengar menyapa.
“Halo?”
Wajah Danny berubah semringah seketika. Ia senang bukan kepalang. Suara yang begitu dirindukannya itu masih terdengar sama, merdu bagaikan lantunan lagu.
“Sara?” Danny balas menyapa dengan senyum terkembang sempurna di wajahnya.
Hening membentang beberapa saat.
“Sara, ini aku, Danny,” ujar Danny.
Namun yang terdengar hanya helaan napas Sara. Membuat Danny mengerutkan dahinya bingung.
Sama bingungnya dengan Mayang dan Tania. Entah apa yang dilakukan Danny saat ini. Yang jelas, hal itu diluar kebiasaan Danny.
“Sara, aku sudah sadar. Apa kamu tidak ingin menjengukku?” Dari kalimatnya yang terdengar, seolah Danny tengah mengharapkan kedatangan Sara.
“Syukurlah kamu sudah sadar. Aku berharap kamu baik-baik saja.” Terdengar Sara akhirnya menyahuti.
Danny semakin senang. Raut bahagianya menggambarkan dengan jelas bagaimana perasaannya saat ini. Perasaan yang berbanding terbalik dengan enam bulan lalu sebelum kecelakaan terjadi.
“Sara, apa kamu baik-baik saja?” tanya Danny
“Aku baik-baik saja.”
“Syukurlah. Sara, aku ... aku ...” Danny terlihat ragu. Ia menimbang-nimbang sejenak apa yang hendak ia utarakan.
“Maaf Danny, aku tutup teleponnya. Aku sibuk.” Sara berkata di ujung telepon, yang hendak mengakhiri percakapan.
“Sara, aku ingin bertemu denganmu.” Namun cepat Danny mencegah. Mengatakan sesuatu diluar kebiasaannya. Yang membuat hening kembali membentang. Helaan napas Sara terdengar jelas di telinganya. Sara seakan enggan menanggapi. Sebab sampai beberapa menit lamanya ia menunggu, Sara tak jua memberi jawaban.
“Sara, kita harus bertemu. Banyak hal yang harus kita diskusikan bersama. Please, temui aku,” pinta Danny, bernada memaksa.
Sementara Mayang dan Tania saling pandang. Bingung juga keheranan dengan tingkah laku Danny diluar kebiasaannya itu.
“Sara, please. Jawab!” Danny memaksa, sebab tak kunjung ada jawaban dari Sara yang terdengar.
“Semua aset keluargamu sudah aku kembalikan. Jadi apa lagi yang harus kita bahas?” Sara akhirnya menyahuti, namun membingungkan bagi Danny.
“Apa maksudmu?”
“Bukankah kamu menerima perjodohan kita hanya karena harta? Kamu mau menikahiku hanya agar Venus Hotel jatuh ke tanganmu bukan? Sekarang kamu sudah terbebas dari hubungan yang membuatmu tersiksa ini. Pernikahan yang tidak pernah kamu inginkan ini sudah aku akhiri. Jadi untuk apa kita bertemu? Surat cerai sudah aku titipkan ke Tante Mayang. Surat cerai itu sudah aku tanda tangani. Sekarang kamu sudah bebas. Selamat tinggal Danny.”
“Apa kamu bilang? Ce-cerai? Sara ...” Sambungan telepon terputus. Danny terkejut, juga kebingungan. Padahal ia tidak menginginkan perpisahan ini. Ada banyak kenangan manis bersama Sara yang dilaluinya. Dan ia tak ingin hal itu berakhir. Bukankah Sara mencintainya? Lalu mengapa Sara tiba-tiba menceraikannya? Apakah kenangan-kenangan manis bersama Sara itu hanya mimpi?
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
R.F
semangat
2024-01-13
0
auliasiamatir
jadi kepo aku.. ada apa selama dani koma
2023-06-23
0
👑⁹⁹Fiaᷤnͨeͦ🦂
emang harus kena azab dulu baru sadar Yee dany:v
2023-06-21
2