Memeluk Rindu

Memeluk Rindu

MR Bab. 1

Memeluk Rindu

Bab. 1

“Jangan berharap apa pun dari pernikahan ini. Memang kita sudah saling mengenal sejak kecil. Tapi jangan pernah bermimpi  kamu bisa dekat denganku. Seumur hidupku, aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah bisa mencintaimu. Jika bukan karena Papa, aku tidak akan sudi menikah denganmu,” ujar Danny menatap tajam Sara, penuh dengan kebencian.

Sara terdiam. Ucapan Danny terlalu menohok, menusuk sampai ke dasar hatinya. Membawa perih yang tak terperi.

Sara tahu, ia tak bisa banyak menuntut, baik perhatian maupun cinta Danny. Sebab pernikahan ini terjadi atas dasar perjodohan. Yang telah lama direncanakan dan bisa terlaksana ketika mereka telah dewasa.

“Apa yang kamu kenakan, Sara? Lingerie? Apa kamu sadar seperti apa penampilanmu?” Danny terbahak-bahak sembari memindai Sara dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bukannya membangkitkan gairahnya, wujud Sara dalam balutan lingerie berwarna merah itu malah membuatnya ingin muntah. Sara yang dekil, wajah yang bahkan baginya jauh dari kata cantik itu justru terlihat seperti badut yang memakai lingerie. Sungguh lucu dan memuakkan.

Sementara Sara yang dipandang remeh oleh pria yang sudah berstatus suaminya itu, menundukkan wajahnya malu. Awalnya ia memang tak berkeinginan mengenakan pakaian minim bahan ini. Tetapi Mayang, ibu mertuanya, berulang kali mendesaknya. Dengan alasan untuk menarik perhatian Danny.

Sara yang memang menyukai Danny sejak kecil pun tak menolak. Ia hanya berharap Danny akan menaruh sedikit perhatian kepadanya. Sangat besar harapannya bisa membuat Danny jatuh cinta kepadanya. Mengingat telah bertahun-tahun lamanya ia menyukai pria itu dalam diam.

Namun, apa yang ia dapatkan malam ini? Tidak lebih hanyalah kekecewaan. Bahkan kekecewaan itu semakin mendalam ketika wanita lain malah hadir diantara mereka, di malam pengantin mereka. Pantas saja Danny sengaja meminta agar mereka menginap di hotel keluarga untuk malam pengantin. Rupanya alasannya ialah agar Danny bisa bebas membawa kekasihnya keluar masuk hotel ini.

“Kamu sudah kenal Tania kan? Malam ini dia akan tidur bersamaku,” ujar Danny tanpa rasa bersalah sedikitpun. Setelah membawa Tania masuk.

Danny tak peduli dengan perasaan Sara yang telah hancur lebur oleh perbuatannya. Bisa-bisanya di malam pengantin, Danny malah ingin tidur dengan wanita lain.

Tania tersenyum sinis, terlihat sangat meremehkan Sara. Wanita itu bahkan tak punya malu telah menjadi orang ketiga, perusak malam pengantin Danny dan Sara.

“Ayo, sayang.” Danny lantas menggandeng Tania, mengajaknya ke tempat tidur. Wanita cantik dan seksi itu menurut saja dengan ajakan Danny. Sebab keduanya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.

Sementara Sara, wanita yang hanya dijodohkan dengan Danny, memilih menyembunyikan diri di toilet kamar hotel itu dengan lingerie yang membungkus raganya.

Sara hanya bisa menangis, meratapi nasib, dengan bersandar punggung di pintu toilet. Perlahan tubuhnya pun merosot seiring dengan derai air matanya yang kian deras membasahi pipi. Ia menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua telapak tangannya ketika suara desahhan terdengar bersahutan. Yang membuat batinnya semakin terluka dalam.

Tega!

Sungguh tega Danny memperlakukannya seperti ini. Batinnya menjerit, terluka dalam oleh perbuatan Danny. Ia hanya bisa memasrahkan saja apa yang terjadi. Selama ini ia tahu, cintanya bertepuk sebelah tangan. Danny tak pernah menyukainya, bahkan sedari kecil.

Pernikahan ini terjadi karena perjodohan. Sara adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga Dharmendra. Sara menyukai Danny sejak kecil, walaupun Danny kerap berlaku kasar kepadanya.

Sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, Sara selalu membantu Danny. Mulai dari mengerjakan PR nya, menyiapkan seragam, sepatu, bahkan sampai bekal pun disediakan oleh Sara. Sampai-sampai Sara dikatai teman-temannya sebagai bayangan Danny.

Bagi Sara dikatai bagaimanapun tak mengapa, asalkan ia bisa berada dekat dengan Danny. Ia bersedia melakukan apapun untuk Danny, demi bisa meraih perhatian Danny.

Namun bagi Danny, Sara bukan siapa-siapa. Sara hanyalah seorang anak yang hidup menumpang pada kedua orang tuanya. Orang tua Sara adalah teman karib almarhum Jayadi Dharmendra, ayah kandung Danny. Ayah Danny lah yang membawa Dara tinggal bersama mereka.

Sampai suatu ketika, saat mereka beranjak dewasa, entah mendapatkan ide dari mana, Jayadi mendadak ingin menjodohkan Danny dan Sara. Sejak awal Danny menolak, tapi Mayang terus memaksa. Dengan sebuah alasan yang membuat Danny akhirnya tak bisa menolak.

---

Danny sedang mencatut diri di depan cermin saat Sara datang hendak mengajaknya sarapan di suatu pagi. Pria tampan itu tengah bersiap untuk pergi bersenang-senang.

“Sarapan sudah siap. Mama sedang menunggumu di meja makan,” ujar Sara berdiri di ambang pintu kamar. Sara sudah melupakan soal malam pengantin yang sukses memberinya torehan luka mendalam itu. Kini ia ingin menjadi istri yang baik bagi Danny. Walaupun Danny tidak menyukainya.

“Katakan saja pada Mama, aku sarapan di luar. Aku buru-buru sekarang. Tania sedang menungguku.” Santai Danny menanggapi, sembari mengambil jaket, mengenakannya, kemudian berlalu, melewati Sara begitu saja. Danny bahkan tak peduli perasaan Sara saat ini, yang terluka mendengar nama Tania disebut.

Teganya. Bagaimana bisa pria itu masih berhubungan dengan wanita lain disaat dia sudah memiliki seorang istri. Sara hanya bisa meniupkan napasnya panjang, menahan sebah di dada. Air mata yang menggenang di pelupuk mata itu pun luruh membasahi pipinya.

Sara bersabar. Sebisa mungkin ia berusaha kuat menerima apa yang terjadi, walau hatinya terluka. Ia terus meyakini suatu saat nanti Danny akan melihat ketulusan cintanya. Sama seperti nasehat Jayadi sebelum ayah kandung Danny itu berpulang.

Namun nyatanya, Kelakuan Danny malah semakin menjadi. Bahkan dengan berani Danny membawa Tania ke rumah. Sara yang baru saja selesai membantu Bibi memasak di dapur sore itu dikejutkan oleh kedatangan Danny dan Tania. Dan yang membuat Sara semakin kecewa dan terluka adalah Mayang, ibu mertuanya bahkan tidak melarang atau pun menegur Danny. Mayang seolah tak peduli.

“Danny, kenapa kamu bawa dia ke sini?” Sara melayangkan tanya sebagai bentuk protes.

Danny pun tersenyum miring, sembari merangkul mesra pundak Tania. Seolah tengah meledek Sara. Sengaja mempertontonkan kemesraannya.

“Bukan urusanmu. Kamu jangan coba-coba masuk ke kamar. Jangan ganggu aku dengan Tania. Paham kamu?” Bukannya memberi Sara jawaban, Danny malah memberi peringatan disertai tatapan tajam menikam. Yang membuat nyali Sara menciut. Tak berani lagi melayangkan pertanyaan serupa.

Danny kemudian melenggang acuh, menggandeng Tania menuju kamar. Sara pun hanya bisa memandanginya dengan derai air mata.

“Sabar ya Non.” Bibi Minah, perempuan paruh baya yang sudah bekerja belasan tahun di keluarga Dharmendra itu pun hanya bisa mengusap lembut punggung Sara penuh iba. Bertahun-tahun bekerja di keluarga itu, sedikit banyak Bibi Minah mengetahui seperti apa keadaan keluarga itu sebelum dan setelah Jayadi Dharmendra meninggal dunia. Bibi Minah juga tahu bila Sara menyimpan perasaan kepada Danny. Tetapi sayangnya, Danny malah seringkali memperlakukan Sara semaunya.

---

“Bye honey. Ingat, langsung pulang ya? Nanti istrimu ngamuk loh.” Tania menarik tuas hendak turun dari mobil begitu mobil yang dikendarai Danny menepi di depan pagar rumahnya. Namun cepat Danny mencekal lengannya, membuatnya pun urung turun.

Danny mengantarkannya pulang setelah makan malam berdua di dalam kamar rumah Danny yang dilayani langsung oleh Sara, wanita yang belum lama ini dinikahi Danny tanpa cinta.

“Dia itu hanya istri di atas kertas. Hanya kamu yang aku cintai. Masa kamu mau pergi begitu saja,” ujar Danny berwajah genit. Sembari mendekatkan wajahnya perlahan.

Tania pun tertawa kecil, sebab ia tahu maksud dari perkataan Danny. Danny enggan beranjak jika ia belum memberikan tip kecil berupa kecupan. Bukan kecupan singkat, melainkan kecupan yang saling berbalas mesra sebagai ungkapan perasaan yang terjalin diantara mereka.

Sementara di lain tempat, di malam yang sama. Sara tengah menunggu, duduk gelisah di tepian tempat tidur. Berbagai pikiran buruk berkecamuk di kepalanya seperginya Danny dan Tania usai makan malam romantis mereka di kamar pribadi, yang sukses menambah torehan luka di hatinya itu.

Sengaja ia menunggu Danny pulang untuk membicarakan perihal rumah tangga mereka yang memang tak harmonis sejak awal pernikahan. Ditambah lagi ternyata Danny memiliki wanita lain. Meski sakit dan masih berat hati, ia ingin mengakhiri saja pernikahan ini dan mengabaikan pesan terakhir mendiang Jayadi, ayah kandung Danny.

Untuk cintanya yang bertepuk sebelah tangan, ia masih bisa memaklumi dan menerimanya dengan lapang dada. Tetapi memperlakukannya semena-mena seperti ini, bahkan dengan tega Danny menghadirkan wanita lain ke dalam rumah tangga mereka, ia sungguh tak terima.

Dalam kecemasannya menunggu, tiba-tiba ia dikejutkan oleh bunyi dering ponselnya yang tergeletak di nakas. Bergegas ia meraih ponsel dan menjawab panggilan yang masuk, yang ia kira dari Danny.

“Apa? Da-Danny ... Danny ke-kecelakaan?”

Namun justru kabar buruk yang menyambutnya begitu ia mengangkat telepon.

*

Terpopuler

Comments

Titik Kedua

Titik Kedua

Mati ajalah Danny tu😡

2024-09-26

0

Titik Kedua

Titik Kedua

Sara ni, jangan terlalu bego/Sob/

2024-09-26

0

Titik Kedua

Titik Kedua

Danny bangsat😡

2024-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!