Poin Of View Eric Abram
"Kamu Siapa? "
Suara seseorang dari balik punggungku membuat ku yang sedang asik menikmati pemandangan indah gedung gedung pencakar langit di hadapan ku terkesiap.
Perlahan ku membalik tubuhku, kepala ku menunduk takut, ku remas tangan ku sebagai luapan ketakutan ku.
"Kamu Siapa? "
Orang itu kembali bersuara, ku dengar orang tersebut berbicara dengan nada dingin, jujur aku merasa menyesal sudah masuk ke ruangan ini.
"Angkat kepala Mu, tatap saya jika sedang bicara dengan saya! "
Perlahan ku naikan pandangan, terlihatlah sepasang kaki jenjang di hadapan ku, dengan sepatu high heels di telapak kakinya, sudah dapat ku pastikan orang di hadapan Ku pastilah seorang Perempuan, semakin ku naikan pandangan, dan terlihatlah wajah cantik dengan ekspresi dingin di hadapan ku, ku lihat matanya menatap menyelidik ke arah Ku.
"Sedang apa kamu disini? "
Perempuan tersebut bicara pada Ku dengan nada mengintimidasi dan menatapku penuh curiga.
Kulihat Perempuan tersebut seperti mencari sesuatu di meja kerjanya, dahi ku berkerut melihat meja yang sebelumnya sudah ku rapih kan dan bersihkan, kini sudah kembali berantakan.
"Kemana berkas penting itu? "
Nampaknya Perempuan itu tengah bergumam, namun masih dapat ku dengar dengan jelas, sebab posisi ku saat ini yang berdiri tak jauh dari posisi Perempuan itu berdiri.
"Kamu mencuri berkas penting Saya? "
Seketika mataku membulat mendengar ucapan asal Perempuan ini, yang asal menuduh ku jika aku mencuri berkas penting miliknya, berkas apa? bahkan aku tidak mengerti berkas apa yang Perempuan ini maksud, dan sekarang dengan mudahnya Perempuan ini menuduh ku, bagaimana bisa.
"Maaf Nona, saya tidak melakukan apa yang anda tuduhkan pada saya! "
"Saya tidak menuduh Mu! tetapi jika bukan kamu lalu siapa? saya?, tadi sebelum ada kamu berkas itu ada di atas meja Saya, begitu kamu datang berkas itu hilang"
"Tetapi Nona, bukan saya yang mencuri, atau menyembunyikannya"
"Lalu maksud kamu, hantu yang mencurinya, lagipula untuk apa hantu mencuri berkas itu? "
Perempuan ini benar benar membuat kesabaran ku menipis, terlebih dengan nada suara perempuan tersebut yang nampak menyudutkan ku.
"Tetapi memang saya tidak melakukan hal itu Nona"
"Baiklah, lalu kamu kenapa berada di ruangan saya? siapa yang memberikan mu izin masuk keruangan saya tanpa seizin saya? "
dapat ku dengar perempuan itu menghembuskan nafasnya, namun ia kembali membuka suaranya dengan nada menyelidik nya.
"Sekretaris anda yang mengizinkan saya masuk Nona"
masih ku coba untuk memberikan senyuman ramah, meski dibalas dengan pelototan matanya, dengan ekspresi wajah mengintimidasinya.
"Omong kosong! "
Tiba tiba Perempuan itu menarik tanganku dengan kasar, aku dapat merasakan kekuatan yang besar digunakan Perempuan tersebut, sesungguhnya aku bisa saja melepaskan diri dari Perempuan ini, namun aku masih menghargainya sebagai seorang Perempuan, yang seharusnya di lindungi kaum laki laki, bukan justru di lukai kaum lelaki.
"Nona ada apa dengan Mas ini? "
Perempuan yang sebelumnya ku bantu buatkan susu hangat, menghentikan langkah kami, perempuan yang kini tengah menarik tangan ku memandang tajam pada perempuan yang sudah ku pastikan dia adalah sekretarisnya.
"Apa kamu yang mengizinkan pencuri ini masuk keruangan Saya! "
Suara perempuan ini sangat keras membuat telinga siapapun yang mendengarnya berdengung.
"Iya Nona, tapi maaf apa maksud Nona Mas ini pencuri? "
"Bukan urusanMu! "
Tanganku kembali ditarik oleh perempuan ini, membawaku ke sebuah ruangan, yang entah ruangan apa ini.
"Tunggu disini, jangan kemana mana! "
Perempuan ini melepaskan tanganku, setelahnya perempuan itu masuk kedalam ruangan yang kini berada di hadapanku, perempuan itu memintaku untuk menunggunya di luar ruangan ini, kulihat perempuan itu berdebat dengan seseorang di dalam sana, ku lihat juga perempuan itu menyerahkan sesuatu pada seseorang di dalam sana, seseorang di sana memberikan sebuah amplop pada perempuan tersebut, kulihat mereka kembali berbicara, sampai akhirnya perempuan tersebut keluar dari dalam ruangan yang ternyata adalah ruangan HRD.
"UntukMu! "
DahiKu berkerut melihat amplop yang sama seperti yang diserahkan orang di dalam ruangan HRD ke Perempuan tersebut, kini justru diserahkan padaKu, firasatKu sudah tak enak, tanpa di minta perempuan itu, aku langsung membuka amplop tersebut, dan terlihatlah apa yang tertulis di dalam kertas yang ada di dalam amplop, seketika mataKu membulat, pasalnya isi di dalam amplop tersebut adalah, surat pemecatan sepihak untukKu.
"Saya di pecat sepihak? "
"Ya! tunggu apa lagi? Pergilah dari Perusahaan ini, dan jangan pernah kembali! "
Sebab Ku tak ingin berdebat dengan kaum perempuan, yang notabenenya kaum tak pernah salah, aku menerima amplop beserta isinya, lagipula meskipun dipecat sepihak, aku masih mendapatkan setengah gajiku, aku turun ke lantai utama, dan masuk kedalam ruangan khusus office boy, untuk mengambil semua barang barang ku dan segera meninggalkan perusahaan, yang selama tiga bulan terakhir ini menjadi tempat ku mengais rezeki.
"Kamu mau kemana Ric? "
Suara seseorang membuatKu menghentikan langkah, rupanya suara Siska yang berjalan dari arah toilet.
"Pulang Mbak, saya di berhentikan sepihak!"
Aku menyunggingkan senyuman kecut Ku, aku teringat dengan semua kebaikan Mbak Siska padaKu.
"Bagaimana Bisa?, Apa kamu membuat kesalahan Ric? "
Raut khawatir dapat kulihat jelas dari wajah Mbak Siska, membuat hatiku tersentuh dengan kepedulian Mbak Siska, Aku berjanji untuk selalu menjaga dan membantu nya dalam kesulitan.
"Tidak Mbak"
"Lalu jika kamu tidak membuat kesalahan, mengapa kamu berhentikan sepihak? "
"Saya tidak tahu Mbak"
"Ayo ikut saya! "
Mbak Siska menarik tanganKu secara tiba tiba.
"Kemana Mbak? "
"Ruang HRD! "
"Untuk? "
"Untuk mendapatkan keadilan Mu Ric! "
Ku lepaskan tanganKu dari genggaman Mbak Siska.
"Tidak Mbak, Saya sudah menerimanya, mungkin saja Perusahaan ini bukan rezeki saya"
"Tapa Ric? "
"Sudah Mbak, Terimakasih banyak Mbak, selama ini sudah baik pada Saya, semoga Tuhan selalu melindungi dan menyertai Anda dan keluarga Mbak"
Poin Of View Penulis
"Baiklah Ric, jaga diriMu baik baik"
Siska menepuk bahu Eric seolah memberikan kekuatan, perempuan itu sudah menganggap Eric sebagai adiknya.
Eric kembali melangkahkan kaki meninggalkan Perempuan tersebut.
Eric mengendarai motornya dengan perasaan kacau, bukan kacau sebab percintaan, melainkan ia bingung, harus menyambung hidup dengan bagaimana, pasalnya ia hanya memiliki uang dari setengah gajinya di bulan ini, yang baru saja di dapat sebagai pesangon pemecatannya, hingga akhirnya Eric menghentikan motornya di sebuah toko jam tangan untuk mengganti baterai jam tangannya.
Eric kembali melajukan motornya membelah jalanan, membawa motornya menuju ke kost kostan nya, Eric merebahkan tubuhnya ke atas ranjang kamar kostnya, tangannya memijat kening yang berdenyut.
"Bagaimana ini, uangKu menipis, kost juga belum ku bayar, mie instan hanya tinggal beberapa bungkus saja, persediaan beras pun mungkin hanya untuk esok hari saja"
Eric bermonolog.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments