"Salam kenal juga Nona, maaf kalau boleh tahu, apa yang terjadi dengan Anda kemarin"
"Jadi seperti ini Mas"
Perempuan tersebut mendongak ke langit - langit, kemudian mulai menceritakan apa yang terjadi padanya kemarin.
"Saya kemarin dalam perjalanan pulang ke rumah, namun tak lama saya berkendara, entah bagaimana tiba - tiba asap putih tebal keluar dari kap mesin mobil, dan mobil saya mati mendadak, saya berusaha untuk keluar dari dalam mobil, namun pintu mobil tidak dapat saya buka, sepertinya langsung terkunci saat mobil mati mendadak, karena saya tidak dapat keluar dari dalam mobil dan asap terus keluar dari kapal mesin dan masuk ke dalam kabin mobil membuat saya kehabisan nafas dan mungkin itulah yang membuat saya pingsan"
"Mobil Nona berasap? "
Eric mengerutkan kening mendengar perkataan perempuan tersebut yang mengatakan bahwa mobilnya berasap, sebab kemarin ketika Eric menolong perempuan itu Eric tak melihat jika mobil perempuan itu mengeluarkan asap.
"Lalu saat ini keadaan Anda bagaimana Nona? maaf apa ada yang merasa sakit? "
"Tidak Mas, kepala saya hanya pusing saja"
Eric mengangguk, kemudian pergi ke dapur guna memasak makanan untuk keduanya, sementara perempuan yang di tolong Eric bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati jendela kamar tersebut, tampaklah motor kesayangan Eric dan tanaman - tanaman yang sengaja di tanam oleh ibu pemilik kost, kemudian pikirannya teralih pada kejadian yang kemarin terjadi pada mobilnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada mobil ku, barang - barang ku juga, sepertinya tidak di bawa laki - laki itu"
Ketika perempuan itu sedang memikirkan kejadian yang terjadi padanya kemarin, tiba - tiba pandangannya tertuju pada berkas - berkas yang berada di atas meja depan sofa, berkas - berkas tersebut menarik perhatiannya, membuat perempuan tersebut melangkahkan kaki untuk mendekati meja tersebut.
"Surat pemutusan hubungan kerja Gabriel Piala Media, kepada Eric Abram, posisi office boy, Jakarta, Senin 15 Mei 2023"
Perempuan yang bernama Geofany itu membaca tulisan yang terdapat di salah satu kertas yang kebetulan terbuka.
"Jadi laki - laki itu pernah bekerja di perusahaan multi media Gabriel"
Monolog perempuan itu, mata perempuan tersebut terhenti pada berkas yang bertuliskan "Daftar riwayat hidup" perempuan itu melihat nama hingga seluruh prestasi yang sudah pernah Eric raih selama hidup di dunia ini.
"laki - laki itu mahir dalam bela diri rupanya"
Monolognya, perempuan itu kembali melihat pada berkas lainnya, dan pandangannya tertuju pada berkas surat lamaran kerja dan surat pencari kerja milik Eric.
"Sepertinya laki - laki itu sedang mencari pekerjaan, apa ya yang dapat ku bantu untuk laki - laki itu? "
Monolognya lagi, perempuan itu melihat nomor ponsel Eric dan mencatatnya di kepalanya, agar dapat membalas budi Eric.
"Nona mari makan"
Eric memanggil Fany untuk makan, kini mereka sudah duduk di luar kamar kost dengan sepiring nasi goreng di tangan masing masing, lengkap dengan dua gelas air mineral di atas meja kecil di tengah - tengah mereka.
"Makanan ini enak mas"
Fany memuji rasa makanan yang di masak oleh Eric.
"Terimakasih Nona"
Fany tiba - tiba meletakan piring nasi goreng yang di makannya di atas meja di sampingnya, kemudian meminum air mineral miliknya, Fany menatap Eric dengan tatapan yang sulit di artikan oleh Eric.
"Bisakah Anda tidak memanggil saya Nona? panggil saja saya Fany, lagi pula nampaknya usia kita sama"
Eric melihat Fany dengan kening berkerut, namun Eric tak berniat untuk berbicara apa pun, Fany kembali melanjutkan makannya setelah mengatakan apa yang ingin di katakan.
"Aku nampak tak asing melihat wajahmu"
Fany kembali menatap wajah Eric dengan seksama, tak ada satu jengkal pun wajah Eric yang terlewatkan.
"Ah iya, bukankah kamu laki-laki berseragam Office Boy yang menabrak ku di Gabriel Piala Media? "
Fany membuat kening Eric makin berkerut, karena Eric pikir hanya dia lah yang mengenali Fany, rupanya Fany pun mengingat dan mengenali Eric.
"Iya kamu benar Fany"
"Kamu tidak pergi bekerja Eric?, atau kamu hari ini tidak bekerja karena aku? "
Wajah Fany menatap Eric dengan raut rasa bersalah dan tak enak.
"Tidak, saya sudah di berhentikan sepihak"
Eric segera menyanggah perkataan perempuan dihadapannya, agar Fany tidak semakin merasa bersalah, Fany hanya menganggukkan kepala, setelahnya suasana kembali hening hanya terdengar suara sendok yang bergesekan dengan piring hingga makanan mereka tandas, tanpa aba-aba Fany mengambil piring dan gelas yang mereka gunakan untuk makan lalu membersihkannya di dapur, setelahnya Fany kembali keluar, namun sudah di luar Fany tak menemukan keberadaan Eric di tempat sebelumnya mereka makan.
Fany memutuskan masuk kamar mandi untuk membersihkan diri yang sudah merasa sangat gatal, Fany kembali mengenakan pakaian yang sebelumnya ia pakai karena memang hanya pakaian itulah yang Fany kenakan, hingga setelah Fany usai mandi pun Eric belum juga menunjukkan batang hitungnya, karena Fany tak memiliki kegiatan, Fany berjalan menuju sofa lalu mendudukkan tubuhnya, tangannya meraih buku di atas meja kemudian merobek satu lembar kertas dan mengambil bolpoin yang kebetulan tergeletak di meja tersebut lalu menggunakannya untuk menulis nomor telepon Eric, alamat Eric dan potensi - potensi yang dimiliki Eric, Fany berniat untuk membalas budi kebaikan Eric, setelah menyelesaikan tulisannya Fany melipat kertas itu hingga berukuran kecil dan memasukannya ke dalam kantong rok panjang yang dikenakannya.
"Selamat pagi mbak, mbak tidak apa-apa? "
Suara seseorang dari belakang punggung Fany membuat nya terkejut dan segera membalikan tubuhnya.
"Selamat pagi Bu"
Fany tersenyum pada seorang Ibu paruh baya di hadapannya, matanya melirik sekilas pada Eric yang berada di belakang Ibu paruh baya tersebut.
Ibu paruh baya yang rupanya pemilik kost tersebut, jadi sebelumnya setelah Fany masuk membawa kotoran piring dan gelas mereka, Eric pergi ke rumah Ibu pemilik kost untuk mengabarkan keadaan perempuan yang di tolong Eric.
"Jadi seperti itu kejadiannya Mbak"
Ibu pemilik kost tersebut manggut- manggut setelah mendengar penjelasan Fany.
"Kalau Ibu boleh tahu, rumah mbaknya dimana?, nanti agar diantar pulang Eric"
Ibu kost itu melirik Eric dan menganggukkan kepala dan dibalas hal yang serupa oleh Eric sebagai jawaban.
"Jalan Garuda Bu"
"Yasudah nanti Eric akan mengantar kamu pulang ya mbak, kalau begitu saya pamit dulu, permisi mbak, Ric"
Setelah Ibu pemilik kost itu pergi, Eric masuk ke dalam kamar kost dan langsung membersihkan diri, karena Eric berencana hari ini untuk kembali mencari pekerjaan setelah mengantar Fany pulang ke rumahnya.
"Mari Fany saya antar pulang, saya yakin keluarga kamu pasti sudah mencari dang mengkhawatirkan kamu"
Memang benar jika keluarga Fany tengah kalang kabut mencari Fany, sebab tak menemukan petunjuk untuk menemukan Fany.
"Jalan Garuda nomor berapa Fany? ini rumah mu sudah terlewat belum ya? "
Saat ini mereka berada di atas motor dalam perjalanan menuju rumah Fany.
"Nomor 1 2 dan 3, jangan terlewat ya Ric"
"Oke"
Setelah berkendara beberapa saat memutari Jalan Garuda tersebut, karena Eric tadi memasuki komplek perumahan tersebut melalui pintu belakang perumahan jadi tentulah sedikit jauh untuk menuju rumah Fany yang terletak tak jauh dari pintu utama komplek perumahan tersebut, hingga akhirnya Eric menghentikan motornya di depan rumah yang ber nomor kan 1 2 dan 3,sesuai yang di beri tahu Fany tadi.
"Terimakasih banyak mas Eric atas semuanya"
"Sama sama, kalau begitu saya pergi Fany"
Eric kembali melajukan motor untuk mencari pekerjaan, Fany tak langsung masuk ke dalam rumah, Fany menunggu motor Eric hingga tak terlihat dari pandangannya lagi.
Sebelum masuk ke dalam rumah, Fany mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Tumben sepi, pada kemana ya? "
Monolog Fany, kemudian mulai melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments