Selesai nongkrong dengan teman temannya malam itu, Rosalina mampir ke sebuah mini market untuk mengisi pulsa ponselnya. Tak disangka, ditempat itu Rosalina bertemu dengan Bagas. Pria itu sedang membeli beberapa kebutuhan pokok seperti beras, telur dan mie. Sungguh suatu kebetulan yang menyebalkan bagi Rosalina.
Dari sekian banyak mini market, kenapa Bagas harus belanja di tempat itu? Jangan jangan, tempat tinggalnya memang tidak jauh dari tempat mereka berada sekarang.
"Kamu dari mana Rosalina? Kebetulan sekali kita bisa bertemu di sini," ucap Bagas.
"Aku habis main dengan teman,"sahut Rosalina malas.
Selesai membayar pulsa yang dibelinya, Rosalina bergegas keluar dari toko. Tapi langit yang awalnya cerah banyak bintang tiba tiba gelap dan turun hujan lebat. Rencana Rosalina untuk segera melarikan diri dari Bagas pun gagal. Cuaca seolah mendukung Rosalina dan Bagas berlama lama bersama, meskipun Rosalina enggan melakukannya.
Bagas keluar dari minimarket sambil menenteng sebuah kantong plastik berukuran besar. Dia melihat Rosalina mengelus lengannya yang kedinginan karena pakaian pendek yang dia kenakan. Tanpa diminta, Bagas mencopot jaketnya dan memakaikannya pada Rosalina.
"Aku tidak perlu ini," Rosalina hendak mencopot jaket itu tapi Bagas melarangnya.
"Pakai saja, nanti kamu sakit," paksa Bagas.
Perlakuan manis itu membuat pipi Rosalina merona. Bisa bisanya, dia merasa tersanjung hanya karena sebuah hal sederhana. Padahal, setiap lelaki pasti akan melakukan hal yang sama seperti Bagas. Tapi tidak juga, mantan kekasih Rosalina di masa lalu malah terkesan sangat cuek dan tidak perhatian sama sekali.
Keduanya berdiri berdampingan tanpa saling berbicara, Bagas enggan banyak bertanya karena takut dikira cerewet oleh Rosalina. Hingga akhirnya hujan mulai reda dan Bagas memberanikan diri untuk mengantar Rosalina pulang ke rumahnya.
"Ayo, aku antar pulang," ajak Bagas.
"Tidak perlu, aku naik Taxi saja," sahut Rosalina.
"Di daerah sini jarang di lewati Taxi, paling ada juga angkutan umum dan ojeg pangkalan. Kamu mau pulang naik angkot?" Tanya Bagas.
Rosalina menaikan alisnya sebelah, setelah berpikir cukup lama akhirnya Rosalina mau diantar pulang oleh Bagas. Pesona abang Bagas memang lebih menonjol dari abang angkutan umum bukan?😆
Sepanjang perjalanan menuju rumah Rosalina, Bagas lebih aktif bertanya untuk mencairkan suasana yang terasa beku seperti es batu. Meski seolah terpaksa, Rosalina tetap mau menjawabnya.
"Habis jalan kemana tadi sama teman teman?" Tanya Bagas.
"Jalan ke butik Bu Cokro, cari kebaya seragam buat kondangan ke nikahan teman,"
"Oh... Kamu sendiri, kapan nikahnya?"
"Kapan kapan," ucap Rosalina ketus.
"Kok kapan kapan sih, besok juga bisa. Asal kamu-nya mau, aku selalu siap sedia," goda Bagas.
"Mulai deh!" Rosalina memonyongkan bibirnya beberapa senti ke depan.
"Kalau main sama teman, pulangnya jangan malam malam ya. Sekarang sedang banyak kasus penculikan dan tindak kejahatan, korbannya rata rata perempuan," Bagas memberi sebuah nasihat bijak.
"Iya, aku tau. Aku juga tidak pernah keluar rumah malam malam."
*
*
*
Tiba di depan rumah, Rosalina turun dari sepeda motor Bagas. Usai mengucapkan terimakasih, dia pergi masuk ke dalam rumah. Tanpa Rosa sadari, jaket milik Bagas masih dikenakan olehnya. Saat ingin mengembalikannya, Bagas sudah tidak ada di teras rumahnya.
"Cari siapa kamu?" Tanya Dini yang tiba tiba muncul entah dari mana.
"Cari Bagas Bu,"
"Bagas? Memang dia kesini?"
"Tadi Bagas yang antar aku pulang Bu, aku mau balikin jaketnya tapi dia udah keburu pergi,"
"Cie, yang baru jalan berdua sama Bagas. Sampai di kasih pinjam jaket segala, romantis sekali calon mantu pilihan Ibu kan?"
"Idih, Ibu. Apa apaan sih, tidak jelas deh!"
Rosa naik ke lantai atas menuju kamarnya, dia mengabaikan sang Ibu yang masih terus menerus menggodanya.
Di dalam kamar, Rosalina mencoba merenungi obrolannya dengan Bagas tadi. Bagas terlihat cukup bijak dan dewasa dalam hal pemikiran, bisa dibilang, dia tidak terlalu buruk.
Rosalina menggeleng gelengkan kepalanya seketika, mengusir pemikiran aneh yang tiba tiba muncul di benaknya. Sepertinya, dia tidak boleh bertemu dengan Bagas lagi, takut pria itu berhasil mempengaruhinya dan merubah pendiriannya.
Rosalina berbaring diatas kasur, ponselnya berdering sesaat menandakan ada sebuah pesan singkat masuk.
Bagas : Jaket ku tertinggal bersama hatiku.
Rosalina mendelik, saat jauh saja pria itu masih doyan menggombal padanya.
Rosalina : Besok ambil saja ke rumah.
Bagas : Besok aku tidak ada waktu. Bagaimana kalau kamu yang mengantarnya ke tempat aku mengajar?
Rosalina : Baiklah, kirimi aku alamat sekolah tempat kamu mengajar. Aku akan datang saat jam istirahat.
Rosalina melempar ponselnya menjauh, dia malas meladeni pesan dari Bagas terlalu lama. Tubuhnya sudah terasa lelah, dia ingin segera tidur dan beristirahat.
Baru saja Rosalina mau menutup mata, seseorang datang mengetuk pintu kamarnya.
Tok... Tok... Tok...
"Siapa?" Tanya Rosalina.
"Mbok Jum," sahut orang itu.
"Masuk." Ucap Rosalina.
Mbok Jum datang sambil membawa satu gelas minuman hangat yang dia buat secara khusus untuk Nona mudanya.
"Minum dulu wedang jahenya, biar tidak masuk angin. Non kan baru saja main air hujan tadi," pinta Mbok Jum.
"Iya, Mbok. Terimakasih,"
Rosalina menenggak minuman herbal itu sampai habis. Setelah itu Mbok Jum mematikan lampu kamar, menutup pintu dan membiarkan Nona mudanya beristirahat sendirian.
Rosalina sangat beruntung karena bisa memiliki Art yang baik dan perhatian. wajar saja kalau Mbok Jum begitu sangat disayangi oleh seluruh anggota keluarga tersebut.
*
*
*
Dirumahnya, Bagas senyum senyum sendiri seperti orang gila. Dia teringat momen membonceng pujaan hatinya dengan sepeda motor tadi. Meski memakai jaket, Bagas bisa merasakan hangatnya suhu yang keluar dari tubuh Rosalina. Mungkin karena itu banyak pria yang lebih suka berpacaran naik sepeda motor meskipun dia memiliki mobil.
Sebenarnya, Bagas ingat dengan jaket yang dipakai oleh Rosalina. Tapi dia pura pura lupa agar Bagas memiliki alasan untuk bertemu dengan Rosalina lagi.
Pucuk dicinta, ulam tiba. Rosalina mau diajak ketemuan di tempat dia mengajar besok. Bagas tidak sabar ingin memamerkan sosok Rosalina pada murid didiknya. Mereka pasti akan menatap kagum karena Bagas memiliki wanita secantik dan seseksi Rosalina.
"Aku ingin mengajak dia makan ice cream di cafe sebrang sekolah besok. Sepertinya akan romantis, seperti adegan adegan di drama Korea," Bagas tertawa renyah.
Aldo tiba tiba masuk ke dalam kamar Bagas dan melihat pemandangan aneh itu.
"Bagas, kamu kenapa? Kesurupan kuda lumping?" Aldo menatap dengan tatapan ngeri.
"Jangan sembarangan kalau bicara! Mengganggu kesenangan orang saja," ceplos Bagas kesal.
"Iya deh, Maaf. Aku mau langsung tidur saja, aku akan berpura pura tidak melihat kalau kamu sedang gila," ucap Aldo asal.
"Kamu itu rese sekali kalau menginap disini. Kenapa kamu tidak tidur dirumah kamu sendiri saja sih?"
"Aku sedang bertengkar dengan orangtuaku, jadi aku malas pulang ke rumah," sahut Aldo santai.
"Kamu itu kalau di suruh pulang ada saja alasannya. Besok, kalau aku sudah menikah dengan Rosalina, kamu tidak boleh menginap di rumah ini lagi,"
"Iya, kamu tenang saja. Kalau kamu jadi menikah dengan Rosalina aku tidak akan numpang tidur dirumah ini lagi." Cicit Aldo setengah meledek.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments