Minggu pagi, Bagas kembali datang ke rumah Rosalina. Dia berencana merayu wanita itu satu kali lagi untuk menerima cintanya dan menjadi istrinya sebelum Bu Dini jengah karena usahanya selalu gagal dan menjodohkan Rosalina dengan pria lain.
"Bagaimana buket bungaku kemarin? Apa kamu sudah menerimanya?" Bagas bertanya dengan nada penasaran.
"Sudah, terimakasih. Lain kali kamu tidak perlu repot repot begitu, karena aku kebetulan alergi bunga dan coklat," tutur Rosalina.
Dia sengaja berbohong pada Bagas, agar Bagas berhenti merayunya dengan cara yang biasa digunakan oleh pria playboy.
"Benarkah? Maafkan aku, aku sungguh tidak tau." Bagas terlihat begitu menyesal.
Dini yang kebetulan sedang berada di rumah, memutuskan untuk diam diam menguping pembicaraan mereka berdua dari balik dinding. Dia sangat ingin tau cara Bagas merayu seorang Rosalina.
Mungkin saja setelah diomeli olehnya tempo hari, Bagas ikut kursus atau les khusus untuk merayu dan mendapatkan hati seorang perempuan.
"Mau apa kamu datang ke sini?" Rosalina sedikit tidak senang.
"Aku mau merayu mu untuk menikah denganku," Bagas terlampau jujur.
Mendengar hal itu Dini langsung menepuk jidatnya keras keras. "Dia bodoh sekali!" Keluh Dini lirih.
"Oh, astaga. Kamu belum menyerah juga rupanya. Aku sudah mengatakannya padamu, aku tidak mau menikah denganmu!" Tegas Rosalina.
"Ayolah Rosalina, kamu tidak akan menyesal jika menikah denganku," Bagas merengek seperti anak kecil.
"Ha... Ha... Ha... Rayuan mu itu benar benar basi!" Ucap Rosalina kesal.
"Ngomong ngomong, dibayar berapa kamu sama Ibu untuk membujukku menikah denganmu?" Rosalina berprasangka buruk pada lawan bicaranya itu.
Deg...!
Seketika Bagas merasa dipandang sebagai pria murahan oleh Rosalina. Bisa bisanya cinta tulus dan sucinya dinilai dengan nominal rupiah. Apa yang ada didalam otak wanita itu hanya uang saja? Untung cinta, kalo tidak, Bagas pasti akan marah padanya.
Kenyataanya, cinta memang bisa membuat seseorang buta. Bagas contohnya, dia tidak peduli dengan segala keburukan Rosalina, asal wanita itu mau menikah dengannya, pelan pelan Bagas akan berusaha merubah sikap buruk wanita itu.
"Anak itu mulutnya pedas sekali, lahir dari mana sih dia? Iiiiiih... Kalau begitu caranya, dia akan terus menerus menjadi perawan tua dan aku gagal mendapatkan seorang cucu!" Dini meninju tembok karena gemas.
Heri yang baru saja keluar dari arah dapur merasa heran karena melihat istrinya bicara sendiri.
"Kamu kesambet s*tan mana? Ngomong sendiri seperti itu," ceplos Heri.
"Ayah, diam. Jangan berisik!" Omel Dini.
Akhirnya Heri mengikuti langkah Dini untuk menguping pembicaraan dua anak muda itu.
"Aku tidak dibayar olehnya, bukan pula karena ingin membalas budi baiknya. Aku benar benar menyukai kamu, tulus dan apa adanya," ucap Bagas penuh kehati-hatian.
Rosalina memutar bola matanya seperti bola kasti, dia mulai merasa lelah dengan kegigihan pria berusia beberapa tahun lebih tua darinya itu.
Banyak pria yang berusaha mengejar cinta Rosalina dengan berbagai cara, cuma Bagas saja yang begitu gigih mengejar cintanya hanya dengan modal janji dan kata kata manis saja.
"Sebenarnya apa yang membuat kamu jatuh cinta kepadaku?" Rosalina mulai penasaran.
"Selain karena cantik, aku suka kamu yang apa adanya," sahut Bagas.
"Sudah, itu saja?" Tanya Rosalina lagi.
"Iya, sesederhana itu bukan? Karena mencintai seseorang tidak memerlukan banyak alasan." Bagas mengukir senyum secerah mentari yang baru terbit di pagi hari.
Heri menyenggol Dini, memberi kode untuk keluar menemui Bagas dan Rosalina. Tapi Dini melarangnya, dia masih ingin menguping lebih banyak tentang obrolan mereka berdua.
*
*
*
Di dapur, Rosalina sibuk mengaduk aduk secangkir kopi susu buatannya. Dia melamun, pikirannya melayang entah kemana.
Mbok Jum yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Nona mudanya, langsung berjalan mendekat dan menegurnya.
"Ngaduk kopi kok sambil melamun Non? Sedang memikirkan apa sih?" Goda Mbok Jum. Dia tau apa yang sedang ada di dalam isi kepala Nona mudanya.
"Si Mbok kepo saja!" Sentak Rosalina.
"Non, kenapa sih Non tidak mau menikah dengan Den Bagas? Padahal dia orangnya baik, ganteng lagi. Kalau boleh mah, Mbok Jum pinta saja ya buat anak si Mbok di kampung?" Mbok Jum mengedip-ngedipkan matanya seperti orang sedang kemasukana debu.
"Ambil saja kalau mau sana." Sahut Rosalina santai. Dia berlalu meninggalkan Mbok Jum yang langsung merubah ekspresi wajahnya.
Tak disangka, sosok Dini tengah berdiri didepan pintu dapur sambil menyandarkan bahunya. Dia menatap Mbok Jum dengan tatapan garang, seolah mendengar obrolan singkat Mbok Jum dengan putrinya tadi.
"Eh, ada Nyonya Bos. Maaf ya, Nyonya. Tadi Mbok hanya bercanda saja kok," Mbok Jum meringis.
Dini mengepalkan tangannya sebelah, lalu menunjukannya pada telapak tangganya yang sebelah.
"Awas kamu kalau macam macam!" Ancam Dini.
"Ampun Nyonya, tadi Mbok hanya bercanda saja." Mbok Jum lari terbirit-birit.
*
*
*
Di ruang tv, Rosalina terlihat serius menonton acara gosip kesukaannya. Dini menghampiri putrinya itu dan duduk di sebelahnya.
"Nak, lain kali kalau bicara dengan seorang pria hati hati ya. Jangan sembarangan, takut kena tulah," pesan Dini.
"Ibu menguping pembicaraan kami tadi ya? Atau Bagas mengadu pada Ibu?" Rosalina menebak nebak.
"Dia tidak memiliki mulut lemes, jadi dia tidak akan mengadu soal ucapan dan tingkah kamu yang sudah pasti menyebalkan itu!" Bela Dini.
"Kalau begitu Ibu menguping pembicaraan kami? Bu, Ibu kenapa sih ingin sekali Rosalina menikah dengan Bagas?" Tanya Rosalina dengan ekspresi wajah serius.
"Karena dia pria baik, dia anak yang jujur dan lembut," jelas Dini.
"Tapi Rosalina tidak cinta padanya Bu," Rosalina tetap bersikeras menolaknya.
"Menikah saja dulu, nanti kalau sudah terbiasa hidup bersama juga rasa cinta itu akan muncul,"
"Iya kalau muncul, kalau tidak bagaimana? Cerai?"
"Ah, susah sekali kalau bicara sama kamu. Ujung ujungnya pasti ribut,"
"Ibu yang memancing mancing keributan, aku sih hanya mengikuti keinginan Ibu saja."
Pertengkaran keduanya terus berlangsung hingga keduanya merasa sama sama lelah. Tidak ada yang mau mengalah baik itu Dini atau Rosalina, keduanya merasa sama sama benar. Itu yang membuat Heri pusing dan bingung mau berpihak pada yang mana.
"Apa sebaiknya aku batalkan saja perjodohan Bagas dan Rosalina ya," ucap Heri lirih. Dia berdiri diujung tangga sambil mengamati istri dan anaknya dari jauh.
"Jangan Pak, sulit loh cari calon mantu sempurna seperti Den Bagas," sambung Mbok Jum yang tiba tiba muncul sambil membawa keranjang cucian.
"Jadi, menurut Mbok Den Bagas itu pria yang paling cocok untuk Rosalina?" Heri menanyakan pendapat Mbok Jum.
"Iya, betul. Yang satu keras, yang satu lembut dan tenang. Keduanya saling melengkapi kekurangan dan kelebihan satu sama lain,"
"Mbok Jum benar juga, siapa tau sifat lembut dan tenang Bagas bisa menular pada Rosalina." Batin Heri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments