Beberapa hari paska perkenalan di malam itu, Rosalina mendapat sebuah chat dari nomor baru.
" Aku akan datang menjemputmu pukul 12.00 siang nanti. Kita makan siang di luar bersama, Bagas." Bunyi chat singkat itu.
"Darimana pria itu bisa mendapatkan nomor ponselku? Pasti dari Ibu atau dari Ayah," Rosalina menggerutu kesal.
Dalam hati, dia sangat ingin menolak ajakan Bagas. Tapi Ayah dan Ibunya pasti akan memaksanya pergi dengan sekuat tenaga. Satu satunya jalan adalah berharap siang nanti turun hujan lebat. Alhasil, dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.58 siang, Rosalina berdoa menghadap kiblat memohon kepada Tuhan agar diturunkan hujan. Tapi sayang, doanya kali ini tidak terkabul.
Tepat pada pukul 11.59 menit, terdengar suara sebuah sepeda motor terparkir dihalaman rumah mewah keluarga Rosalina. Tak lama, mbok Jum menghampiri Rosalina dan meminta wanita itu untuk turun menemui tamu spesialnya yang datang.
"Bagaimana? Sudah siap?" Tanya Bagas pada wanita berparas Ayu yang baru saja turun dari anak tangga.
"Kalian berdua mau pergi?" Sambung Dini.
"Iya Bu, aku mau mengajak Rosalina makan siang bersama di luar," sahut Bagas.
"Bagus itu, sekalian kalian bisa lebih saling mengenal satu sama lain," Dini terlihat begitu sangat bersemangat.
Rosalina tidak ada niatan untuk berganti pakaian, dia tampil cuek dengan hanya mengenakan kaos panjang dan celana jeans panjang. Anehnya, Bagas tidak protes. Padahal biasanya para pria menyukai pasangannya berpenampilan modis dan seksi.
Bagas memberikan sebuah helem dan meminta Rosalina memakainya untuk keamanan berkendara. Kemudian, Bagas menyalakan sepeda motornya dan memberi kode agar wanita itu cepat naik.
"Jadi, ini yang dia maksud dengan kendaraan pribadi? Sebuah sepeda motor butut keluaran jaman pra sejarah?" Cibir Rosalina dalam hati.
Bagas memacu kecepatan motornya dengan kecepatan sedang, agar dia mengambil kesempatan untuk mengobrol lebih banyak dengan Rosalina.
"Maaf ya, kamu pasti kepanasan," ucap Bagas.
"Sudah tau pasti kepanasan, tapi bawa motornya seperti semut. Lebih cepat sedikit lah, biar kita cepat sampai ke tempat makan," sahut Rosalina sewot.
"Ya, baiklah." Bagas mematuhi keinginan Rosalina, dia memacu motornya dengan kecepatan tinggi dan membuat wanita itu berpegangan erat pada pinggangnya.
Keadaan jalan raya saat itu sangat lengang, Bagas bisa dengan leluasa mengebut dan menyalip kendaraan yang ada dihadapannya. Berkali kali Rosalina meminta Bagas untuk mengurangi kecepatan berkendaranya, tapi pria itu tidak mendengar ocehannya.
*
*
*
Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, tibalah mereka berdua di depan sebuah rumah makan sederhana. Rosalina turun dari motor, mencopot helem dan merapihkan rambut panjangnya yang acak acakan.
"Kita sudah sampai, ayo masuk," ajak Bagas.
Rosalina mengekor di belakang Bagas, dia enggan berjalan berdampingan dengan pria itu. Tampilannya terlihat culun, dia malu jika salah seorang temannya ada yang memergoki dia jalan dengan Bagas.
Bagas memesan makanan, sementara Rosalina menunggu di meja nomor delapan. Meja paling ujung yang letaknya di dekat jendela. Beberapa menit kemudian, Bagas kembali sambil membawa nampan berisi sebakul nasi, sambal dan lalapan. Sementara seorang pelayan di sisinya membawa sepiring ikan bakar, ayam bakar, tahu dan tempe goreng. Ada juga es cendol durian sebagai minuman pelepas dahaga.
"Ini makanan favoritku di rumah makan ini, semoga kamu suka ya," Bagas menyodorkan makanan itu ke hadapan Rosalina. Dia bahkan mengambilkan nasi untuk wanita berwajah cemberut itu.
Aroma masakan itu tercium lezat di hidung Rosalina, meski malas, akhirnya Rosalina mau menyantap makanan itu karena perut datarnya tiba tiba saja merasa lapar.
Diluar nalar, makanan biasa khas rumahan bisa memiliki cita rasa yang unik dan enak. Rosalina sampai nambah nasi berkali kali, saking karena ketagihan dengan rasa enak dari masakan itu.
"Enak bukan?" Tanya Bagas.
"Iya, ini enak. Padahal ini rumah makan biasa, tapi rasa masakannya tidak kalah dari restoran bintang lima," celetuk Rosalina.
"Aku senang, kamu menyukainya."
Keduanya makan dengan lahap hingga makanan yang ada dihadapan mereka habis tak bersisa. Setelah kenyang, Rosalina mulai menghujani Bagas dengan beberapa pertanyaan yang sudah bertengger dibenaknya sejak beberapa waktu lalu.
"Bagaimana kamu bisa kenal dengan Ayah dan Ibuku?" Rosalina menatap Bagas dengan tatapan serius.
"Mereka dewa penolongku, kalau tidak ada mereka, aku tidak akan mungkin bisa seperti sekarang ini," tutur Bagas.
"Apa maksudmu?" Rosalina penasaran.
"Kami bertemu pada acara santunan di panti asuhan, saat itu usiaku baru lima belas tahun. Mereka kagum padaku karena aku adalah anak yang paling pintar dan menonjol di panti itu, tapi aku harus putus sekolah karena panti asuhan tempatku tinggal mengalami kendala biaya," kisah Bagas. Matanya menatap jauh ke langit langit, seolah ingatannya sedang terbang ke beberapa tahun yang lalu.
"Pak Heri dan Bu Dini memutuskan untuk menjadi Ibu asuhku. Mereka menyekolahkan aku dan menanggung semua biaya hidupku hingga aku lulus kuliah, menjadi seorang Guru dan bisa menghidupi diriku sendiri. Mereka luar biasa baik, semoga mereka diberikan umur panjang dan rejeki yang luas," lanjut Bagas.
Rosalina merasa tersentuh dengan cerita dari Bagas, meski cerewet, dua orang tua itu memang penuh cinta dan kasih pada sesama. Tapi tetap saja dia tidak membenarkan tentang perjodohan secara paksa ini. Terlebih Bagas seolah hanya ingin membalas budi atas jasa kedua orang tuanya, bukan benar benar ingin menikah dengan Rosalina.
"Kamu sudah bercerita, sekarang izinkan aku yang bercerita," Rosalina melipat kedua tangannya dan meletakkannya diatas perut sambil bersandar di bahu kursi.
"Silahkan, aku akan mendengarkan ceritamu,"
"Aku pernah dekat dengan seorang pria, tapi aku dikhianati. Sejak itu aku enggan untuk membuka hati bagi pria lain. Apa lagi, banyak temanku yang gagal dalam membina rumah tangga, aku jadi takut untuk menjalin hubungan serius. Jadi aku mohon padamu, apapun alasannya tolong tolak perjodohan ini," pinta Rosalina penuh harap.
"Tidak semua laki laki didunia ini sama Rosalina, masih ada pria baik bertebaran dimana mana," ucap Bagas.
"Tapi tetap saja aku tidak mau menikah, apa lagi dengan kamu. Kamu sama sekali bukan tipe pria idealku," cibir Rosalina.
Bukannya tersinggung atau marah, Bagas malah tertawa. Seolah ucapan Rosalina tadi adalah sebuah lawakan yang terdengar sangat lucu di telinganya. Rosalina mendengus kesal dan mengira kalau pria itu memiliki gangguan kepribadian.
"Kenapa kamu tidak bertanya kepadaku, awal mula aku mau dijodohkan dengan mu?" Bagas mengukir senyum kecil.
"Baiklah, aku akan bertanya. Kenapa kamu mau dijodohkan denganku? Apa karena ingin membalas budi baik kedua orang tuaku? Atau karena kamu ingin memiliki mertua kaya, seorang pengusaha tekstil ternama di negara ini?" Rosalina langsung menorehkan dua tuduhan kejam sekaligus.
"Aku menyukaimu, bahkan jauh sebelum Bu Dini memintaku untuk menjadi calon suamimu," ucap Bagas dengan nada lembut.
"Alah, para pria memang sukanya membual. Aku tidak percaya padamu!" Sentak Rosalina.
*
*
*
Brak....!
Rosalina masuk ke dalam rumah sambil membanting pintu, dia tidak peduli jika Bagas yang belum pergi jauh dari teras rumahnya bisa mendengarnya.
Rosalina berjalan menuju kamar dengan wajah bersungut-sungut. Entah harus bagaimana caranya agar dia bisa membuat pria itu membencinya, berbagai cara telah dia lakukan, tapi hasilnya sama saja.
"Ibu..." Panggil Rosalina.
Mbok Jum berlari lari kecil menghampiri Nona mudanya.
"Mana Ibu Mbok?" Tanya Rosalina.
"Ibu sedang memberi makan ikan di kolam belakang rumah," sahut Mbok Jum.
Rosalina langsung menuju halaman belakang rumah untuk menemui Ibunya. Dia ingin mengajak wanita tua itu untuk bernegosiasi.
"Bu, sepertinya dia tidak cocok untuk menjadi calon suamiku. Dia tidak memiliki apapun, berwajah penampilannya terlalu biasa dan sepertinya dia memiliki gangguan kepribadian," Rosalina mengolok olok Bagas tanpa ampun dihadapan sang Ibu.
"Dia memiliki segalanya Rosalina, otak pintar, wajah tampan, kelakuan baik, penghasilan tetap. Dan tuduhan mu soal dia memiliki gangguan kepribadian, itu sangat berlebihan. Ibu tau kamu galak, angkuh, tapi Ibu baru tau kalau kamu juga suka menghina orang lain. Padahal orang tuamu tidak pernah mengajarkannya!" Omel Dini.
"Pokoknya aku tidak mau menikah dengan pria cupu itu Ibu, apapun yang terjadi. Aku wanita cantik dan berkelas, hanya pria tampan dan berkelas juga yang bisa menjadi suamiku," lanjut Rosalina dengan penuh percaya diri.
"Buktikan dulu kalau kamu itu wanita cantik yang berkelas. Nyatanya, sampai usiamu tiga puluh tiga tahun, belum ada pria tampan dan berkelas yang sudi melamar kamu!" Dini melotot. Dia tidak pernah mau kalah jika bertengkar dengan putrinya. Kalau sudah begitu, Rosalina hanya bisa pergi meninggalkan Ibunya ditengah amarahnya yang meledak ledak.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
gaby
Aq baru gabung thor, sepertinya menarik. Smoga konsisten up nya, jgn putus ditengah jalan👍👍
2023-06-06
0