Bab 3

Bagas berdiri di depan cermin kamarnya, tubuhnya terlihat tinggi dan tegap, kulitnya mulus dan wajahnya sangat manis. Bagaimana bisa Rosalina menolak menikah dengannya? Sementara di luar sana, banyak wanita yang mengantri minta dinikahi oleh Bagas.

"Aku tau kamu tampan, tapi jangan berdiri didepan cermin terlalu lama seperti seorang wanita," sindir Aldo. Dia adalah teman Bagas, malam ini dia sedang menginap dirumah Bagas.

Bagas dan Aldo telah bersahabat sejak mereka masih duduk di bangku TK. Bisa dibilang, persahabatan mereka seperti kepompong. Tidak bisa dipisahkan satu sama lain dan selalu melakukan segala hal bersama sama.

" Wanita galak itu menolak ku, aku harus bagaimana?" Tanya Bagas.

Bagas sedikit kesal karena untuk pertama kalinya ada wanita yang begitu dengan mudah bisa menolak pesonanya. Padahal, dia begitu menawan seperti raja raja dari Arab Saudi. Hanya saja, isi kantongnya kalah jauh dari mereka. Hi... Hi... Hi...

"Sudahlah, lupakan saja dia. Cari saja wanita dari kalangan biasa seperti kita, wanita kaya memang sombong sombong," sahut Aldo.

Kebetulan, Aldo memiliki trauma masa lalu. Dia pernah dicampakkan oleh seorang wanita kaya setelah dijadikan bahan taruhan. Terkadang, wanita bisa lebih menyeramkan dari seekor singa. Sejak saat itu, Aldo enggan berdekatan dengan wanita cantik dari kalangan jet set.

"Tidak semudah itu, aku sudah terlanjur penasaran padanya. Apa lagi aku juga sudah jatuh hati pada pandangan pertama," tutur Bagas.

"Memangnya wanita itu seperti apa sih? Aku jadi penasaran." Aldo menaruh tiga jarinya di janggut.

"Dia tinggi, ramping, berkulit putih susu. Wajahnya cantik, punya aroma tubuh seperti bunga melati," cerita Bagas.

"Ngeri banget itu aroma tubuhnya, jangan jangan dia jelmaan kuntilanak atau sundel bolong," ucap Aldo asal.

"Hust... Jangan sembarangan kamu!" Bentak Bagas.

"Iya, maaf. Bagaimana kalau kamu minta bantuan dan saran dari Ibunya saja, yang paling tau anaknya kan hanya Ibunya seorang," Aldo mendonorkan sebuah ide.

"Ide kamu bagus juga, besok aku akan datang ke kantornya untuk menemuinya." Bagas mengangguk anggukan kepala.

"Oh... Iya. Ngomong ngomong, kapan pertemuan pertama kamu dengan Rosalina hingga menebarkan benih benih cinta?" Jiwa kepo seorang Aldo mulai meronta.

"Aku Bertemu dengannya saat orang tuanya menyantuni panti asuhan tempat aku tinggal. Saat itu, usiaku masih lima belas tahun. Bisa dibilang, dia adalah cinta pertamaku," ujar Bagas malu malu. Kedua pipinya berubah merah seperti kepiting rebus.

"Dia terus berada di dalam mobil, sama sekali tidak mau menemui anak anak panti. Dari awal aku tau dia gadis galak dan sombong, tapi dia punya wajah sangat cantik," lanjut Bagas.

"Lebay sekali, cuma karena cantik saja bisa langsung jatuh cinta," sindir Aldo. Dia merasa reaksi Bagas terlalu berlebihan.

"Huh... Bilang saja kamu syirik karena tidak punya cinta pertama." Gerutu Bagas kesal.

*

*

*

Pagi berganti siang, jam mengajar telah usai. Pulang dari sekolah tempatnya mengajar, Bagas memutuskan untuk mampir ke kantor pribadi milik kedua orang tua Rosalina yang letaknya lumayan dekat dari tempat Bagas mengajar.

Tok... Tok... Tok...

Bagas mengetuk pintu kaca berwarna hitam pekat itu pelan.

"Siapa?" Tanya Dini.

"Aku, Bagas Bu," Sahut Bagas.

"Masuk." Perintah Dini.

Dini menutup beberapa berkas yang baru saja selesai dia baca dan merapikannya disisi meja. Bagas masuk ke ruangan itu, dia langsung duduk menghadap calon Ibu mertuanya.

"Tumben mampir ke sini? Ada apa?" Dini menatap penuh selidik.

"Rosalina terus menolak ku Bu, apa yang harus aku lakukan?" Bagas putus asa.

"Dasar pria lembek! Menaklukan hati seorang wanita saja tidak becus! " Maki Dini.

"Dia punya trauma pada hubungan masa lalunya, jadi dia sulit membuka hati untuk pria lain," kisah Bagas.

"Dia berbohong, dia memang tidak memiliki ketertarikan pada laki laki," ucap Dini.

"Maksud Ibu, dia seorang l*sbi?" Bagas terkaget kaget.

"Bukan begitu," Dini menyentil kening calon menantunya. Membuat Bagas meringis menahan sakit.

"Dia hanya malas dengan dunia percintaan dan rumah tangga, karena baginya cinta dan rumah tangga itu hanya sering membawa luka. Teman dekatnya banyak yang bercerai dan menjadi korban KDRT, mungkin dia takut karena itu," ucap Dini.

"Lalu aku harus bagaimana?" Bagas memasang wajah putus asanya lagi.

"Pikirkan saja sendiri. Belajarlah jadi pria yang cerdas, biasanya pria kan punya banyak ide ide kreatif untuk mendekati lawan jenis," cicit Dini. Wanita berambut kriting itu mengibaskan ujung rambutnya ke belakang.

"Ah... Ibu, aku kesini ingin meminta saran. Tapi malah diminta mikir sendiri," Bagas mengeluh. Dia sedikit memajukan bibirnya ke depan.

"Kamu harus berusaha lebih keras, jangan mudah putus asa. Kalau kamu menyerah, aku akan menjodohkan Rosalina dengan pria lain," ancam Dini. Wanita paruh baya itu terlihat sangat serius saat mengucapkannya, hingga membuat Bagas merasa takut.

"Jangan dong Bu, aku akan berusaha lebih keras lagi, aku janji deh!" Bagas mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya berbarengan.

*

*

*

Pulang dari tempat kerja Bu Dini, Bagas menyempatkan diri menyambangi toko bunga. Dia ingin membeli bunga mawar merah untuk Rosalina, hari ini wanita itu ulang tahun. Bagas ingin memberikan selamat dengan cara yang spesial.

"Kak, tolong taruh dua batang coklat ini ditengah tengah buket bunga," pinta Bagas pada penjual bunga tersebut.

"Baik Kak,"

"Jadi berapa totalnya?" Tanya Bagas.

"Seratus limapuluh ribu," sahut penjual itu.

"Ini uangnya," Bagas menyodorkan sejumlah uang pas.

"Wah, senang ya, punya pacar seperti Masnya. Sudah ganteng, romantis lagi," puji wanita pemilik toko bunga itu.

Seketika kemeja yang dipakai Bagas terasa sempit dan kecil, dadanya membesar karena dipuji ganteng oleh orang yang baru pertama kali melihatnya itu. Ya, Bagas memang ganteng. Itu kenapa dia digilai oleh banyak anak didiknya sendiri. Makanya dia heran, kenapa Rosalina sama sekali tak tertarik padanya.

Selesai membeli rangakaian bunga dan coklat, Bagas pergi ke rumah Rosalina. Kedatangannya hanya disambut oleh Mbok Jum, karena Rosalina sedang jalan keluar dengan teman temannya.

"Mbok, tolong berikan buket bunga ini pada Rosalina. Bilang kalau bunga ini dariku," pesan Bagas pada Mbok Jum.

"Den Bagas tenang saja, Mbok pasti akan menyampaikan bunga ini kepada tuannya," janji Mbok Jum pada Bagas.

"Terimakasih ya Mbok, Mbok baik sekali. Semoga Mbok panjang umur, sehat selalu dan lancar rezekinya,"

"Terimakasih Den Bagas, sudah memberikan doa yang baik untuk si Mbok. Ngomong ngomong, Den Bagas mau minum dulu? Mau kopi atau teh mungkin?" Tanya Mbok Jum.

"Ah, tidak perlu. Aku hanya mampir sebentar saja, lagi pula Rosalina tidak ada. Aku pamit pulang dulu ya Mbok,"

"Oke, hati hati di jalan ya."

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!