Luna baru saja bangun, malam tadi dia tidur cukup larut karena entah kenapa akhir akhir ini Luna benar benar sudah tidur.
Bukan hanya karena lelah bekerja, namun juga karena fikiran nya yang tidak tenang.
Dia selalu saja terbayang dengan malam panas itu, wajah Adrian, sentuhan nya dan tentunya kebodohan Aluna.
Tidak ada siapapun yang tahu tentang kejadian malam itu, bahkan teman teman Aluna sekalipun. Aluna hanya berkata jika malam itu dia pulang dijemput oleh ayahnya. Dan mereka percaya saja.
Sudah seminggu dari kejadian malam itu, namun sampai saat ini, Aluna benar benar tidak ada menghubungi Adrian sama sekali.
Dia tidak tahu harus apa. Meminta pertanggung jawaban? Tanggung jawab seperti apa? pernikahan? sungguh Aluna benar benar belum siap untuk menikah. Tapi jika dia meminta uang sebagai bentuk pertanggungjawaban itu, bukankah sama saja dengan dia yang menjual dirinya??
Tidak ... tidak... Luna bukan perempuan murahan. Meski dia nakal, tapi untuk yang satu itu Luna masih menjaga nya. Meski sekarang, dia memang sudah tidak lagi berharga.
Ah sial....
Apa yang harus Luna lakukan sekarang???
Prang!
Lagi lagi... suara keributan kedua orang tua nya membuat Luna meradang. Benar benar muak melihat pertengkaran ini setiap hari. Luna benar benar malu dengan tetangga mereka. Entah sudah berapa kali tetangga Luna menyindir tentang orang tuanya yang selalu saja bertengkar dan berteriak tidak menentu.
Ah... kenapa hidupnya sial sekali.
Dengan cepat Luna membersihkan diri nya, Menganti pakaian dan segera keluar dari kamar.
Luna langsung tertunduk, saat tiba tiba sebuah baskom melayang dan hampir mengenai kepalanya.
"Ibu apaan sih!!!" teriak Luna yang sudah tidak lagi sabar.
"Malu tahu Bu, pak!!" teriak Luna.
"Capek ibu Lun, capek. Ini bapak kamu, masih aja kegatelan sama janda itu" teriak ibu Luna
"Mulut kamu itu dijaga. Nanti aku berbuat seperti itu baru tahu rasa kamu!!!" bentak ayah Luna pula.
Luna memandang mereka dengan begitu kesal. Kepalanya serasa ingin pecah. Orang tuanya sama sekali tidak pernah memikirkan tentang Luna sedikitpun. Mereka hanya memikirkan ego mereka masing masing.
Entah kenapa Luna bisa dilahirkan ditengah tengah keluarga seperti ini.
Ingin rasanya dia pergi, pergi jauh agar kedua orang tuanya bisa bebas bertengkar setiap hari.
"Lun... apa gak bisa itu orang tua kamu kalau bertengkar jangan sampai keluar. Udah kayak demo aja. Gak malu apa?" tanya ibu ibu yang ternyata sudah berkumpul didepan rumah Luna. Mereka berkumpul seraya membeli sayuran yang memang biasa lewat setiap hari.
Luna terdiam dan hanya memakai helm seraya memutar motornya.
"Saya kalau jadi kamu mending kawin aja deh Lun, dari pada stress setiap hari ngadepin orang tua begitu. Gak mencerminkan kebaikan sama sekali" sindir ibu ibu yang lain.
Luna hanya mendengus dan mulai menghidupkan mesin motornya.
"Emang hidup ibu udah bener apa, pakek ngurusin hidup orang segala" gerutu Luna.
"Yee kamu kalau dibilangin susah. Jangan aja kamu kayak mereka nanti. atau lebih parah" sahut mereka.
Luna hanya melengos dan langsung melajukan motornya meninggalkan ibu ibu gang rumahnya yang memang sangat hobi menggosip. Masih pagi, tapi sudah menjadi cctv. Bisa bisanya mereka membeli sayur didepan rumah Luna. Supaya apa????
Benar benar membuat kadar kekesalan Luna semakin bertambah saja.
Hari masih pagi, dan Luna sungguh tidak tahu harus kemana. Teman temannya pasti sedang kuliah sekarang. Ya, hidup mereka lebih beruntung dari pada Luna. Mereka bisa kuliah, untuk jalan hanya tinggal minta. Sedangkan Luna, jangankan untuk meminta uang materi. Sebuah ketenangan saja tidak dia dapatkan.
Sial sekali memang.
Luna melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan pagi yang begitu macet, hingga dia memilih jalan lain yang lebih lengang. Ya meskipun tetap saja padat.
Berkeliling keliling tidak tentu arah, sembari melamun dan menikmati angin pagi. Setidaknya cukup membuat fikiran nya sedikit relax.
Hingga tiba tiba, mungkin karena melamun, Luna terkesiap dan langsung mengerem mendadak motornya saat didepan nya berhenti sebuah truk yang tiba tiba berhenti. Membuat Luna langsung oleng dan....
brakk
Auuuhhh
Luna langsung terguling di atas aspal. Tidak bukan diatas aspal, melainkan dipinggir jalan. Dan ternyata mobil truk ini tengah parkir, dan Luna yang melamun hingga mengemudikan motor dengan tidak tentu arah.
"Kamu tidak apa apa. Kenapa melamun. Bahaya tahu" seru seorang pedagang yang berjualan dipinggir jalan. Dia langsung menolong Luna dengan sigap. Membantu mengangkat motor Luna yang hampir menimpa tubuhnya.
"Gak boleh melamun. Masih pagi juga" ucap ibu ibu yang lain, dia membantu Luna untuk berdiri.
Untung saja tidak kencang, jadi tidak ada yang serius. Hanya luka lecet ditangan Luna.
"Ada yang luka" tanya pedagang itu
"Gak apa apa bang. Cuma lecet dikit" ucap Luna seraya membuka helm nya dan meletakkan diatas motor.
"Makanya lain kali hati hati. Jangan sambil melamun" ujar pedagang itu.
Luna mengerucutkan bibirnya sekilas dan mengangguk pelan. Sudah sakit, malah kena omel.
Aaaahhh kenapa hidupnya sial seperti ini!!!
Rasanya Luna benar benar ingin menangis sekarang.
"Aluna"
Suara seseorang membuat Luna langsung menoleh.
Matanya melebar melihat seorang pria tampan yang berjalan kearahnya.
"Mas Adrian" gumam Aluna. Ya dia masih ingat wajah pria tampan ini. Wajah tampan pria yang sudah membuat hari hari nya berantakan. Dan bukan itu saja, pria ini yang membuat masa depan Luna hilang.
"Ternyata benar kamu. Kenapa dengan mu?" tanya Adrian yang memandang Luna dengan heran.
"Jatuh mas. Bawa motor sambil melamun. Untung aja gak nabrak dan gak laju" jawab pedagang itu.
Luna hanya cemberut dan mengusap tangan nya yang berdenyut.
"Yasudah ayo ikut saya, biar saya obati tangan kamu" ajak Adrian.
"Tapi cuma lecet doang" jawab Luna.
"Nanti infeksi. Dimobil ada obat merah" ujar Adrian .
"Mas titip motor nya sebentar. Nanti saya ambil" ucap Adrian pada pedagang itu seraya menyerahkan selembar uang merah padanya.
"Iya mas. Aman" jawab nya.
Adrian langsung membawa Luna menuju mobilnya yang ternyata terparkir tidak jauh dari sana.
Dia mendudukkan Luna disebuah kursi dipinggir jalan, karena mereka memang berada disekitar taman kota.
Setelah mengambil kotak obat dari dalam mobil, Adrian langsung duduk kembali disamping Luna.
"Mobil terparkir rapi mau kamu tabrak. Udah gak sayang nyawa?" tanya Adrian seraya membersihkan luka Luna.
"Mau nya mati aja mas. Tapi dosa saya banyak" jawab Luna dengan seenak nya. Membuat Adrian memandang Luna sekejap dengan helaan nafas yang cukup panjang.
"Gara gara saya makanya mau mati?" tanya Adrian.
"Bukan karena mas aja, tapi banyak deh. Sial banget kayak nya hidup saya" ucap Luna.
Adrian membalut tangan Luna dengan perban.
"Ternyata bukan saya saja yang punya masalah ya" kata Adrian yang masih fokus pada tangan Luna. Sedangkan Luna memandang wajah tampan itu dari dekat.
"Emang orang kaya kayak mas juga punya masalah?" tanya Luna
"Punya lah, saya juga manusia. Kalau gak ingat dosa juga pengen nya mati" jawab Adrian membalas perkataan Aluna tadi.
Dia meletakkan kotak obat ditengah tengah mereka. Memandang kedepan dimana jalanan yang masih saja padat. Begitu pula dengan Luna. Wajah mereka berdua sama. Sama sama kusut dan penuh beban masalah.
Jika orang melihat, mungkin akan beranggapan jika mereka sedang bertengkar. Padahal bukan.
"Mas .." panggil Luna
Adrian langsung menoleh kearah nya.
"Nikah aja yuk" ucap Luna
Adrian terdiam, memandang Luna dengan lekat.
"Kamu serius?" tanya Adrian
Luna mengangguk pasrah. Tidak ada lagi yang lebih baik dalam hidupnya.
Dan Adrian... hati yang gelisah dan rasa kesal yang mendalam, membuat dia langsung mengangguk setuju.
"Baiklah" jawab nya tanpa berfikir lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Dewie Angella Wahyudie
🤣🤣🤣🤣🤣aluna enteng bgt ya klo ngomong.....nikah yukk....!!!🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-05-20
3
Marifatul ilmiyah
astagaaaa apa laki2 jika dirumah tidak nyaman dan di luar ada kesempatan akan seperti itu yaaaa 🥺🥺🥺🥺🥺
2023-05-20
2