Adrian turun dari mobil dengan wajahnya yang kusut. Berjalam masuk kedalam rumah dengan langkah lunglai. Rasanya tubuh Adrian benar benar lelah dan terasa sakit semua. Mabuk mabukkan, fikiran yang stress, bermasalah dengan seorang gadis, dan tidak ada tidur dengan benar sejak semalam membuat Adrian benar benar ingin mandi dan beristirahat.
Namun keinginan kecilnya itu sepertinya tidak akan tercapai. Karena saat dia membuka pintu, Vania, istri cantik Adrian berdiri dengan wajah marahnya yang begitu nyalang.
"Dari mana saja kamu?" tanya Vania
Adrian memandang Vania dengan pandangan datar. Dia benar benar tidak ingin bertengkar saat ini. Tapi setiap dia pulang kerumah, kenapa selalu wajah tidak enak ini yang dia lihat?
"Aku lelah, aku ingin beristirahat" ucap Adrian. Meski sebenarnya dia ingin menghindari Vania untuk sementara waktu. Rasa bersalah nya masih benar benar mengusik hati Adrian.
Adrian ingin berjalan masuk, namun Vania langsung menarik lengan nya.
"Adrian jawab aku!! Dari mana kamu semalaman ha??? Di showroom tidak ada, di bengkel juga tidak, dimana kamu tidur???" tanya Vania, nada suaranya bahkan terdengar begitu kuat.
"Vania aku lelah, aku bekerja di showroom Jaksel, ada masalah disana. Tidak bisakah kamu membiarkan aku istirahat" jawab Adrian
Vania tersenyum sinis dan menggeleng pelan. Dia menarik kemeja yang dikenakan Adrian dan mendekatkan wajahnya ketubuh Adrian.
"Kamu sudah mulai mau membohongiku hmm?" ucap Vania dengan pandangan mata yang begitu berani memandang tajam pada Adrian. Hal yang paling tidak disukai oleh Adrian selama ini. Namun dia masih selalu menahan.
Adrian terdiam, apa Vania mencurigai sesuatu??? Jika iya, mungkin setelah ini mereka pasti akan bertengkar hebat. Bahkan sangat hebat.
"Kamu mabuk mabukkan semalam kan" tuding Vania
"Kenapa memang nya?" tanya Adrian
Vania tersenyum sinis dan memukul dada Adrian dengan kuat.
"Usaha sudah mau bangkrut, cicilan rumah belum kamu bayar, kartu kredit ku juga sudah menunggak. Dan kamu malah mabuk mabukkan seperti ini. Dimana fikiran mu Adrian!!" teriak Vania begitu marah.
Adrian tersenyum sinis dan menggeleng. Selalu saja ini yang diungkit oleh istrinya.
"Sudah lah, aku sedang tidak ingin bertengkar dengan mu" ucap Adrian yang ingin kembali melangkah masuk kedalam kamar. Namun Vania segera menarik kembali lengan nya.
"Jangan selalu lari kamu. Tanggung jawab!!" bentak Vania
"Tidak bisakah kamu berbicara lembut sedikit pada suami mu ini Vania" sahut Adrian yang sudah kembali terpancing emosi.
"Heh... untuk apa aku berbicara lembut pada suami yang tidak berguna seperti mu. Kamu tidak pernah membuat ku senang Adrian, selalu saja menambah beban hidupku" seru Vania
"Kau" Adrian menggeram memandang Vania
"Apa?" tanya Vania dengan gestur tubuh yang benar benar menantang.
"Kamu mau marah ha??? Mau memukul ku?? Silahkan. Tapi memang begitu kenyataan nya kan. Kamu berjanji setelah kita menikah kamu akan membahagiakan aku. Kamu akan selalu memenuhi segala kebutuhan ku. Tapi apa sekarang, lihat, rumah masih mencicil bahkan aku hanya ingin membeli tas saja kamu tidak mengizinkan nya" ungkap Vania panjang lebar.
Adrian mengusap wajahnya dengan kasar. Memandang Vania dengan helaan nafas yang begitu berat.
"Vania... tidak bisakah kamu mengerti sedikit dengan kondisi ku. Aku juga selalu berusaha untuk membahagiakan mu. Aku juga sudah berusaha untuk memenuhi segala keinginanmu itu. Tapi saat ini kondisi keuangan ku sedang menurun dan kita memang harus berhemat. Kamu tidak bisa selalu mengikuti gaya teman sosialita mu itu Vania"ujar Adrian
Namun Vania, wanita itu hanya menggeleng dan memandang kesal pada Adrian
"Kamu memang tidak niat untuk membahagiakan aku Adrian. Jika kamu mau kamu bisa meminta pada orang tua mu kan" sahut Vania.
Adrian menggeleng
"Aku tidak ingin selalu menyusahkan mereka. Lagipula keinginan mu juga bukan hal yang penting" jawab Adrian
Dan perkataan nya itu jelas membuat hati Vania semakin panas saja.
"Tidak penting katamu!! Enak sekali kamu berbicara seperti itu. Itu sudah tugas mu menjadi seorang suami yang memenuhi setiap kebutuhan ku. Aku butuh sesuatu yang bagus untuk menunjang karir ku Adrian. Kamu jangan lupa, jika salah satu showroom mu itu memakai uang hasil kerja kerasku" sahut Vania
"Tidak bisakah kamu berhenti dengan ambisi gilamu itu. Cobalah dirumah dan duduk manis menunggu ku pulang. Menjadi sitri yang baik dan melahirkan anak untuk ku. Mungkin hidup kita akan bahagia Vania" ucap Adrian
Vania mencebikkan bibirnya.
"Kamu saja tidak bisa membahagiakan aku, bagaimana kamu bisa membahagiakan anakku nantinya" sahut Vania.
"Vania... kamu melupakan begitu saja apa yang sudah aku beri" ucap Adrian
"Memang begitu, apa yang sudah kamu beri memang nya. Semua yang kamu beri itu memang sudah tugasmu" jawab Vania
"Kamu ingin aku membuat mu bahagia dan selalu memenuhi setiap keinginanku. Tapi kamu sendiri tidak mau berbuat begitu padaku. Apa itu adil?" tanya Adrian
"Kamu sudah mulai mengungkit tentang ini Adrian?" tanya Vania
"Bukan mengungkit. Hanya saja aku juga ingin melihat perasaan mu padaku Van. Aku lelah jika harus berjuang sendiri" jawab Adrian
Vania tersenyum kesal dan menggeleng.
"Ini memang sudah tugasmu. Jika kamu memang tidak suka, silahkan kamu cari perempuan lain yang bisa menjadi babumu dan hanya dirumah melayani mu setiap hari. Aku bukan pembantu yang hanya bisa melahirkan anak dan melayani mu" sahut Vania. Bahkan setelah mengatakan itu dia langsung pergi meninggalkan Adrian dan masuk kedalam kamar.
Brakk
Suara pintu kamar yang dibanting benar benar menggema dirumah itu. Membuat Adrian langsung jatuh terduduk diatas sofa mereka.
Vania, istri yang dia nikahi tiga tahun lalu. Seperti itulah sikapnya pada Adrian. Selalu ingin menang sendiri dan meminta apapun yang selalu harus dituruti. Hasil showroom dan bengkel yang Adrian kelola selama ini semua habis untuk menunjang karir modeling nya. Dan sekarang, bisnis nya sedang menurun dan tentu omset yang dia dapat juga tidak lagi banyak. Dan itu yang menjadi bulan bulanan Vania.
Belum lagi dengan tuntutan orang tuanya yang menginginkan cucu, tuntutan orang tua Vania yang selalu meminta ini dan itu. Semua benar benar membuat kepala Adrian ingin pecah.
Dia hanya ingin hidup tenang. Memiliki istri yang diam dirumah. Bukan sebagai pembantu, melainkan sebagai istri yang selalu ada untuk nya. Tidak mengharapkan apapun, hanya mengharapkan senyum istri yang menyambutnya ketika dia pulang kerja.
Sedangkan Vania, sama sekali Adrian tidak pernah mendapatkan hal itu. Vania jarang dirumah. Jangan kan untuk segelas kopi, untuk sebuah senyuman manis saja sangat jarang Adrian dapatkan. Vania hanya akan tersenyum lembut ketika Adrian memberikan apa yang menjadi keinginan nya.
Vania hanya sibuk dengan karir nya, karir yang benar benar membuat Adrian tertekan.
Adrian menoleh kearah kamar, dimana Vania sudah keluar dari sana dan menyeret kopernya.
"Mau kemana kamu?" tanya Adrian
"Bekerja lah, cari uang sendiri" jawab Vania dengan ketus
"Berhenti Vania. Berhentilah pergi. Kamu sudah keluar kota seminggu yang lalu, dan sekarang kamu mau pergi lagi" ucap Adrian
Vania memandang Adrian dengan kesal.
"Jangan melarang ku, aku akan berhenti bekerja ketika kamu sudah bisa memberiku semua yang aku mau" jawab Vania yang kembali menarik kopernya keluar rumah. Meninggalkan Adrian yang hanya bisa menghela nafas kesal.
Kenapa mencintai Vania sesakit ini???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Dewie Angella Wahyudie
udahhh adriann tingglin aj cewek kya gitu...cm mkn ati.ingt ....cowok lnghknya pnjng gk ya cewex,km ceraiin aj tuh vanya bt apa istri yg gk bsa nghragi suami...lmpar kelauttt...😂😂😂
2023-05-19
2
Marifatul ilmiyah
astaghfirullah vania
2023-05-18
1