Calon Bini

Shanna menatap banyaknya vas yang berkilauan dihadapannya, hampir tidak ada pengunjung toko ini anak muda sepertinya. Semuanya dapat ia saksikan perawakan ibu rumah tangga yang tengah mengintip vas-vas tersebut.

Pantas saja Alruni mengajaknya, jika tidak dapat ia pastikan betapa kebingungannya Alruni jika ia tidak ikut serta saat ini. sudut bibirnya terangkat ketika melihat vas bunga yang mirip dengan milik bunda Alruni. Alruni yang menyadari senyuman Shanna, sedikit takut jika gadis yang tengah bersamanya ini dianggapnya gila.

“ senyummu seperti orang gila..” ujar Alruni lembut mengejek Shanna, membuat gadis itu memukulnya dengan tas yang sedang dipegangnya. Kemudian Shanna berjalan cepat menghampiri rak keberadaan vas tersebut, diikuti Alruni yang terengah-engah berjalan meringis mengelus bekas pukulan Shanna.

“ lo liat ini..sama kayak punya bunda..” shanna ingat sekali dengan vas kesayangan bunda Alruni itu. Ia yang suka sekali menerobos rumah Alruni, selalu melihat keberadaan vas itu di ruang tamu keluarga tersebut.

“ aaaa..gak salah gue ngajak lo kesini..” alruni tersenyum terlalu manis, sambil mengacak-acak kepala Shanna yang dibaluti jilbab.

“ tangan lo….” Bentak Shanna. Walaupun tidak menyentuh rambutnya langsung, namun ia sangat menjaga dirinya walaupun itu Alruni yang bertingkah.

“ gue nikahin ga mau..kesal sendiri kan lo…” ucapan Alruni dianggap angin lalu oleh Shanna yang kemudian berjalan menuju kasir sembari membawa vas tersebut.

“ niki..buruan bayar!!” bentak Shanna sekali lagi, tempat ini berasa milik berdua ya.

Tanpa menghiraukan pelanggan lainnya, Shanna berteriak seenaknya. Mendengar teriakan itu, secepat kilat Alruni menghampiri Shanna. Ia takut jika diduga pelaku kdrt membuat Shanna berteriak ditengah keramaian seperti ini.

“ gue traktir lo makan karena udah temenin gue hari ini…” seru Alruni yang hanya dibalas Shanna dengan helaan nafas.

“ makan mulu kerjaan lo..gue ga lapar..” balas Shanna.

“ kita makan sekarang! Gak ada penolakan.” Tegur Alruni yng tiada henti membuat dirinya kesal. Makan lagi..makan lagi..itulah yang ada dalam benak Shanna sekarang.

“ gue temenin lo aja..” sahut Shanna santai mengundang emosi Alruni.

“ lo kebiasaan ya ga makan-makan..” ujar Alruni dengan paksa menarik ujung kemeja Shanna agar mengikuti langkahnya untuk mencari makan. Sedangkan Shanna cemberut memanyunkan bibirnya mendapati perlakuan Alruni.

Keduanya berjalan menyusuri Mall ingin mencari tempat makan yang nyaman. Mata Shanna berbinar ketika melihat satu stand tempat makan yaitu mie ramen, tanpa persetujuan Alruni. Shanna yang kemudian menarik ujung kemeja Alruni, membuat sang empu menghentikan langkahnya.

“ Nik..makan itu..” tunjuk Shanna dengan puppy eyes andalannya. Alruni mengikuti arah tunjuk jari Shanna, yang kemudian dibalasnya dengan anggukan lemah.

Tadi saja diajak makan, Shanna menolak mentah-mentah namun lihatlah sekarang dengan tampang mengibanya malah ia yang menentukan tempat makannya.

Begitu keduanya memasuki stand makanan tersebut, seorang pelayan menghampiri keduanya, Shanna menyambut dengan hangat pelayan tersebut. Pelayan itu memperlihatkan papan menu yang berada ditangannya.

“ yang ini dua mbak.” Shanna menunjuk mie ramen dengan girangnya, tanpa memedulikan keinginan Alruni.

“ yang satu pedes biasa aja, yang satunya lagi pedes banget. Dan minumnya..”

“ jus pokat dua mbak..” sambung Alruni memotong ucapan Shanna. pelayan itu pergi meninggalkan mereka berdua.

“ yang bener aja lo pesan yang pedes banget. Lo diare gue ga tanggung jawab Reyy.” Alruni mendapat anggukan cepat dari Shanna.

“ bismillah ya badan..besok gak sakit..gue rindu banget mie dan micin.” Batin Shanna.

Tak lama pesanan mereka datang. Keduanya tampak lahap makan, apalagi Shanna. makanan pedas dan micin adalah favoritnya, ia tak peduli begitu maag nya akan kambuh atau tidak.

“ lo Alruni kan..? aktivitas makan keduanya terhenti, ketika mendengar ucapan tiba-tiba tersebut yang berasal dari seorang cewek tanpa kerudung dengan tampilan yang modis seperti seusia dengan Alruni dan Shanna. Alruni saat mendengar namanya disebut, sedikit tengah berfikir siapakah wanita dihadapannya ini.

“ hmm..lo siapa?” Tanya Alruni kepada cewek yang mengenali dirinya ini.

“ gue Karin..lo inget gue?” alruni menaikkan alisnya sebelah Nampak kebingungan. Sedangkan Shanna mengalihkan pandangannya ke arah cewek tersebut.

“ Karine Pradipta..” ingat Karin.

“ ooohhh…hahaha..inget gue..duduk rin, gue sampai ga kenalin lo..” balas Alruni setelah mengingat wakil ketua OSIS yang disandingkan dengannya itu pada tiga tahun yang lalu.

“ lo apa kabar?” Tanya Karin.

“ gue baik..lo sendiri?”

“ makin lain aja ya aura nya, beda banget..” puji Karin menatap Alruni.

“ iya dong..gue presma sekarang..” sombong Alruni, rasanya Shanna ingin muntah mendengar hal yang menurutnya selalu disombongkan Alruni dimanapun.

“ oohh..ga kapoknya jadi pemimpin..” balas Karin dengan senyuman tulusnya.

“ ehh Rin..kenalin Shanna adik gue..” mata Shanna membulat mendengar ucapan Alruni dibalas Alruni dengan senyum tipis sekaligus Alruni menaikkan kedua alisnya kearah Shanna.

“ adik lo? Hai..gue Karin..” ucap Karin sambil mengarahkan tangannya untuk berkenalan dengan gadis itu.

Spontan Shanna mengangkat tangannya dengan perasaan yang masih kesal namun terpaksa senyum kepada Karin. “ Shanna..”

“ lo kuliah dimana Rin?” lanjut Alruni.

“ Universitas Dharma..”

“ oohh…” keduanya semakin asyik mengobrol, terlihat saat keduanya tengah nostalgia mengulas masa SMA keduanya. Tentu saja Shanna tidak nyambung dengan topic obrolan mereka, toh Shanna berbeda tempat sekolah dengan mereka dahulu. Kali ini Alruni tak memedulikan kejenuhan Shanna. Bukannya cemburu melihat mereka, namun Shanna sangat risih disini.

Shanna melirik jam arloji yang terhias indah di tangannya, jam menunjukkan pukul empat sore. Shanna memberanikan diri untuk menengahi obrolan mereka, karena merasa diabaikan ia ingin menghilang dari tempat itu.

“ ekkhmm…”

Mendengar deheman Shanna, keduanya serempak menoleh kearah Shanna.

“ gue ke toilet..” pamit Shanna, yang baru saja berjalan dua langkah.

“ tas nya gue jagain..” ucap Alruni melihat Shanna yang juga membawa tasnya ke toilet. Shanna menghentikan langkahnya, apa alasan yang akan dikatakannya, karena ia telah berbohong. Bohong ia akan ke toilet, ia berencana untuk pulang mendahului Alruni. Shanna menoleh ke arah belakang kemudian berjalan lagi mendekati meja itu.

“ ga perlu..kalau gue gak balik, berarti gue pulang duluan..” ujar Shanna sesukanya.

“ jangan gitu dong Reyy..” ujar Alruni sedikit mengeraskan suaranya karena Shanna perlahan sudah berjalan lebih jauh. Namun tetap saja Shanna tidak berbalik, dan terus saja berjalan.

“ biarin aja Al…adek lo udah gede juga..” potong Karin berusaha menahan Alruni untuk tetap bersamanya. Senyumnya mengembang.

“ gue duluan ya..gue harus susulin Shanna..” pamit Alruni ingin mengejar Shanna. Ia takkan membiarkan Shanna pulang sendirian.

“ beruntung banget adek lo punya abang yang khawatiran kayak lo..lo tenang aja, adek lo juga pasti risih bareng lo mulu..” Karin mendapat tatapan sinis dari Alruni.

“ dia bukan adik gue, dia calon bini gue..” jawab Alruni membuat Karin terdiam seketika.

Karin tersenyum tidak suka melihat kepergian Alruni. Jelas saja raut kekhawatiran dari wajah pria tersebut. Tentu saja, Alruni merasa bersalah, ia yakin Shanna sedikit marah karena sudah ia abaikan saat ia asyik bercerita dengan Karin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!