Rain menghentikan gerakan pinggulnya ketika ia menyadari bahwa wanita yang sedang di gempur tidak sadarkan diri. Namun karena hasratnya belum tuntas ia pun tidak mempedulikan melainkan memacunya kembali.
"Rain, Rain, apa kamu ada di dalam?" Teriakan Rani serta gedoran pintu villa terdengar cukup keras di tengah merasakan kenikmatan yang sudah mencapai ubun ubun.
Rain kesal sekali mendengar nya."Brengsek, perempuan itu mengganggu ku saja." Ia menggerutu kesal. Namun meskipun begitu Rain tidak melepaskan tubuhnya melainkan mempercepat hingga mencapai pelepasan.
Beberapa menit kemudian erangan panjang pun keluar dari mulut Rain bersamaan dengan semburan lahar hangat. Setelah itu, ia terkulai lemas di samping wanita yang sudah tidak berdaya karena perbuatannya.
Rain melirik Zana yang masih tidak sadarkan diri dengan perasaan benci, kesal serta kasihan. Namun Rain lebih membesarkan ego nya daripada perasaannya. Perasaan kesal dan benci pada Zana lebih mendominasi daripada perasaan kasihan atau rasa bersalah padanya.
"Apa kamu tidak tau wanita di luar sana menyembahku demi untuk bisa tidur dengan ku? tapi kamu malah berontak. Dasar bocah bodoh."
"Rain, aku mendengar suara mu ada di dalam. Sedang apa kamu di dalam, Rain? tolong buka pintunya, Rain!" Teriakan Rani terdengar kembali di saat Rain tengah memperhatikan wajah pucat wanita yang tidak sadarkan diri.
Rain menoleh ke arah pintu dengan perasaan kesal."Nah, kau dengar itu. Wanita itu salah satunya. Dia ingin sekali ku tiduri sampai mencari ku kemari. Benar-benar brengsek sekali."
Meskipun kesal Rain tetap turun dari ranjang lalu mengambil boxer miliknya yang teronggok di atas lantai. Tapi ketika ia hendak memakainya ia baru menyadari bahwa miliknya dalam keadaan tanpa menggunakan pengamanan.
"Fuc kin s hit," umpat kesal Rain lalu mengacak acak rambutnya.
"Kenapa aku bisa melupakan benda itu? Bagaimana jika wanita itu....tidak, tidak mungkin. Aku hanya melakukannya sekali dan lagi pula aku tidak mengenal bocah bodoh ini." Lalu mengusap kasar wajah nya.
"Rain, buka pintunya, Rain. Aku tau kamu ada di dalam."
Rain menoleh kembali ke arah pintu dimana suara Rani belum saja menghilang dari pendengarannya. Kemudian dia buru-buru memakai boxer itu lalu melangkah lebar ke arah pintu.
"Mau apa?"Tanya Rain datar tanpa ekspresi ketika pintu telah di buka setengah.
Rani tercengang melihat penampilan pria yang ia cari dalam keadaan hanya menutupi area kejantanannya saja serta tubuhnya penuh dengan peluh.
"Apa...apa yang sedang kamu lakukan di dalam?" Rani balik bertanya. Lalu Ia memiringkan kepalanya agar dapat melihat siapa wanita yang sedang bersama Rain di dalam sana. Tapi sayangnya Rani tidak dapat melihatnya karena tubuh tegap Rain menutupi hampir seluruh celah pintu itu.
"Bukan urusan mu. Lebih baik kau pergi dari sini."
Rani membulatkan matanya. Ia tidak menyangka Rain akan mengusirnya. Padahal hari ini adalah hari pertama kali ia kencan dengannya.
"Rain, bukan kah aku sudah menjadi kekasihmu dan sekarang kita sedang berkencan tapi kenapa kamu malah tidur dengan wanita lain lalu mengusirku?" Rani berucap dengan suara tinggi. Ia kesal karena Rain seperti hanya memberi harapan palsu saja padanya.
Rain memajukan bibir bawahnya lalu menumpukan kedua tangannya di atas perut sixpack dan menatap tajam ke arah wanita yang di anggap nya merupakan salah satu wanita murahan." Sejak kapan kau menjadi kekasihku? sesuai dengan kesepakatan dengan bandot tua itu kalau kamu hanya menemaniku selama aku berada di sini dan tidak ada keterikatan apapun. Aku akan memakai mu jika aku mau tapi jangan paksa aku jika aku tidak mau. Sekarang kamu pergi dari sini atau selama nya kita tidak akan pernah berkencan!"
Rani terdiam dan menelan salivanya dengan susah payah. Ia tidak menyangka, pria yang telah di kenalkan oleh ayahnya memiliki sikap sedingin itu padanya. Rani merasa apa kurangnya ia bagi pria itu. Cantik, berpendidikan, juga anak orang nomer satu di kampungnya.
Braakkk
Sebelum Rani menimpalinya, Rain lebih dulu menutup pintu itu dengan kasar sehingga membuatnya terperanjat. Rani menatap kesal pada pintu yang sudah tertutup rapat.
"Kalau saja kamu bukan orang kaya aku tidak akan sudi di perlakukan seperti ini oleh mu, Rain. Lihat saja, suatu hari nanti kau pasti akan bertekuk lutut mengemis cintaku." Ucap Rani dengan penuh percaya diri.
Rain kembali dimana Zana masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ia memperhatikan tubuh polos yang sudah memberikan kenikmatan tiada tara yang tidak pernah ia dapat kan dari wanita-wanita lain.
"Kenapa tubuh kecilmu ini begitu nikmat dan berbeda sekali dengan wanita wanita yang pernah ku kencani tikus kecil. Padahal tubuh mereka jauh lebih molek dari pada tubuh kecil mu itu." Setelah berkata, Rain melepaskan ikatan di tangan Zana yang nampak sudah memerah lalu menyelimuti tubuh polosnya dengan selimut.
Suara gemericik air di kamar mandi memulihkan kesadaran Zana. Perlahan ia membuka kedua kelopak matanya. Setelah terbuka sempurna dan penglihatannya sudah seratus persen, pemandangan pertama yang terlihat olehnya adalah langit-langit berwarna putih.
Tiba tiba Zana merasakan pusing yang luar biasa. Ia memegang kepalanya dan mengerang. Namun hal itu tidak berlangsung lama dan puing puing ingatannya kembali terkumpul. Zana teringat saat ia berkunjung ke pantai, bertemu dengan sepasang kekasih yang sedang berciuman, di kejar si pria mesum itu hingga di lempar ke atas kasur kemudian di ikat, di telanjangi lalu di tindih.
Kedua bola mata Zana membelalak sempurna ketika teringat apa yang sudah di lakukan oleh pria bajingan itu padanya. Ia segera duduk tegak meskipun tubuhnya terasa remuk redam. Kemudian memperhatikan penampilannya yang polos tanpa sehelai benang pun yang tersangkut di tubuhnya.
Zana menangis pilu meratapi nasibnya. Ia tidak menyangka hidup nya begitu miris telah di nodai oleh pria asing yang sama sekali tidak di kenal nya. Zana menyesali perbuatannya yang telah mengusik kesenangan pria mesum itu dengan kekasihnya sehingga dampak dari perbuatanya mahkota nya terenggut begitu saja.
Cukup lama ia menangis, kemudian menyeka air matanya yang mengalir deras hingga membasahi selimut penutup tubuh polosnya. Kemudian ia turun dan mengambil seragam sekolah yang berserakan di atas lantai lalu memakainya tanpa mempedulikan robekan yang terdapat pada punggung. Setelah itu, ekor matanya mencari keberadaan tas kain miliknya. Sebuah tas usang berisi ijazah yang ia dapatkan dengan susah payah selama tiga tahun lamanya. Tak lama sorot matanya tertuju pada benda yang ia cari. Tas itu teronggok di atas lantai samping kamar mandi dalam keadaan berserakan.
Zana melangkah nyeri di sekujur tubuhnya terutama pada bagian sensitif. Namun Zana tidak mempedulikan rasa sakit itu. Zana pikir, ia harus buru buru mengambil tas miliknya sebelum pria bajingan itu keluar dari kamar mandi.
"Hei!"
Langkah Zana terhenti ketika pria bajingan itu mengetahui jika ia hendak meninggalkan villa kecil itu.
Rain yang sedang berdiri di ambang pintu kamar mandi melangkah lebar mendekati Zana.
Zana mengendus wangi bunga lili yang berasal dari pria yang berdiri di belakang.
"Mau kemana kamu?" Tanya rain. Namun wanita yang di tanyanya hanya diam seribu bahasa.
Rain kesal lalu menarik bahu Zana hingga ia memutar dan berubah arah menghadap nya. Zana menatap benci pada pria yang hanya menggunakan handuk sebatas pinggang serta rambut dalam keadaan basah. Zana mengepalkan kedua tangannya. Rasanya ia ingin menusuk perut sixpack pria yang sudah tega menodai kesuciannya dengan sebilah pisau.
Tak lama Zana memalingkan wajahnya ke samping kiri. Rasanya tidak sudi menatap lama wajah pria menjijikan yang tidak akan pernah ia lupakan bahkan akan ia benci seumur hidupnya.
Rain memegang pundak nya namun Zana segera menepisnya dengan kasar." Jangan berani lagi kau sentuh aku bajingan!" Zana membentak nya dengan tatapan tajam.
Nampak jakun Rain naik turun berusaha menelan salivanya dengan susah payah. Seumur hidupnya baru pertama kalinya ia bertemu dengan wanita yang memiliki sikap seperti Zana yang berani menentang, menantang bahkan membentak nya.
"Kau...!" Rain tak kalah tajam menatap Zana.
"Apa?" Zana balik membentak dengan bola mata yang nyaris keluar karena terlalu geram dan benci pada pria itu. Seketika itu pula Rain terdiam namun tatapan tajam nya mampu menghunus jantung Zana.
Zana segera memutar balik tubuhnya. Ia tidak ingin berlama lama menatap pria menjijikan itu lalu melangkah hendak meninggalkan nya.
"Hei....tunggu!"
Langkah Zana pun terhenti ketika pria itu memanggilnya. Ia berdiri di tempat serta pandangan lurus ke depan tanpa ingin menoleh pada pria itu.
Rain buru buru mengambil dompetnya lalu mengambil beberapa lembar uang warna merah. Setelah itu ia melangkah mendekati Zana.
"Ambilah, untuk membeli seragam mu yang ku robek kan." Rain meraih tangan Zana lalu meletak kan uang itu di tangan Zana secara paksa.
Zana yang masih berdiri tegak menunduk melihat lembaran uang di tangannya. Kemudian ia memejamkan mata dan mengepal erat uang itu. Rasa sakit yang di derita fisiknya tidak sebanding dengan rasa sakit hati pada pria bajingan itu. Apakah sebegitu murah harga tubuh serta harga diri nya bagi pria itu hingga ia di bayar dengan lembaran uang setelah puas memakainya.
Dengan dada yang begitu sesak, Zana berusaha bersikap tenang dan berucap." Maaf tuan yang terhormat. Aku bukan wanita bayaran setelah di pakai lalu kau bayar dengan lembaran uang mu ini." Setela berkata, Zana menjatuhkan lembaran uang itu hingga berjatuhan dan berserakan di atas lantai. Setelah itu, ia menginjak lembaran uang itu lalu melangkah menjauhi tubuh pria yang terbengong menatap uang miliknya telah di injak oleh Zana.
Kedua tangan Rain mengepal. Ia merasa Zana semakin menginjak harga dirinya. Menurutnya, kesalahan wanita yang baru saja di hancurkan masa depannya memiliki beberapa point kesalahan yang tidak akan pernah bisa di maafkan. Pertama, Zana melemparnya dengan kaleng minuman di tengah berciuman. kedua, Zana menendang kejantanannya. Ketiga, Zana berani meludahi wajahnya dan yang terakhir, Zana telah menginjak lembaran uang nya dengan sengaja.
Braakkkk
Suara bantingan keras itu mengalihkan pandangan Rain dari lembaran uang ke pintu yang telah di tutup kasar oleh Zana.
"Dasar wanita sialan," umpat kesal Rain sembari menatap marah pada pintu yang sudah di tutup rapat.
Kemudian Rain melangkah mendekati ranjang lalu tanpa sengaja sorot matanya tertuju pada noda merah yang terdapat pada spray berwarna putih. Kedua matanya menyipit melihat noda merah itu." Wanita sialan itu masih perawan!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
ciru
cakeep
2023-06-30
1