Bab 3. Pasangan mesum

Dari kejauhan Zana memandangi Amir yang sedang sibuk membenarkan satu satunya alat penangkap ikan yang ia miliki di atas sebuah amben depan bangunan ber bilik anyaman bambu dan beratap daun rumbia. Sebuah rumah yang sudah ia huni sejak dari dalam kandungan sang ibu.

Terik nya sinar matahari siang ini tidak membuat Amir berhenti menjahit setiap terdapat robekan pada jaring itu meskipun keringat mengucur dari dahinya. Nampak sesekali ia menyeka keringat dengan tangannya.

Di saat itu pula bathin Zana berperang antara logika dan perasaan. Zana sempat berpikir untuk pergi dari rumah itu lalu mengejar mimpinya untuk berkuliah di ibu kota.Tapi, apa Zana akan setega itu meninggalkan sang ayah yang sudah membesarkan nya dengan susah payah.

"Abaikan saja keinginan ayah mu dan tinggal kan dia. Bea siswa untuk kuliah di universitas impianmu itu tidak akan datang dua kali padamu. Yakin lah setelah lulus nanti kau pasti akan menjadi orang sukses dan membanggakan nya."

"Lihat apa yang sedang ayah mu lakukan! apa kamu akan setega itu meninggalkan nya di rumah kecilmu? bagaimana nasibnya nanti jika kau nekat menolak menikah dengan pak kades?apa kau mau ayah mu menjadi seorang gelandangan di jalanan gara gara keegoisan mu."

Lagi-lagi benak Zana sibuk dengan situasi yang saling tangkis antara harus menguatkan logika atau ego. Hubungan disonan timbul karena sebenarnya Zana tahu logika yang harus di gunakan untuk berpikir, tapi sekarang ego terlalu merengek untuk diperhatikan.

Sejujurnya Zana benci situasi seperti ini. Hal yang sebenarnya telah mencoba menggiring nya untuk memilih berpikir secara dewasa, tanpa mementingkan ego.Tapi ternyata kekuatannya tak cukup mampu menahan senapan ego yang makin membombardir hati dan benak yang semakin memanas.

Zana menyeka air mata yang sudah menganak sungai. Kemudian melangkah mundur menjauhi sang ayah yang belum menyadari kehadiran nya lalu ia berlari secepat kilat.

Zana berlari dan terus berlari melewati pemukiman warga sehingga kelakuannya menjadi pusat perhatian penduduk setempat yang melihatnya dan memandang aneh padanya.

"Hei, Zana," teriak seorang wanita memanggil namanya dari arah belakang.

Seketika itu pula langkah Zana terhenti dengan nafas yang tersengal sengal.

"Kenapa kamu lari-lari? apa kamu sedang di kejar sama seekor serigala atau di kejar seorang penagih hutang?" Ledek wanita itu.

Tanpa menoleh ke arah sumber suara itu pun Zana mengetahui siapa pemilik suara cempreng itu.

Zana berbalik, nampak seorang wanita gempal memakai daster sedang menatap sinis ke arahnya."Apa Bu Suparmi bicara dengan saya?" Zana justru balik bertanya.

Suparmi mendengus kesal atas pertanyaan balik Zana padanya yang seolah olah pura-pura tidak mendengar ucapannya. Hal itu sering kali Zana lakukan ketika ia mengajak bicara gadis remaja yang ia benci dan di anggap miskin penghuni gubuk di samping kebun milik pak kades.

"Dasar orang miskin tidak tau adab. Berani sekali mempermainkan orang tua," kesal Suparmi dan menatap nyalang Zana.

"Maaf Bu, saya bukan mempermainkan ibu melainkan bertanya apa ibu bicara dengan saya?"

"Kamu benar benar ya! apa telinga mu itu tuli?" Ucap geram Suparmi.

"Maaf Bu, apa ibu ada perlu dengan saya? kalau tidak biarkan saya pergi."

Dada Suparmi naik turun menahan kekesalannya terhadap sikap Zana yang tenang namun menusuk. Sikap nya yang seperti itu justru membuatnya menjadi sangat kesal karena ia merasa Zana meledeknya dengan caranya.

"Kamu.. "

Sebelum Suparmi menyempurnakan kalimatnya Zana melengos begitu saja dan tingkah nya menambah kekesalan Suparmi pada Zana.

"Awas saja kalau aku melihatmu lewat depan rumah ku lagi," teriak nya ketika Zana melangkah pergi dengan santainya.

Setelah menjauh dari salah satu tetangga yang selalu membuat masalah dengannya, Zana memutuskan untuk melipir ke pantai. Selain merindukan pantai yang cukup lama tidak di kunjungi, ia ingin menenangkan pikirannya karena bagi nya laut merupakan satu satu nya tempat menenangkan di saat dirinya tertimpa sebuah masalah.

Zana menyusuri pantai yang nampak landai. Melangkah pelan menapaki hamparan pasir yang luas dan putih bersih. Lautan berwarna biru serta terdapat sebuah pulau kecil di tengah laut itu menambah keeksotisan pantai tersebut. Sebuah pantai yang sangat sepi pengunjung namun akan ada yang berkunjung ketika hari libur tiba.

Tanpa terasa sudah berapa jauh Zana menapaki pasir itu hingga ia menemukan dua buah tenda kemah. Dari kejauhan Zana memperhatikan tenda kemah yang nampak sepi seperti tidak tidak ada penghuninya.

"Tumben sekali ada orang berkemah saat bukan musim liburan. Apa pemilik tenda itu merupakan warga sini atau..."

Sebelum Zana menyelesaikan ucapannya, tiba tiba salah satu tenda itu keluar seorang pria dan seorang wanita yang nampak mesra. Kemudian mereka berciuman di samping tenda itu tanpa memperhatikan ke sekitar sehingga mereka tidak menyadari keberadaan Zana yang tengah berdiri dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari mereka.

Zana sangat terkejut atas apa yang sedang ia lihat tanpa sengaja. Seketika itu pula kedua pupil matanya membulat sempurna melihat aksi ciuman sepasang kekasih yang tidak tau malu dan tidak tau tempat. Namun yang membuat Zana sangat terkejut adalah ia sangat mengenal siapa sosok wanita itu yang tak lain adalah anak pertama kepala desa dari istri pertama yang sedang berkuliah di kota.

"Kenapa mba Rani ada di sini? bukan kah seharusnya dia sedang kuliah di kota? apa yang sedang dia lakukan di tempat seperti ini bersama pria kota itu?"

Zana yang tidak pernah berciuman dan tidak pernah memiliki seorang pacar merasa geram melihat pemandangan yang menurutnya menjijikan. Bukan karena Zana cemburu atau iri melihat Rani berkencan dengan pria kota melainkan perbuatan mesum mereka telah menodai matanya.

Seketika niat jahil untuk mengerjai mereka pun melintas di otaknya. Ekor mata Zana melirik ke sana kemari mencari sesuatu yang mungkin akan dapat menghentikan perbuatan mesum mereka. Dan di saat itu pula sorot matanya tertuju pada sebuah botol kaleng minuman yang tergeletak di atas pasir. Zana mengambilnya lalu memasuki butiran pasir kedalam kaleng itu hingga penuh agar berat dan jika di lempar tidak akan melayang. Setelah kaleng itu terisi penuh, Zana buru buru melempar ke arah dua orang yang sedang berbuat asusila itu dan lemparan nya pun melayang dengan sempurna.

Bughhh

Namun tiba tiba kaleng itu mendarat tepat di punggung si pria. Tautan bibir mereka pun seketika terlepas lalu terdengar pekikan kesakitan.

"Aaaaaaaakk."

Zana tercengang melihat kaleng yang ia lempar tepat mengenai punggung si pria padahal jarak mereka tidak terlalu dekat. Apakah lemparan nya merupakan suatu hal yang hebat dan di anggap sebuah prestasi karena ia melempar tepat sasaran? Tapi, Zana tidak bermaksud menyakiti pria itu dan apa yang sudah ia lakukan di luar dugaannya.

Rani terkejut melihat pria yang baru saja menyentuh bibirnya tiba tiba memekik dan memegang punggungnya." Kamu kenapa, Rain?"

Pria yang bernama Rain itu tidak langsung menjawab melainkan meringis menahan sakit.

"Rain, kamu kenapa?" Ulang Rani sembari mengguncang lengan Rain.

"Seseorang melempar punggungku," kata Rain lalu menunduk. Ia menyipitkan kedua matanya ketika melihat sebuah kaleng tergeletak di samping kaki kirinya. Bekas kaleng minuman miliknya yang telah ia buang ke sembarang arah.

Rain berjongkok mengambil kaleng itu lalu berdiri kembali."Lihat ini, Ran. Seseorang telah melempar ku dengan ini." Rain memperlihatkan kaleng itu pada Rani.

Rani sedikit membesarkan bola matanya melihat sebuah kaleng minuman yang ada di tangan Rain."Kaleng! seseorang telah melempar mu dengan kaleng ini. Tapi bukan nya kaleng ini bekas minuman kamu?"

"Ya, tapi aku sudah membuang nya jauh tapi kenapa kembali lagi kesini. Benar-benar sialan sekali. Awas saja kalau ku temukan orangnya aku tidak akan memberinya ampun." Rain menggerutu kesal lalu melirik ke kiri dan ke kanan namun tidak menemukan siapa pun.

"Tapi kamu tidak apa apa kan. Emm, sudah lah lebih baik kita lanjutkan lagi saja di dalam tenda. Aku sudah tidak tahan ingin cepat di sentuh oleh mu," kata Rani sembari bergelayut manja berusaha menggoda pria kaya yang telah di kenal kan oleh ayahnya untuk menemaninya selama berada di kampungnya.

Rain tidak menghiraukan perkataan Rani melainkan ekor matanya mengitari sekitar dengan detail, mencari sosok yang telah berani melemparnya dengan kaleng isi pasir. Tak selang lama, sorot matanya tertuju pada seseorang yang sedang bersembunyi di balik pohon kelapa yang hanya nampak lengan nya saja.

Rain menyeringai melihatnya.

"Apa kau pikir aku tidak tau siapa yang sudah berani melempar ku dengan kaleng sialan ini?" Teriak Rain.

Zana yang sedang bersembunyi di balik pohon terkejut mendengar teriakan pria mesum itu.

"Ya Tuhan, apa...apa pria itu melihatku?"

"Keluar kamu. Kalau tidak aku akan melempar mu ke dalam laut untuk menjadi santapan Ikan hiu. Apa kau tau jika di laut ini banyak Ikan hiu?"

Zana meringis ngeri mendengar ancaman pria itu.

"Ku hitung mundur kalau tidak keluar maka aku akan menyeret mu paksa dan melempar mu detik ini juga."

Pupil mata Zana berubah membulat sempurna mendengar ancaman yang ketiga kalinya.

"Lima...empat...tiga...dua...sat.."

Mau tidak mau akhirnya Zana menyerah lalu menampak kan dirinya pada dua orang itu. Zana menunduk kan wajahnya tidak memiliki keberanian menatap dua orang yang sedang marah padanya.

Rain tercengang melihat sosok yang telah melemparnya. Ternyata hanya seorang bocah ingusan memakai seragam putih abu abu dan rambut di kepang dua.

Begitu pula dengan Rani ia pun sama halnya dengan Rain, ia cukup terkejut melihat nya. Siapa yang tidak mengenal sosok Zanara? seorang gadis yang terlahir dari sepasang suami istri miskin di kampung nya yang tinggal menumpang di tanah milik orang tuanya serta selalu berpenampilan jadul dan big size.

Terpopuler

Comments

Dul...😇

Dul...😇

✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️✌️ peace Thor 😁

2023-07-06

2

Dul...😇

Dul...😇

ini mah asli dari author nya yang nyuruh zanara berbuat nggak baik, sama kaya nyuruh aq deketin tetangga ku yang lagi di tinggal pergi suami nya 🤭😁😁😁😁😁

2023-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal
2 Bab 2. Menerima Ijazah
3 Bab 3. Pasangan mesum
4 Bab 4. Zana di perkosa
5 Bab 5. Setelah di perkosa
6 Bab 6. Syukuran kelulusan
7 Bab 7. Bapak kebanggaan Zana
8 Bab 8. Kedatangan pak kades
9 Bab 9. Ghibah
10 Bab 10. Status Sosial
11 Bab 11. Garam
12 Bab 12. Permintaan Zana
13 Bab 13. Menangkap Ikan
14 Bab 14. Trauma
15 Bab 15. Di perkosa kedua kali
16 Bab 16. Hari pernikahan
17 Bab 17. Kecupan pernikahan
18 Bab 18. Rumah baru Zana
19 Bab 19. Kesan hari pertama
20 Bab 20. Unboxing gagal
21 Bab 21. Ledekan tetangga
22 Bab 22. Di tengah lautan
23 Bab 23. Pulau
24 Bab 24. Terulang kembali
25 Bab 25. Mencari Zana
26 Bab 26. Harga Diri
27 Bab 27. Di atas Speed boat
28 Bab 28. Sikap kasar Rain
29 Bab 29. Sebuah Villa kecil
30 Bab 30. Klinik
31 Bab 31. Menjenguk
32 Bab 32. Terjebak hujan
33 Bab 33. Sikap jahil Rain
34 Bab 34. Tiga nyonya Rocky
35 Bab 35. Godaan Raka
36 Bab 36. Zana vs Rani
37 Bab 37. Kelaparan
38 Bab 38. Tiga kotak makanan
39 Bab 39. Tempramental
40 Bab 40. Sedikit menyesal
41 Bab 41. Berbelanja
42 Bab 42. Bertemu Nia
43 Bab 43. Pengakuan Zana
44 Bab 44. Talak
45 Bab 45. Permintaan terakhir Amir
46 Bab 46. Kematian Amir
47 Bab 47. Di tengah hutan
48 Bab 48. Perjalanan Zana
49 Bab 49. Perjalanan Zana 2
50 Bab 50. Kontrakan
51 Bab 51. Bubur kacang
52 Bab 52. Tetangga kontrakan
53 Bab 53. Mencari pekerjaan
54 Bab 54. Toko ponsel
55 Bab 55. Zana pembawa hoki
56 Bab 56. Makan bersama
57 Bab 57. Gaji & bonus pertama
58 Bab 58. Sate ayam
59 Bab 59. Akhirnya Arief tahu
60 Bab 60. Beban Arief
61 Bab 61. Ajakan Wati
62 Bab 62. Bioskop
63 Bab 63. Diskotik
64 Bab 64. Kemarahan Rain
65 Bab 65. Pukul dini hari
66 Bab 66. Memukul Rain
67 Bab 67. Di jemput polisi
68 Bab 68. Di penjara
69 Bab 69. Rain membesuk Zana
70 Bab 70. Rencana Erik
71 Bab 71. Keluar penjara
72 Bab 72. Zana pergi
73 Bab 73. Gundah
74 Bab 74. Setelah kepergian
75 Bab 75. Kota Jakarta
76 Bab 76. Mencari Zana
77 Bab 77. Kebaikan Dori & Emak
78 Bab 78. Halusinasi Rain
79 Bab 79. Peralatan bayi
80 Bab 80. 3 tahun kemudian
81 Bab 81. Pertemuan tak terduga
82 Bab 82. Kembali bertemu
83 Bab 83. Kampus
84 Bab 84. Keputusan Rain
85 Bab 85. Kedatangan Risma
86 Bab 86. Restauran
87 Bab 87. Kemelut hati Zana
88 Bab 88. Kemelut hati Rain
89 Bab 89. Putus beasiswa
90 Bab 90. Seoul. Korea Selatan
91 Bab 91. Kegelisahan Zana
92 Bab 92. Melamar pekerjaan
93 Bab 93. Sikap resepsionis
94 Bab 94. Menemui manager HRD
95 Bab 95. Lembur
96 Bab 95. Bertemu Derry
97 Bab 97. Menabrak pria asing
98 Bab 98. Derry mengantar Zana
99 Bab 99. Mencari tahu status Zana
100 Bab 100. Zana digandeng Derry
101 Bab 101. Insiden kopi
102 Bab 102. Pria masa lalu Zana
103 Bab 103. Menjambak Desi
104 Bab 104. Zana dipecat
105 Kekesalan Derry
106 Mencari Zana
107 Bab 107. Rain bertemu Pelangi
108 Bola mainan
109 Kedatangan Rain dan Derry
110 The End
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1. Awal
2
Bab 2. Menerima Ijazah
3
Bab 3. Pasangan mesum
4
Bab 4. Zana di perkosa
5
Bab 5. Setelah di perkosa
6
Bab 6. Syukuran kelulusan
7
Bab 7. Bapak kebanggaan Zana
8
Bab 8. Kedatangan pak kades
9
Bab 9. Ghibah
10
Bab 10. Status Sosial
11
Bab 11. Garam
12
Bab 12. Permintaan Zana
13
Bab 13. Menangkap Ikan
14
Bab 14. Trauma
15
Bab 15. Di perkosa kedua kali
16
Bab 16. Hari pernikahan
17
Bab 17. Kecupan pernikahan
18
Bab 18. Rumah baru Zana
19
Bab 19. Kesan hari pertama
20
Bab 20. Unboxing gagal
21
Bab 21. Ledekan tetangga
22
Bab 22. Di tengah lautan
23
Bab 23. Pulau
24
Bab 24. Terulang kembali
25
Bab 25. Mencari Zana
26
Bab 26. Harga Diri
27
Bab 27. Di atas Speed boat
28
Bab 28. Sikap kasar Rain
29
Bab 29. Sebuah Villa kecil
30
Bab 30. Klinik
31
Bab 31. Menjenguk
32
Bab 32. Terjebak hujan
33
Bab 33. Sikap jahil Rain
34
Bab 34. Tiga nyonya Rocky
35
Bab 35. Godaan Raka
36
Bab 36. Zana vs Rani
37
Bab 37. Kelaparan
38
Bab 38. Tiga kotak makanan
39
Bab 39. Tempramental
40
Bab 40. Sedikit menyesal
41
Bab 41. Berbelanja
42
Bab 42. Bertemu Nia
43
Bab 43. Pengakuan Zana
44
Bab 44. Talak
45
Bab 45. Permintaan terakhir Amir
46
Bab 46. Kematian Amir
47
Bab 47. Di tengah hutan
48
Bab 48. Perjalanan Zana
49
Bab 49. Perjalanan Zana 2
50
Bab 50. Kontrakan
51
Bab 51. Bubur kacang
52
Bab 52. Tetangga kontrakan
53
Bab 53. Mencari pekerjaan
54
Bab 54. Toko ponsel
55
Bab 55. Zana pembawa hoki
56
Bab 56. Makan bersama
57
Bab 57. Gaji & bonus pertama
58
Bab 58. Sate ayam
59
Bab 59. Akhirnya Arief tahu
60
Bab 60. Beban Arief
61
Bab 61. Ajakan Wati
62
Bab 62. Bioskop
63
Bab 63. Diskotik
64
Bab 64. Kemarahan Rain
65
Bab 65. Pukul dini hari
66
Bab 66. Memukul Rain
67
Bab 67. Di jemput polisi
68
Bab 68. Di penjara
69
Bab 69. Rain membesuk Zana
70
Bab 70. Rencana Erik
71
Bab 71. Keluar penjara
72
Bab 72. Zana pergi
73
Bab 73. Gundah
74
Bab 74. Setelah kepergian
75
Bab 75. Kota Jakarta
76
Bab 76. Mencari Zana
77
Bab 77. Kebaikan Dori & Emak
78
Bab 78. Halusinasi Rain
79
Bab 79. Peralatan bayi
80
Bab 80. 3 tahun kemudian
81
Bab 81. Pertemuan tak terduga
82
Bab 82. Kembali bertemu
83
Bab 83. Kampus
84
Bab 84. Keputusan Rain
85
Bab 85. Kedatangan Risma
86
Bab 86. Restauran
87
Bab 87. Kemelut hati Zana
88
Bab 88. Kemelut hati Rain
89
Bab 89. Putus beasiswa
90
Bab 90. Seoul. Korea Selatan
91
Bab 91. Kegelisahan Zana
92
Bab 92. Melamar pekerjaan
93
Bab 93. Sikap resepsionis
94
Bab 94. Menemui manager HRD
95
Bab 95. Lembur
96
Bab 95. Bertemu Derry
97
Bab 97. Menabrak pria asing
98
Bab 98. Derry mengantar Zana
99
Bab 99. Mencari tahu status Zana
100
Bab 100. Zana digandeng Derry
101
Bab 101. Insiden kopi
102
Bab 102. Pria masa lalu Zana
103
Bab 103. Menjambak Desi
104
Bab 104. Zana dipecat
105
Kekesalan Derry
106
Mencari Zana
107
Bab 107. Rain bertemu Pelangi
108
Bola mainan
109
Kedatangan Rain dan Derry
110
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!