Bab 2. Menerima Ijazah

Tiga minggu berlalu setelah Zana memberikan keputusannya untuk bersedia menikah dengan kepala desa.

Zana menatap nanar pada sebuah map berisi selembar ijazah di sertai nilai UTBK paling besar di tingkat SMA se_provinsi. Bagaimana tidak sedih, ijazah yang di raihnya dengan susah payah. Mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga namun pada akhirnya tidak akan terpakai serta akan tersimpan begitu saja jika nanti ia menikahi Rocky.

"Zana!" Bu Ida, selaku wali kelas Zana memanggilnya. Zana segera menyeka air mata yang mengalir di kedua pipinya. Lalu berbalik badan dan memberikan senyuman pada wanita yang sudah menjadi wali kelas selama satu tahun terakhir.

Bu Ida mendekati Zana sembari membalas senyumannya. Setelah berada di depan Zana ia memegang lengan nya." Selamat ya Zan, ibu sebagai wali kelas mu ikut bangga sama prestasimu. Kamu tau Zan, berkat kamu sekolah ini di pandang hebat karena mampu menciptakan siswa siswi yang sangat berprestasi seperti mu dan kamu juga mendapat beasiswa untuk kuliah di sebuah universitas terbaik dan ternama di ibu kota.

Zana tersenyum getir mendengar pujian serta informasi yang di sampaikan oleh Bu Ida padanya. Beasiswa masuk ke universitas ternama itu merupakan keinginan terbesar Zana sejak semasih SMP. Namun apa daya, Zana yang notabene nya orang miskin dan lemah harus mengubur mimpinya demi ego seorang ayah yang lebih memikirkan kelangsungan hidup nya daripada memikirkan masa depannya.

"Terima kasih, Bu!"

Setelah selesai berbicara dengan Bu Ida, Zana melangkah menjauhi tempat acara karena Zana merasa pusing melihat kerumunan orang-orang di tempat tersebut.

Brughh

"Aww." Zana tersungkur ketika satu kaki kerempeng menghalangi langkahnya.

"Ha ha ha." Suara tawa puas menggema di lorong kosong yang Zana lewati.

Dalam keadaan telungkup Zana mendongak miring, tampak seorang siswa berpostur tubuh jangkis( jangkung, kurus, tipis) yang pernah di tolak cintanya dua minggu lalu bersama temannya tengah menertawakan nya dengan puas. Seolah olah terjatuh nya Zana seperti sebuah pertunjukan lawak lucu yang patut di tertawakan.

Kemarahan terpancar di wajah Zana lalu ia bangkit. Setelah berdiri tegak ia menatap kesal pada kedua siswa itu dan berkata meledek." Dasar bencong beraninya lawan perempuan. Main keroyokan pula. Kalau berani ayok lawan satu persatu."

Hening

Pria berbadan kurus itu balik menatap kesal Zana lalu menanggapi ledekan nya.

"Dasar gadis miskin, kumel, dekil, belagu nya selangit dan sok pintar."

Senyum miring terukir di bibir Zana lalu berdecak kesal." Biar dikata aku miskin, kumel dan dekil, tapi otak ku.......tidak bebal. Sementara kamu..mengaca dong!"

Pria kurus itu mengepalkan tangan di kedua sisi bersiap menampar zana. Namun sebelum hal itu terjadi, dengan perasaan kesal Zana beranjak pergi begitu saja.

"Dasar pe rek miskin, belagu dan sok jual mahal," ucap lantang siswa kurus itu.

Langkah Zana terhenti lalu berbalik badan dan berkata," sekalipun saya miskin dan gembel tapi saya masih punya level untuk menerima cowok mana yang pantas menjadi pacar saya. Untung saya tidak menerima kamu yang memiliki perangai buruk sekali."

" Kamu...." tunjuk pria kurus itu dendang tatapan berapi api.

"Sudah. Dari pada kamu ganggu hidup saya dan hina saya terus, lebih baik kamu fokus belajar agar tahun depan kamu bisa lulus. Supaya orang tua mu tidak sia sia menyekolahkan mu." Setelah menyindir pedas, Zana beranjak pergi.

"Heh, Zanara kumel binti kismin. Ku sumpahi kamu menjadi perawan tua yang abadi sepanjang masa," ucap Rizal lantang.

Di tengah langkahnya, Zana geleng-geleng kepala mendengar sumpah serapah dari pria sok kaya dan sok cakep namun bodoh dan tidak lulus sekolah tahun ini.

Zana melangkah pelan menyusuri koridor gedung sekolah berlantai tiga. Ini merupakan hari terakhir nya di sekolah maka sebagai hari terakhirnya ia ingin berlama lama di sana menikmati suasana yang sebentar lagi akan ia tinggalkan untuk selamanya.

Setelah lepas dari sekolah nanti status nya akan berubah menjadi seorang istri bukan lagi sebagai seorang siswi berseragam abu abu.

Dari jarak jauh Zana melihat ketiga temannya kemudian ia mendekati sebuah tiang agar keberadaanya tidak di ketahui oleh mereka. Pandangan Zana menatap pada wajah-wajah ceria yang terpancar dari wajah teman temannya itu. Dalam benak nya berkata, betapa beruntungnya hidup mereka di bandingkan hidupnya. Dia yang terlahir dari keluarga miskin harus mengikuti keinginan orang tua karena keadaan. Sementara mereka orang tua mereka lah yang mengikuti keinginan mereka karena keadaan hidup mereka baik baik saja termasuk keadaan ekonominya.

"Zana, kemari," panggil seorang siswi yang sedang mengambil foto bersama dua teman lainnya di sebuah taman sekolah. Zana tidak seperti teman temannya, ia tidak bisa mengabadikan momen bersejarah itu karena ia tidak memiliki sebuah ponsel.

Zana terperangah, ia tidak menyangka keberadaanya yang sedang bersembunyi di balik tiang dapat terlihat oleh salah satu temannya. Sehingga kedua teman lainnya pun mengikuti arah pandang teman yang memanggilnya sehingga mereka bertiga mengetahui keberadaannya.

"Zana, sini !"panggil ulang temannya itu. Zana masih diam di tempat. Ia ragu antara mendekati mereka atau menghindar. Jujur saja, Zana tidak ingin bertemu dengan mereka karena ia merasa insecure. Zana pun tidak ingin teman temanya akan mempertanyakan rencana setelah hari ini.

"Sini Zan, kita foto bersama," teriak temannya yang lain.

"Iya Zan, sini cepat." Teman yang lainnya pun ikut mendesak nya.

Desakan ke tiga teman baiknya itu membuat Zana tidak dapat menghindar. Tapi ia kebingungan apa yang harus di lakukan nya.

Ketiga temannya itu saling pandang melihat sikap Zana yang tidak biasa. Kemudian mereka memutuskan untuk mendekatinya saja.

Kedatangan teman teman nya itu membuat Zana menjadi gugup namun ia berusaha bersikap biasa seolah olah tidak terjadi apa apa.

"Kamu kenapa sih jauh-jauh terus dari kami? dari tadi kami mencari mu, Zan!"ucap kesal Nia, teman yang sudah satu tahun ini duduk sebangku dengannya.

"He'eh. Kita kan mau foto foto untuk kenang kenangan." Lusi membenarkan ucapan Nia serta menambahkan kalimatnya.

"Eh, tapi aku dengar kamu dapat beasiswa kuliah di kampus swasta ternama di ibu kota ya Zan?"Tanya Dewi dengan raut wajah penasaran. Tadi ia tidak sengaja mendengar obrolan para guru yang sedang membicarakan Zana.

"Apa!" ucap serempak Nia dan Lusi. Mereka terkejut atas informasi yang baru saja mereka dengar dari Dewi.

"Kamu serius Dewi?" Nia bertanya untuk memastikan apakah benar Zana teman mereka yang paling miskin namun paling pintar itu mendapat beasiswa untuk kuliah di universitas impian hampir semua siswa di berbagai sekolah menengah. Universitas yang sulit sekali di tembus oleh siswa yang hanya memiliki kecerdasan di bawah rata rata serta ekonomi dari menengah ke bawah. Karena universitas itu hanya bisa di tembus oleh kalangan orang berduit dan orang miskin namun memiliki kecerdasan di atas rata rata melalui jalur beasiswa.

"Iya, aku serius. Aku tidak sengaja mendengar obrolan Bu ida dan beberapa guru tadi."

"Wah, keren sekali kamu Zana, aku bangga sekali memiliki teman seperti mu, baik dan pintar serta calon orang sukses." Puji Nia sembari menatap kagum pada Zana.

"Nanti kalau kamu sudah kuliah di sana dan sudah menjadi orang sukses jangan lupakan kami ya Zan?"Ucap Lusi sembari memegang pundak kanan Zana.

"Iya Zan, jangan melupakan kita ya!" Dewi ikut memegang pundak sebelah kiri Zana.

"Andai saja kita bisa kuliah satu kampus apalagi satu jurusan senang sekali rasanya. Kita bisa bermain bersama sama lagi." Nia berandai andai dan ucapannya cukup membuat Zana menelan saliva nya yang terasa amat getir.

"Lantas bagaimana dengan mu Nia, kamu akan kuliah dimana?" Tanya Lusi pada Nia.

"Aku mau kuliah di universitas swasta yang ada di kota B. Kamu sendiri akan kuliah di mana?" Nia balik bertanya pada Lusi.

"Kalau aku akan berkuliah di kota C, kebetulan paman ku salah satu dosen di sana."

Nia dan Lusi menoleh pada Dewi." Kalau kamu sendiri Dewi?" Tanya mereka serempak.

"Aku...seperti nya mau mencari kerja saja. Orang tua ku kan tidak sekaya orang tua kalian,"jawab Dewi.

"Kenapa kamu tidak seperti Zana saja mencari beasiswa Dewi,"saran Lusi.

"Berat, otak ku tidak se encer otak Zana, Lusi. Apa lagi beasiswa yang di dapat oleh Zana itu merupakan atas rekomendasi oleh pemerintah langsung bukan dia sendiri yang mencari."

Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Zana. Ia hanya menyimak obrolan ketiga temannya dan sesekali menunjukan senyum kepalsuan pada tiga teman yang mengaguminya dan menganggap nya lebih beruntung dari pada mereka. Dalam benak nya berkata andai saja mereka tahu bagaimana dirinya nanti setelah lulus mungkin mereka akan merasa iba padanya atau menertawakan nya dan mungkin mereka lebih mensyukuri hidup mereka meskipun tidak pintar seperti dirinya.

"Guys...sekarang ayok kita mengambil foto bersama." Ajak Nia dan di antusias oleh kedua temannya namun tidak oleh Zana yang hanya bersikap datar saja.

Setelah mengambil beberapa foto bersama dengan ketiga temannya, Zana meminta ijin untuk pulang lebih dulu pada ketiga temannya.

"Pokoknya kalau kamu sudah sukses nanti jangan lupakan kita ya Zana!" ucap Nia sembari memegang lengannya. Begitu pula dengan kedua teman lainnya berpesan padanya untuk tidak melupakan mereka.

Zana tersenyum dengan senyuman yang di paksakan karena sebenarnya ia tidak ingin tersenyum melainkan ingin menangis di hadapan ke tiga temannya itu.

Setelah berpamitan, Zana melangkah gontai meninggalkan gedung dimana tempat ia menimba ilmu selama tiga tahun terakhir dan meninggalkan teman temannya yang sudah akrab sejak pertama kali mereka masuk ke sekolah tersebut. Di tengah melangkah, berulang kali ia menyeka air mata yang terus menerus mengalir tiada henti seperti sebuah sumber mata air yang tak pernah surut.

Terpopuler

Comments

ciru

ciru

cakeep

2023-06-30

2

mama oca

mama oca

sabar ya zana.....

2023-06-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal
2 Bab 2. Menerima Ijazah
3 Bab 3. Pasangan mesum
4 Bab 4. Zana di perkosa
5 Bab 5. Setelah di perkosa
6 Bab 6. Syukuran kelulusan
7 Bab 7. Bapak kebanggaan Zana
8 Bab 8. Kedatangan pak kades
9 Bab 9. Ghibah
10 Bab 10. Status Sosial
11 Bab 11. Garam
12 Bab 12. Permintaan Zana
13 Bab 13. Menangkap Ikan
14 Bab 14. Trauma
15 Bab 15. Di perkosa kedua kali
16 Bab 16. Hari pernikahan
17 Bab 17. Kecupan pernikahan
18 Bab 18. Rumah baru Zana
19 Bab 19. Kesan hari pertama
20 Bab 20. Unboxing gagal
21 Bab 21. Ledekan tetangga
22 Bab 22. Di tengah lautan
23 Bab 23. Pulau
24 Bab 24. Terulang kembali
25 Bab 25. Mencari Zana
26 Bab 26. Harga Diri
27 Bab 27. Di atas Speed boat
28 Bab 28. Sikap kasar Rain
29 Bab 29. Sebuah Villa kecil
30 Bab 30. Klinik
31 Bab 31. Menjenguk
32 Bab 32. Terjebak hujan
33 Bab 33. Sikap jahil Rain
34 Bab 34. Tiga nyonya Rocky
35 Bab 35. Godaan Raka
36 Bab 36. Zana vs Rani
37 Bab 37. Kelaparan
38 Bab 38. Tiga kotak makanan
39 Bab 39. Tempramental
40 Bab 40. Sedikit menyesal
41 Bab 41. Berbelanja
42 Bab 42. Bertemu Nia
43 Bab 43. Pengakuan Zana
44 Bab 44. Talak
45 Bab 45. Permintaan terakhir Amir
46 Bab 46. Kematian Amir
47 Bab 47. Di tengah hutan
48 Bab 48. Perjalanan Zana
49 Bab 49. Perjalanan Zana 2
50 Bab 50. Kontrakan
51 Bab 51. Bubur kacang
52 Bab 52. Tetangga kontrakan
53 Bab 53. Mencari pekerjaan
54 Bab 54. Toko ponsel
55 Bab 55. Zana pembawa hoki
56 Bab 56. Makan bersama
57 Bab 57. Gaji & bonus pertama
58 Bab 58. Sate ayam
59 Bab 59. Akhirnya Arief tahu
60 Bab 60. Beban Arief
61 Bab 61. Ajakan Wati
62 Bab 62. Bioskop
63 Bab 63. Diskotik
64 Bab 64. Kemarahan Rain
65 Bab 65. Pukul dini hari
66 Bab 66. Memukul Rain
67 Bab 67. Di jemput polisi
68 Bab 68. Di penjara
69 Bab 69. Rain membesuk Zana
70 Bab 70. Rencana Erik
71 Bab 71. Keluar penjara
72 Bab 72. Zana pergi
73 Bab 73. Gundah
74 Bab 74. Setelah kepergian
75 Bab 75. Kota Jakarta
76 Bab 76. Mencari Zana
77 Bab 77. Kebaikan Dori & Emak
78 Bab 78. Halusinasi Rain
79 Bab 79. Peralatan bayi
80 Bab 80. 3 tahun kemudian
81 Bab 81. Pertemuan tak terduga
82 Bab 82. Kembali bertemu
83 Bab 83. Kampus
84 Bab 84. Keputusan Rain
85 Bab 85. Kedatangan Risma
86 Bab 86. Restauran
87 Bab 87. Kemelut hati Zana
88 Bab 88. Kemelut hati Rain
89 Bab 89. Putus beasiswa
90 Bab 90. Seoul. Korea Selatan
91 Bab 91. Kegelisahan Zana
92 Bab 92. Melamar pekerjaan
93 Bab 93. Sikap resepsionis
94 Bab 94. Menemui manager HRD
95 Bab 95. Lembur
96 Bab 95. Bertemu Derry
97 Bab 97. Menabrak pria asing
98 Bab 98. Derry mengantar Zana
99 Bab 99. Mencari tahu status Zana
100 Bab 100. Zana digandeng Derry
101 Bab 101. Insiden kopi
102 Bab 102. Pria masa lalu Zana
103 Bab 103. Menjambak Desi
104 Bab 104. Zana dipecat
105 Kekesalan Derry
106 Mencari Zana
107 Bab 107. Rain bertemu Pelangi
108 Bola mainan
109 Kedatangan Rain dan Derry
110 The End
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Bab 1. Awal
2
Bab 2. Menerima Ijazah
3
Bab 3. Pasangan mesum
4
Bab 4. Zana di perkosa
5
Bab 5. Setelah di perkosa
6
Bab 6. Syukuran kelulusan
7
Bab 7. Bapak kebanggaan Zana
8
Bab 8. Kedatangan pak kades
9
Bab 9. Ghibah
10
Bab 10. Status Sosial
11
Bab 11. Garam
12
Bab 12. Permintaan Zana
13
Bab 13. Menangkap Ikan
14
Bab 14. Trauma
15
Bab 15. Di perkosa kedua kali
16
Bab 16. Hari pernikahan
17
Bab 17. Kecupan pernikahan
18
Bab 18. Rumah baru Zana
19
Bab 19. Kesan hari pertama
20
Bab 20. Unboxing gagal
21
Bab 21. Ledekan tetangga
22
Bab 22. Di tengah lautan
23
Bab 23. Pulau
24
Bab 24. Terulang kembali
25
Bab 25. Mencari Zana
26
Bab 26. Harga Diri
27
Bab 27. Di atas Speed boat
28
Bab 28. Sikap kasar Rain
29
Bab 29. Sebuah Villa kecil
30
Bab 30. Klinik
31
Bab 31. Menjenguk
32
Bab 32. Terjebak hujan
33
Bab 33. Sikap jahil Rain
34
Bab 34. Tiga nyonya Rocky
35
Bab 35. Godaan Raka
36
Bab 36. Zana vs Rani
37
Bab 37. Kelaparan
38
Bab 38. Tiga kotak makanan
39
Bab 39. Tempramental
40
Bab 40. Sedikit menyesal
41
Bab 41. Berbelanja
42
Bab 42. Bertemu Nia
43
Bab 43. Pengakuan Zana
44
Bab 44. Talak
45
Bab 45. Permintaan terakhir Amir
46
Bab 46. Kematian Amir
47
Bab 47. Di tengah hutan
48
Bab 48. Perjalanan Zana
49
Bab 49. Perjalanan Zana 2
50
Bab 50. Kontrakan
51
Bab 51. Bubur kacang
52
Bab 52. Tetangga kontrakan
53
Bab 53. Mencari pekerjaan
54
Bab 54. Toko ponsel
55
Bab 55. Zana pembawa hoki
56
Bab 56. Makan bersama
57
Bab 57. Gaji & bonus pertama
58
Bab 58. Sate ayam
59
Bab 59. Akhirnya Arief tahu
60
Bab 60. Beban Arief
61
Bab 61. Ajakan Wati
62
Bab 62. Bioskop
63
Bab 63. Diskotik
64
Bab 64. Kemarahan Rain
65
Bab 65. Pukul dini hari
66
Bab 66. Memukul Rain
67
Bab 67. Di jemput polisi
68
Bab 68. Di penjara
69
Bab 69. Rain membesuk Zana
70
Bab 70. Rencana Erik
71
Bab 71. Keluar penjara
72
Bab 72. Zana pergi
73
Bab 73. Gundah
74
Bab 74. Setelah kepergian
75
Bab 75. Kota Jakarta
76
Bab 76. Mencari Zana
77
Bab 77. Kebaikan Dori & Emak
78
Bab 78. Halusinasi Rain
79
Bab 79. Peralatan bayi
80
Bab 80. 3 tahun kemudian
81
Bab 81. Pertemuan tak terduga
82
Bab 82. Kembali bertemu
83
Bab 83. Kampus
84
Bab 84. Keputusan Rain
85
Bab 85. Kedatangan Risma
86
Bab 86. Restauran
87
Bab 87. Kemelut hati Zana
88
Bab 88. Kemelut hati Rain
89
Bab 89. Putus beasiswa
90
Bab 90. Seoul. Korea Selatan
91
Bab 91. Kegelisahan Zana
92
Bab 92. Melamar pekerjaan
93
Bab 93. Sikap resepsionis
94
Bab 94. Menemui manager HRD
95
Bab 95. Lembur
96
Bab 95. Bertemu Derry
97
Bab 97. Menabrak pria asing
98
Bab 98. Derry mengantar Zana
99
Bab 99. Mencari tahu status Zana
100
Bab 100. Zana digandeng Derry
101
Bab 101. Insiden kopi
102
Bab 102. Pria masa lalu Zana
103
Bab 103. Menjambak Desi
104
Bab 104. Zana dipecat
105
Kekesalan Derry
106
Mencari Zana
107
Bab 107. Rain bertemu Pelangi
108
Bola mainan
109
Kedatangan Rain dan Derry
110
The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!