Zanara (Rainbow After Rain)
Byuuurrrrr
Genangan air kotor yang menggenang di tengah jalan selepas bumi di guyur air hujan, mengotori seragam sekolah seorang siswi yang sedang berjalan di pinggir jalan ketika sebuah mobil hitam melaju di kecepatan sedang.
Siswi itu terkejut, kemudian mengambil sebuah batu yang tergeletak di atas tanah lalu melempar nya ke arah mobil yang sedang melaju.
Buughh
Siswi itu tersenyum lebar ketika lemparannya tepat sasaran. Namun tak lama kemudian, senyumnya memudar dan berubah menegang ketika mobil itu berhenti lalu keluar seorang pria bertubuh tinggi tegap serta memakai kacamata hitam.
Ketika pria itu sedang mengecek body mobil yang tampak penyok, siswi itu memutuskan untuk berlari sebelum pemilik mobil itu memarahinya.
"Woy, jangan lari, woy!" teriak pria berkaca mata hitam itu dengan lantang kala menyadari orang yang sudah membuat mobil miliknya penyok akan melarikan diri. Namun siswi itu tidak menghiraukan teriakan nya melainkan terus berlari dan berlari hingga jauh dan apa saja yang menghalangi jalannya ia tabrak tanpa perasaan.
Ssssst
Kedua kaki lincah dan gesit itu tiba tiba mengerem pakem, dan dengan nafas tersengal ia menunduk. Seketika itu pula bola matanya membelalak melihat sepatu sebelah kiri menganga lebar sampai ke lima jari kaki menyembul ke luar.
"Ya ampun. Gimana ini? mana sepatu satu satunya yang aku punya," ucap sedih siswi itu lalu ia berjongkok memeriksa sepatunya yang jebol.
"Mau kabur kemana kamu bocah? jangan harap kamu bisa lolos dariku. Sampai lari ke lubang semut pun akan aku kejar ha ha."
Siswi itu terperanjat dan meringis ngeri mendengar suara bariton milik pria yang mengejarnya sudah ada di belakangnya.
Ketika pria itu berjalan mendekatinya di sertai senyuman menyeringai, di saat itu pula siswi itu melihat sebuah kain kotor tergeletak di atas tanah lalu ia buru-buru mengambilnya dan melemparnya ke arah pria itu hingga kain itu menutupi bagian wajahnya hingga melilit di kepalanya.
"Brengsek, brengsek," umpat kesal si pria sembari berusaha melepas kain itu. Tidak ingin membuang kesempatan yang ada, siswi itu mengambil seribu langkah berlari kencang hingga menjauhinya dan sangat jauh.
"Huh hah huh hah."
"Kenapa kamu lari-lari? apa sedang di kejar penagih hutang bapak mu?" Tanya sinis salah satu tetangga ketika siswi itu sedang mengatur nafasnya di depan rumahnya.
Ia menatap kesal pada wanita bertubuh gemuk yang sedang berdiri di ambang pintu rumahnya." Sotoy," ucap kesal siswi itu lalu beranjak pergi.
"Ishh, dasar bocah tidak punya adab," umpat kesal wanita gendut itu.
"Untung pria itu tidak melihat muka ku. Kalau sampai melihat bisa berabe urusannya. Lagian cuma penyok sedikit doang sampai segitunya mengejar aku. Dasar nya orang...."
"Zana..!" panggilan seorang pria paruh baya mengejutkan siswi itu kala ia memasuki rumah yang berbilik anyaman bambu dan beratap daun rumbia sembari bersungut sungut.
Zanara, siswi yang baru pulang sekolah itu tersenyum nyengir pada pria paruh baya yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya." Iya pak!" sahut nya.
Amir memperhatikan penampilan sang puteri semata wayangnya yang tidak biasa. Seragam basah kuyup di sertai lumpur dimana mana. Sepatu dobrak bagian depan. Ia geleng-geleng kepala melihatnya.
"Kamu itu baru pulang dari sekolah apa baru pulang dari membajak sawah, Zana?"
"Dari sekolah lah pak. Ini kan Zana pakai seragam sekolah."
"Tapi kenapa seragam mu basah dan kotor seperti itu? trus itu kenapa sepatunya sampai jebol? bapak tidak punya uang untuk membeli yang baru, Zana."
"Maaf pak. Tadi di jalan tersiram genangan air sama mobil orang kaya. Kalau sepatunya....." Zana membuka sebelah sepatunya yang jebol." Ini..ini ya jebol saat Zana sedang jalan," ucap nya beralasan sembari memegang sepatu itu." Tapi bapak tidak usah khawatir ini masih bisa di lem atau di jahit nanti. Tidak perlu beli yang baru pak, sebentar lagi Zana kan akan lulus," sambungnya kemudian menenangkan ke khawatiran Amir.
Amir menghela nafas dan berkata," ya sudah sana kamu bersihkan dulu tubuh mu. Setelah itu bapak ingin bicara sama kamu.
"Iya pak."
Lima belas menit kemudian. Zana menghampiri Amir yang sedang duduk di atas tikar usang. Lalu ikut duduk berhadapan dengannya.
"Bapak mau bicara apa?"
Amir menatap bangga pada Zana yang cantik, pintar dan penurut. Bangga bisa menyekolahkannya hingga ke jenjang SMA meskipun hidupnya pas pasan. Selama ini Amir mendukung penuh cita cita Zana. Namun sepertinya cita cita nya itu akan kandas setelah Rocky sang kepala desa mendatanginya kemarin.
"Kapan kamu akan menerima ijazah?" Amir balik bertanya.
"Belum tau pak, hari ini Zana baru selesai mengikuti ujian terakhir dan belum ada pengumuman kelulusan. Doain ya pak! mudah mudahan Zana dapat beasiswa," ucap Zana di sertai senyuman di bibirnya.
"Kalau bapak minta kamu tidak usah kuliah apa kamu mau menurutinya, Zana?"
Senyum Zana meluntur lalu bertanya," Kenapa Zana tidak boleh kuliah, pak? bukannya bapak ingin Zana sekolah sampai kuliah?
Amir membisu dan menatap dalam sorot mata bening yang sudah berkaca kaca.
"Alasan bapak apa?" Zana bertanya kembali.
"Kalau kamu sayang sama bapak tolong turutin kemauan bapak."
"Maksud bapak?"
"Setelah menerima ijazah nanti bapak harap kamu mau menerima menikah dengan pak Rocky. Dia sudah meminang kamu sama bapak kemarin, Zana."
Bagai tersambar petir di siang hari mendengar keinginan sang ayah yang tidak pernah di sangka dan di duga nya. Seorang ayah yang selama ini selalu mendukungnya untuk terus sekolah agar dirinya menjadi orang yang pintar dan sukses di kemudian hari. Seorang ayah yang menaruh harapan penuh padanya untuk bisa mengubah takdir hidup dan menaikan derajat keluarga agar tidak selalu di pandang rendah oleh orang lain karena kemiskinan hidup mereka. Namun, sang ayah pula lah yang memupus semua harapan itu.
Netra bening milik gadis remaja itu semakin berkaca kaca. Namun, ia menahan sekuat tenaga agar tidak jatuh apalagi di hadapan sang ayah yang amat sangat di sayangi serta di hormati nya.
"Apa menurut bapak kalau Zana menikah dengan pak kades hidup kita akan terangkat derajat nya dan orang lain tidak akan menghina kemiskinan kita karena Zana menjadi istri orang nomer satu di kampung ini? dan apa bapak rela Zana menjadi istri ke tiga pak kades?"
"Bapak tidak punya pilihan lain Zana, kamu tau! gubuk yang kita tempati ini tanahnya merupakan tanah milik pak kades dan kita hanya menumpang selama belasan tahun. Perahu sebagai mata pencaharian satu satunya bapak itu juga milik pak kades, bapak hanya di pinjami olehnya saja. Kalau bapak menolak lamaran nya bapak takut dia mengusir kita dari rumah ini dan mengambil perahu yang selama ini menjadi mata pencaharian kita sehingga kita bisa makan. Jika hal itu terjadi kita mau tinggal dimana, Zana? dan juga bapak akan kehilangan perahu itu."
Penjelasan Amir membuat Zana menelan salivanya yang amat terasa getir. Sebegitu miskin nya kah hidup keluarganya hingga rumah sederhana nya saja harus menumpang di tanah milik orang lain. Perahu sebagai mata pencaharian mereka saja ternyata milik orang lain. Selama ini Zana tidak pernah tahu karena Amir tidak pernah bercerita padanya.
Bukan Zana tidak menerima takdir hidup terlahir dari keluarga miskin, bukan. Tapi kenapa takdir mengharuskan ia menikah dengan pria yang sudah memiliki istri dua dan pria yang sama sekali tidak ia cintai.
Masih adakah secercah harapan untuk Zanara menggapai sejuta impian nya ketika orang yang sangat terkasih meminta hal yang benar-benar sulit baginya. Mampukah ia menolaknya?
...****************...
Pagi ini matahari enggan muncul untuk berbagi manfaatnya, berganti dengan hujan yang turun dengan derasnya diiringi dengan rasa dingin yang menggoda untuk menutup mata kembali.
Zana terdiam sendiri hanya berteman dengan suara gemericik air yang jatuh dari atap rumbia ke tanah seakan menawarkan relaksasi bagi otaknya.
"Zana, bagaimana? apa kamu sudah memiliki keputusan untuk menerima atau menolak menikah dengan pak Rocky, nak?" Tanya Amir pada sang puteri yang tengah duduk termenung di atas amben sembari menatap gemericik air yang terjatuh ke tanah.
Zana memutar bola matanya ketika Amir mendekati dan bertanya. Seminggu yang lalu ia meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu atas tawaran menikah dengan kepala desa.
Zana menghela nafas panjang lalu mengeluarkan nya perlahan. Semoga apa yang menjadi ke putusannya saat ini adalah keputusan yang tepat untuk dirinya dan juga ayahnya.
"Iya pak, Zana bersedia."
Senyum mengembang di bibir Amir ketika mendengar kesediaan sang Puteri. Tak di pungkiri bahwa Zana merupakan seorang Puteri yang berbakti dan penurut. Hal itu tentu saja ia akan menuruti kemauannya tanpa berpayah memaksa.
"Kamu serius bersedia, Zana?"
Zana tersenyum dengan senyuman yang sebenarnya dipaksakan. Karena se sesak apa pun dadanya, se pusing apapun pikiran nya, se sedih apa pun hatinya saat ini, Zana hanya ingin melihat sang ayah tersenyum bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
🎀мσση🆁🅰🅹🅰❀∂я💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
😂😂😂😂😂😂
2023-07-03
3
ciru
cakeep.
2023-06-30
1
ciru
ya Allah kasian Zana kalau sampai putus sekolah 😥
2023-06-30
2