Dia Yang Kau Pilih
Pagi ini dikediaman Fernandez, semuanya diminta untuk berkumpul atas permintaan mama.
”Langsung saja ke intinya, jadi kapan kamu sama Luna ingin memberi mama cucu?.” ucap sang mama pada sang anak dan menantunya.
”Ma, mama kan tahu sendiri kalau Luna belum siap untuk memiliki anak.” jawab Luna dengan memutar bola matanya.
”Mau sampai kapan mama nunggu kamu agar siap melahirkan cucu untuk mama, hahh?" cetus sang mama.
”Ma, mama yang sabar ya, beri Luna waktu untuk mempersiapkan diri.” ujar Lucanne, yang mencoba membela sang istri.
”Dua tahun Can, mama sudah memberi Luna waktu dua tahun terakhir untuk mempersiapkan diri, tapi nyatanya sampai sekarang Luna belum juga hamil.” ujar ibunya yang sudah merasa jengkel dengan kelakuan sang menantu.
Lucanne hanya diam tidak dapat berkata apa-apa, sebenarnya selama dua tahun pernikahan nya dengan Luna, Lucanne sangat jarang menyentuh Luna, karena perempuan lebih banyak menghabiskan waktunya ditempat shooting dan ketika pulang pun ketika ia meminta dilayani, Luna selalu saja memberikan alasan untuk menolak ajakannya.
Miris memang, punya istri tapi seperti tidak punya istri, kebutuhan nya sehari-hari pun selalu disiapkan oleh para pelayan, sekali pun belum pernah Luna menyiapkan kebutuhannya, melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.
Diawal pernikahan ada rasa kecewa dihati nya, tapi seiring berjalannya waktu ia sudah tidak mempermasalahkan hal itu, mungkin karena sudah terbiasa, makanya ia sudah tidak terlalu peduli dengan hal itu.
”Pokoknya kalau dalam waktu satu minggu kedepan Luna masi belum hamil, mama akan menikahkan kamu dengan anaknya kenalan mama.” tegas sama mama.
”Ma, sudah ma sabar, lagipula jika Luna belum siap untuk memiliki anak, ya sudah.” ujar papa mencoba untuk menenangkan mama.
”Diam kamu pa, mama sedang tidak meminta pendapat padamu.” jawab mama memandang tajam kearah papa.
Papa hanya bisa mengelus dada menghadapi amarah mama.
”Ma__” ia baru saja ingin angkat bicara untuk membelah sang istri, namun istrinya malah lebih dulu menyelah ucapannya.
”Ya sudah, jika itu ingin nya mama, aku tidak peduli. Mama ingin menikahkan Lucanne dengan siapapun itu bukan urusanku” ujar Luna dengan santainya.
”Sayang, kamu bicara apa? Maksudmu kamu rela jika aku menikah dengan perempuan lain? Iya hahh!” seru Lucanne yang mulai tersulut emosi saat mendengar ucapan sang istri.
”Ya habisnya mau bagaimana lagi? Mama kamu terus menuntut ku agar cepat-cepat memiliki anak, sedangkan kamu tau kan kalau karirku sekarang ini sedang naik daun, kalau aku hamil, otomatis berat badanku akan bertambah dua kali lipat. Aku tidak ingin tubuh bagus ku rusak hanya karena hamil.”ujar Luna dengan menatap intens wajah sang suami.
Pertengkaran keduanya tidak bisa dicegah, Luna tetap kekeh dengan keputusan nya, bahwa ia rela sang suami menikah lagi ketimbang dirinya harus hamil.
”Diam. Jika itu yang kau inginkan, maka akan ku kabulkan!" Sentak Lucanne dengan menatap tajam kearah sang istri.
”Ma, tidak perlu menunggu hingga satu minggu. Persiapkan saja wanita yang mama maksud, aku akan menikahinya besok.” ujar Lucanne dengan menatap lurus ke arah sang mama.
Luna membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan sang suami, ada secuil rasa penyesalan yang hinggap dihatinya, rasa ingin mengatakan bahwa ia hanya main-main dengan ucapannya, tapi gengsi mengalakan rasa sesal itu, ia lebih memilih pergi ke kamar, daripada harus kembali terlibat perdebatan dengan sang suami.
Lucanne juga ikut pergi menyusul sang istri ke kamar, meninggalkan mama dan papa diruang tamu.
Setibanya dikamar ia membanting pintu dengan keras, sama sekali tidak berbicara pada Luna, bahkan untuk sekedar memandang wajah sang istri pun ia enggan.
Dengan emosi yang mengebuh ia melemparkan sebuah vas bunga, hingga mengenai kaca yang terpajang dikamar mereka, pecahan kaca berserakan dimana-mana hingga melukai tangan lelaki itu, namun rasa sakit ditangannya tidak sebanding dengan luka yang telah istri nya itu torehkan.
Tak hanya itu, ia juga menghancurkan beberapa barang yang ada dikamar itu. Luna yang juga berada disana, merasa ketakutan saat menyaksikan langsung amarah sang suami.
Baru kali ini ia melihat Lucanne semarah ini, selama dua tahun pernikahan mereka, Lucanne tidak pernah kesetanan seperti sekarang ini.
Luna terdiam menyaksikan amarah Lucanne, tak ada sedikitpun niat untuk meminta maaf atas ucapannya barusan, ia terus meyakinkan dirinya bahwa ia tidak salah mengambil keputusan.
Setelah merasa puas, Lucanne keluar dari kamar dengan kembali membanting pintu kamar dengan keras.
Melewati kedua orang tuanya tanpa menoleh sedikit pun kearah mereka.
”Lucanne, kamu kenapa?” tanya sang papa ketika melihat kondisi Lucanne yang kini dalam keadaan acak-acakan.
Tanpa menjawab pertanyaan sang papa, ia berjalan keluar rumah dengan perasaan campur aduk.
Lucanne pergi meninggalkan rumah dengan mengendarai mobil sport miliknya.
Ia mengendarai mobil miliknya dengan kecepatan diatas rata-rata melintasi jalan tanpa melihat keadaan sekitar, tak sedikit yang berteriak mengumpatinya.
Ia sama sekali tak menghiraukan semua umpatan orang-orang, perasaan nya sekarang berkecamuk, marah, kecewa, semuanya campur aduk.
Hingga dari kejauhan terlihat seorang perempuan sedang berjalan untuk menyebrang, Lucanne membelalakkan matanya, cepat cepat ia menekan lekson dan menginjak pedal rem dengan sekuat tenaga.
Napas Lucanne memburu saat menyadari bahwa ia hampir saja membunuh nyawa orang yang tak bersalah karena amarahnya yang tidak terkontrol.
Dari arah kanan, dua orang perempuan lainnya ikut berjalan ke tengah jalan, untuk melihat kondisi wanita yang tadi hampir ia tabrak.
”Ay, are you okay?.” tanya kedua perempuan itu bersamaan.
Perempuan itu hanya mengangguk kecil, sebagai jawaban atas pertanyaan dua perempuan tersebut.
Lucanne keluar dari mobilnya, dengan perasaan campur aduk. ”apa anda baik-baik saja?" tanya Lucanne pada perempuan itu.
Perempuan itu hanya mengangguk sebagai jawaban.
”saya minta maaf, tadi saya sedang terburu-buru, sekali lagi saya minta maaf.” ujar Lucanne dengan rasa penyesalan.
Terimakasih karena telah membaca karya ini, dukung author agar lebih semangat lagi, maaf jika ada kesalahan dalam penulisan karya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Abu Yub
tak dapat berkata kata.
2025-04-06
0
Nayla Sasha
hebat srkali anda pak menikah udh 5 taun tapi blm pernah menyentuh istri anda sehat pak dn yg jadi pertanyatan apakah anda segitu cintanya pada istri smpe rela gk menyentuhnya selama 5 thn hebat sekali anda pak😡😡
2024-11-13
1
Elok Pratiwi
lagian ... masak sih 5 tahun menikah belum pernah sama sekali menyentuh ... lebay amat bikin cerita nya ... yg masuk logika lah klo bikin cerita
2024-01-03
1