Waktu berlalu begitu cepat, kini sudah menunjukkan pukul 23.00 namun Lucanne masi menyibukkan diri dengan pekerjaannya, ia meneguk segelas Alcohol yang telah ia minta pada asisten nya.
Ia memijit pelipisnya yang terasa berdenyut nyerih, kepalanya terasa pusing karena terlalu banyak mengonsumsi alcohol, sesekali ia meracau tidak jelas.
”Luna racun apa yang telah kau berikan padaku, hingga aku tergila-gila padamu. Walaupun kau telah membuat ku kecewa berkali-kali. aku mencintaimu Luna.” racau-nya ditengah kesadarannya.
Ia kembali mengambil botol alcohol tersebut lalu menyiram tubuhnya hingga kini seluruh tubuhnya terasa lengket dengan bau alcohol yang semerbak diseluruh ruangan.
Emosi kembali menguasai dirinya, ia meremas kuat botol alcohol tersebut hingga pecah dan membuat tangannya terluka.
Ia tidak memperdulikan sakit ditangannya, ia kembali mengambil botol alcohol tersebut, dan membantingnya ke dinding, beberapa pecahan kaca mengenai wajahnya.
Darah segar yang menetes dari wajah dan tangannya tidak ia pedulikan, dengan langkah sempoyongan ia berjalan keluar kantor menuju mobilnya.
Ia melajuhkan mobil sport miliknya dengan kecepatan tinggi, tidak memperdulikan tentang keselamatan dirinya.
Tak sampai tiga puluh menit, kini ia sudah tiba dikediamannya. keluar dari mobil dan berjalan masuk mansion dengan langkah lunglai.
Setibanya di ruang tamu, ia disuguhkan dengan hal yang tidak biasa, kini ruangan itu dihias sedemikian rupa, beberapa orang juga masi berada di sana untuk mendekorasi ruangan tersebut.
Dari tangga dapat ia dengar teriakan histeris seseorang, namun ia enggan untuk menoleh kearah suara tersebut, ia masi terdiam membisu ditempat nya berdiri tadi.
”Lucanne, apa yang terjadi padamu, nak” tanya sang mama saat melihat wajah dan tangan sang anak berlumuran darah. Sedang Lucanne seakan menulikan pendengaran dari mama nya.
Papa datang dan membelalakkan matanya ketika melihat keadaan sang anak.
Bau Alcohol bercampur dengan bauh anyir darah, sang papa hanya bisa menghembuskan nafas kasar saat melihat keadaan anak semata wayangnya.
Dengan perlahan papa merangkul Lucanne, menuntunnya menuju kamar, sedangkan mama mengekori mereka dari belakang, setibanya dikamar papa membaringkannya.
Mama segera mengambil handuk kecil serta salep, dengan hati-hati mama membersihkan luka itu dan memberi salep.
Setelahnya mama menanggalkan sepatu lalu menyelimuti tubuh tegap itu, mama keluar dari kamar itu meninggalkan Lucanne sendirian di sana.
Kamar terasa sunyi karena hanya ada Lucanne disana, Luna? ia pergi meninggalkan rumah dari pukul 15.30 sore tadi dan belum kembali sampai saat ini.
Ia tertidur karena kelelahan, lelah dalam pekerjaan serta lelah dalam perasaanya.
Waktu rasanya begitu cepat, kini telah menunjukkan pukul 07.30 namun penghuni kamar itu masi enggan untuk membuka mata nya
”Lucanne, ayo cepat bangun, ini adalah hari pernikahan mu jadi kau harus segera bersiap-siap, mama sudah menyiapkan pakaianmu, sekarang mandi sana setelah itu turun kebawah, acaranya akan segera dimulai.” jelas sang mama dengan senyum manis.
Dalam keadaan setengah sadar ia mendengar perkataan mamanya, membelalakkan matanya tak percaya dengan perkataan sang mama barusan.
Ia tidak menyangka bahwa perkataan nya pagi kemarin benar-benar dianggap serius oleh sang mama.
”tapi ma__.” belum sempat ia mengelak, mama telah lebih dulu berlalu keluar dari kamar meninggalkan Lucanne sendirian.
Dengan berat hati ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, luka tadi malam terasa perih saat terkena cipratan air.
Sekitar 15 menit ia berada dikamar mandi, akhirnya ia keluar dengan handuk ditangannya yang di gunakan untuk mengeringkan rambutnya, ia mengenakan pakaian yang telah disiapkan oleh mama nya.
Dengan perasaan campur aduk ia turun ke ruang dimana pernikahan akan segera dilaksanakan.
Tak banyak yang hadir diacara pernikahannya kali ini, hanya ada beberapa keluarga dari pihak papa dan mama nya.
Ia mencari-cari keberadaan istri nya Luna disetiap sudut ruangan itu, namun tak ia temukan keberadaan istrinya.
”Lucanne, ayo.” ujar sang mama yang tiba-tiba menarik tangannya, membawanya duduk dihadapan sang penghulu.
”Nak Lucanne sudah siap?" tanya sang penghulu.
Dengan berat hati ia mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan penghulu.
Pak penghulu tersenyum saat mendapat anggukan dari pertanyaannya tersebut.
”Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Lucanne Leonard Fernandez dengan Ayanna Alkinari, dengan maskawin satu buah cicin berlian dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.”ucap sang penghulu dengan menjabat tangan lucanne
”Saya terima nikahnya Ayana Alkinari dengan maskawin tersebut tunai.” tegasnya dengan satu tarikan nafas.
Ia pun ikut terheran heran setelah mengucapkan ijab qobul, kali ini ia mengucapkannya dengan lancar padahal dulu ketika menikahi Luna, ia bahkan harus mengulang berkali kali.
”Bagaimana saksi, sah?.”
Sahhhh
Jawab semua orang yang berada di dalam ruangan itu serentak.
Lucanne mengembuskan nafas panjang, tidak mengira bahwa pernikahan ini benar-benar terjadi, pernikahan keduanya dengan perempuan yang bahkan dari tadi tidak ia lihat keberadaannya.
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan karya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Hafin lubi
suka thor ma alurnya
2024-12-07
0