Nicho tersenyum kecil setelah menutup telepon.
“Bos.” Jordan memberikan segelas air putih untuk Nicho setelah berteleponan.
“Kenapa kamu sangat bahagia?” tanya Jordan.
“Bukankah aku terlalu tampan untuk menjadi pria ‘liar’?” Nicho bercermin di layar ponselnya.
Jordan bingung dan mengira kalau atasannya masih dalam pengaruh alcohol.
Jane turun dari kamarnya dan bertemu dengan Paul.
“Nyonya,”
“Kamu jangan memanggilku seperti itu. Kurasa aku tidak bisa mempertahankan gelar itu. Panggil aku Jane saja.”
“Nona Jane? Seperti nama artis. Oh, ya. Nicho menyuruhmu pergi ke taman komplek perumahan jam 1 siang. Dia menunggumu di pintu masuk.”
“Kenapa kita harus pergi ke taman? Tidak bisakah kita berbicara di rumah?”
“Itu…”
“Apakah keluarga ini selalu seaneh ini?”
“Aneh?”
Paul mengantar Jane keluar rumah dimana Nicho sudah menunggunya di dalam mobil.
“Pa ul, terima kasih sudah menjagaku,” Jane membungkukkan tubuhnya serendah mungkin.
“Itu suatu keharusan, Nyonya,” Paul tidak kalah rendah membungkukkan tubuhnya.
“Aku bukan nyonya kamu mulai sekarang,” Jane membungkuk lagi.
“Nyonya akan selalu menjadi nyonya saya.”
Nicho terheran melihat tingkah kedua orang itu
Jane masuk ke dalam mobil.
“Namaku Megan Pearson. Kamu bisa memanggilku Megan dan cobalah untuk bersikap dekat denganku.”
“Ok.”
“Bagaimana denganmu? Aku harus memanggilmu apa?”
“Panggil aku ‘sayang’.”
“Tidak bisakah kamu lebih serius? Berhenti bercanda.”
“Bukankah kamu sudah memanggilku kakak?”
“Saat aku memperkenalkanmu nanti, aku tidak bisa mengatakan ‘ini adalah kakakku’.”
“Kamu bisa memanggilku tuan Lartner.”
“Tuan Lartner?”
“Kebetulan sekali. Orang yang akan kita temui juga memiliki nama belakang Lartner.”
Di taman, “kakak” dan Jane menunggu dan menunggu, tetapi “Nicho” tidak terlihat.
“Kenapa dia belum datang?” Jane berjalan bak setrikaan yang mondar-mandir menunggu kedatangan “Nicho”. Sementara Nicho duduk santai di atas bangku taman.
“Apa hubunganmu dengannya?” tanya Jane.
“Pesaing.”
“Pesaing? Lalu kenapa kamu membantunya menangkapku?”
“Semuanya demi uang. Apalagi?”
“Aku mengerti sekarang. Kamu bekerja di bawahnya, tapi kamu membencinya.” Jane duduk dii samping Nicho.
“Aku sangat mengerti. Bagaimana tampangnya? Aku belum melihat fotonya sama sekali,” ucap Jane kemudian.
“Bukankah kamu bilang dia tua dan jelek? Kamu belum pernah melihatnya?”
“Aku hanya berbicara asal. Tidak apa-apa, kita akan bertemu dengannya nanti. Aku akan memanggilmu ‘kakak’ nanti. Ini bisa dianggap sebagai nama panggilan cinta.”
“Apapun yang kamu mau.”
“Dan saat kamu sudah bertemu dengannya, katakan padanya, untuk memutuskan pernikahan secara damai demi aku.” Jane memohon dengan kedua tangannya.
“Kamu tidak pernah berpikir untuk mencobanya dulu?”
“Kenapa aku harus?”
“Bagaimana kalau dia ternyata tinggi, tampan, lembut dan tidak memiliki kekurangan? Kamu masih tidak mau mencobanya?”
“Pria yang tidak memiliki kekurangan… kenapa dia ingin menikah denganku?”
Nicho membenarkan posisi duduknya dan mendekatkan wajahnya dengan wajah Jane.
“Karena bersamamu… adalah momen yang membahagiakan.”
Jane berdiri dari bangku taman.
“Tidak. Bukankah seharusnya orang berpacaran dulu baru menikah? Hubungan yang rusak tidak lagi murni.”
“Cinta yang murni… apakah masih ada di dunia ini?”
“Tentu saja. Aku akan membuktikannya.”
Nicho terdiam menatap wajah Jane yang berdiri di depannya setelah mendengar kalimat Jane barusan. Wajah Jane terlihat begitu bersinar dan cantik. Nicho seakan langsung jatuh terperangkap dalam jurang cinta yang begitu dalam. Nicho bergerak memeluk Jane. Sempat adanya penolakan dari Jane.
“Apa yang kamu lakukan?”
“Jangan bergerak. Bukankah kia setuju untuk bepura-pura menjadi pasangan? Apa menurutmu dia akan percaya kalau kita tidak seperti ini?”
“Aku… aku ingin pergi ke toilet,” ucap Jane lalu berlari pergi.
Nicho tersenyum.
Jane mencuci tangannya dan kemudian berkaca di depan cermin.
“Kamu sedang berakting sekarang. Tidak bisakah kamu bersikap professional sedikit saja? Memalukan,” Jane memegangi pipinya yang merah.
Setelah Jane keluar dari toilet, dia tidak sengaja bertemu dengan Noah, saudara laki-laki Nicho.
“Megan.”
Jane langsung menoleh, meski bukan namanya yang dipanggil.
Apa dia Nicho? Dia agak tua tapi dia tidak jelek. batin Jane.
“Kenapa kamu keluar seperti ini?” tanya Noah.
“Memangnya kenapa kalau aku keluar seperti ini?”
“Ikut denganku.” Noah menarik tangan Jane, dan membawanya pergi olehnya.
Dari kejauhan Noah melihat ada Nicho yang sedang duduk di bangku taman. Noah tetap membawanya pergi. “Ayo pergi.”
“Hey, bagaimana dengan barangku?”
“Kita akan membicarakannya nanti,”
Nicho melihat Noah yang membawa “Jane” pergi dari kejauhan. Dia langsung bergerak mengikuti mereka berdua. Dia menyadari kalau kakaknya datang.
Jane dibawa pergi oleh Noah dengan mobilnya.
“Kemana kamu mau membawaku?” tanya Jane yang mengira kalau Noah itu adalah suaminya, Nicho.
“Bukankah kita sudah setuju? Aku sudah memesan kamar. Kamu tidak boleh keluar tanpa izinku.”
“Kita setuju untuk mempertemukan kamu dengan pria ‘liar’ ku. Aku tidak setuju pergi ke hotel denganmu. Hentikan mobilnya!”
“Pria ‘liar’?” Noah menghentikan mobilnya.
“Megan Pearson, aku tidak peduli siapa pria ‘liar’mu, tapi caramu bertindak saat ini hanya akan mempermalukan keluarga Lartner. kalau kamu terus bertingkah aneh dengan pria liar itu, aku akan memastikan kalian berdua mati dengan mengenaskan. Mengerti?”
“…”
“Apa kamu tidak mau turun dari mobil? Turunlah.”
Ternyata Jane dan saudara perempuannya, Megan terlihat mirip, dan Noah salah mengira kalau Jane adalah Megan. Jane bahkan tidak tahu tentang itu. Keduanya bertengkar di dalam mobil dan Jane diturunkan di jalan.
Nicho menelepon seseorang.
“Kakak, dimana kamu sekarang?”
“Jalan Pondok Kelapa,”
“Tunggu aku.”
Nicho sampai di jalan yang dimaksud Noah. Noah sudah menunggu di luar mobilnya. Hingga Nicho sampai, dia mengintip ke dalam mobil Noah yang kosong.
“Dimana dia?”
“Kapan adikku mulai begitu memedulikan seorang wanita? Itu tidak seperti kamu.”
“Kenapa dia bersamamu?”
“Bukankah seharusnya kamu memeluk kakakmu terlebih dahulu sebagai sambutan? Kita sudah lama tidak bertemu. Kamu semakn terlihat seperti bos sekarang. Lumayan.”
“Aku akan menyambut kakak, tapi beritahu dulu dimana Megan.”
Bukankah kamu selalu membenci kakek karena selalu mengganggu hubunganmu? Apa ini sungguh Nicholas Lartner sekarang?”
“Baiklah. Kalau kakak tidak mau memberitahuku, aku akan pergi mencarinya sendiri.”
“Kenapa semakin bertambah usia kamu jadi tidak bisa diajak becanda? Dia ada di persimpangan Avenue. Pergilah.”
“Oh, ya. Karena kakak sudah kembali, pergilah dan kunjungi kakek.”
“Apa kamu pikir kakek mau melihat kakak? Cepat pergi. Ayo minum nanti.”
“Kalau begitu, aku pergi.”
Nicho menjemput “Megan” di jalan raya. Begitu melihat “Megan”, Nicho segera menghentikan mobilnya dan turun. Dia berlari menghampiri Jane.
“Kenapa ka-” Belum selesai bicara, Jane sudah dikejutkan oleh Nicho yang berlari dan langsung memeluknya.
“Bisakah kamu lebih menjaga dirimu dengan baik? Turun dari mobil di jalan raya? Kamu mau kehilangan nyawa?”
Nicho membawanya kembali ke rumahnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments