Episode 4: Pria ‘Liar’

“Bukankah kamu tidak mau melihatku? Tepat sekali sekarang untukmu tidak bisa melihatku dengan suasana seperti ini. ada kesalahpahaman di antara kita? Bisakah kita bicara?” ucap Jane kemudian. Dia berniat membicarakan mengenai pembatalan kontrak pernikahan.

“Bicara saja,”

“Aku mau mengakhiri pernikahan,”

“Kenapa?”

“Kalau kamu ingin menikah, kamu pastinya tidak perlu lari dan kabur dari pernikahan. Apa kamu memiliki wanita yang kamu sukai? Tuan Lartner, sebenarnya, untuk laki-laki yang sangat luar biasa sepertimu, kamu dapat menemukan seorang gadis yang lebih baik dari aku.” Jane mengatakan kalau karena Nicho juga melarikan diri hari ini, dia pasti tidak ingin menikah,

Nicho membuka pintu kamar lalu berjalan menghampiri Jane. Dia ingat kalau Jane pernah mengatakan dia memiliki gangguan pada matanya yang kesulitan melihat saat berada di tempat yang gelap. Nicho tidak khawatir kalau identitasnya akan diketahui Jane karena Jane tidak dapat melihatnya sekarang.

“Kamu tidak perlu membohongi diri sendiri. Perasaan itu seperti tanaman yang akan tumbuh dengan diberi pupuk,” ucap Nicho.

Karena Nicho semakin mendekat dan Jane semakin mundur, dia terduduk di ranjang.

“Aku masih sangat muda dan aku sudah kehilangan kebebasan. Aku… aku masih kuliah, aku tidak ingin menikah begitu muda.”

“Aku tidak akan menghalangi kamu.”

“Aku bisa membelanjakan uang dengan boros, karena kebutuhanku sangat banyak. Aku termasuk apa yang kebanyakan orang katakan ‘gadis materialistis’.”

“Uang adalah sesuatu yang mudah bagiku.”

“Aku memiliki pria ‘liar’! Aku kabur dari pernikahan karena dia.” Jane terus mencari alasan agar bisa membatalkan pernikahan ini hingga akhirnya dia beralasan kalau di luar sana dia menjadi orang ‘liar’.

“Pria ‘liar’?”

“Ya!”

Setelah mendengar ini, Nicho menind*h Jane di atas ranjang dan mencengkram kedua pergelangan tangan Jane.

“Apa yang sedang kamu lakukan?!”

“Apa dia liar sepertiku?” Nicho menciumnya bibir Jane.

Lalu Nicho bangun berdiri. “Bawa dia ke hadapanku.”

Nicho menuntut agar pria ‘liar’ yang dimaksud Jane itu dibawa untuk bertemu dengannya.

“Pria apa? Hal aneh apa yang barusan aku katakan padanya? Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi dengannya. Aku harus segera mengakhiri ini. Tapi dalam waktu sesingkat ini, dimana aku bisa mencarikan pria untuknya?”

“Apa yang sebenarnya sudah aku lakukan?” Nicho sepertinya tergoda oleh “Megan”. Pria liar yang dkatakan Jane terus mengganggu pikirannya saat mengemudi. Dia menelepon sekretaris yang sudah menjadi temannya, yaitu Jordan.

“Halo bos?”

“Jordan. Apakah sekarang semua gadis menyukai pria liar?”

Jordan membawanya ke bar untuk melihat seperti apa yang disebut "pria liar" itu. Nicho merasa sangat tidak nyaman ketika melihat pria dan wanita berciuman di bar.

“Apa bagusnya pria seperti ini?”

“Tapi itulah yang disukai gadis-gadis muda.”

“Mereka perlu dikuliahi.”

“Bos, apa yang terjadi padamu hari ini? apa bos dan nyonya yang baru menikah…?”

Nicho langsung memberikan tatapan yang mematikan hingga Jordan tidak berani melanjutkan kalimatnya.

Sementara saat memejamkan ingin tidur, Jane teringat momen ketika seorang “kakak” yang sudah menolongnya saat kecelakaan mobil tadi.

“Apa kamu tahu betapa bahayanya ini? Bagaimana jika terjadi sesuatu? Bagaimana kamu akan menjelaskannya ke orang tuamu?”

“Baiklah, baiklah, baiklah. Anggap saja aku berhutang budi padamu. Ayo, pulang. Pakai sabuk pengamanmu.”

“Utang budi?” Jane bangun dan duduk di ranjang. Tiba-tiba dia menemukan ide untuk menjadikan “kakak” yang baru dikenal hari ini.

“Tapi, mereka satu tim. Kakak itu berada di pihak Nicholas Lartner,”

Meski begitu, dia mencari nama Nicho di kontaknya yang dinamai “Seratus Ribu” sekarang.

“Bos, bagaimana kalau kita pulang sekarang? Tempat ini mungkin tidak cocok untuk identitas bos,” ucap Jordan.

Nicho di bar mabuk.

“Konyol. Digunakan oleh seseorang yang masih mendapatkan uang dari mereka,”

“Dengan siapa kamu bertengkar sekarang?”

“Pria liar.”

Jane menelepon ke ponsel Nicho.

“Bos, ‘istri’ menelepon, tuh!” ucap Jordan. Namun dia tidak mau menjawab panggilan "Megan" karena pria liar itu.

“Kamu baru saja menikah dan mulai hidup bersama, akan ada kesalahpahaman yang tidak terhindarkan jika tidak menjawab panggilannya. Jelaskan saja dan semuanya akan baik-baik saja. Apa mungkin kamu masih belum memberi tahu nyonya tentang identitasmu?”

Nicho memasukkan ponselnya ke dalam gelas berisi bir.

“Haaaa! Bos!” Jordan berniat mengambil ponsel Nicho.

“Jangan menyentuhnya. Tuangkan anggur.”

“Moral dunia menurun dari hari ke hari,” ucap Nicho saat melihat pasangan bermesraan. Lalu dia menenggak minuman di gelasnya.

“Melanggar kesusilaan publik,” ucap Nicho lagi saat melihat pasangan berciuman. Dia kembali menenggak gelasnya.

“Tidak pantas dilihat,” ucapnya lagi saat melihat pasangan menari di bar. Dia menenggak minumnya lagi sampai dia tidak sadarkan diri karena mabuk.

Jordan tidak tahu kalau "Megan" dan Nicho tidak saling mengenal, jadi dia menelepon istrinya "Megan" dan meminta untuk datang menjemput Nicho yang sudah tidak sadarkan diri. Setelah Jane tiba di bar, dia mengambil banyak foto dengan Nicho yang sedang mabuk berat.

Di pagi hari kedua, Jane, yang mengira "kakak" itu adalah bawahan Nicho, mengancam dengan foto yang diambil tadi malam, berharap dia bisa menjadikan orang itu menjadi pria “liar” untuk bertemu Nicho. Padahal dia adalah Nicho sendiri. Jane menelepon Nicho.

Nicho terbangun dengan merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

“Kita langsung ke intinya saja. Bukankah kamu mengatakan kalau kamu berhutang budi padaku? Aku ingin kamu membalasnya hari ini.”

“Katakan apa maumu.”

“Bilang ‘ok’ dulu. Kalau kamu tidak mau bilang, aku akan memberitahu keluarga Lartner kalau kamu melecehkan aku,”

“Beritahu mereka kalau begitu,” Nicho bangkit dari ranjangnya dan berjalan keluar mencari air.

“Kakak, Tolong… katakan saja ‘ok’ dan bantu aku. Hanya kamu yang bisa membantuku,”

“Kalau mengancamku tidak berhasil, apa yang membuatmu berakting imut begitu?”

“Kalau begitu, aku akan terus mengancammu,”

“Apa maksudmu?”

Jane mengirimkan foto-foto yang dia ambil semalam bersama Nicho yang sedang mabuk.

“Jadi, kamu mengancamku dengan itu?”

“Aku tahu kamu berada di pihak yang sama dengan orang tua itu. Tapi pikirlah, bagaimana dia akan berpikir setelah melihat foto-foto ini?”

“Hmm… dia akan sangat marah.”

“Aku tahu kamu orang yang sangat pengertian dan cepat tanggap. Aku akan terus terang kali ini. Aku berbohong pada orang tua itu dengan mengatakan kalau aku sudah memiliki seorang pria di luar. Tentu saja, itu bohong! Aku hanya ingin minta cerai. Dia bilang dia ingin bertemu dengan pria itu. Dimana aku bisa menemukan seorang pria? Kamu satu-satunya orang yang aku kenal di kota ini.”

“Jadi kamu meminta aku untuk berpura-pura menjadi laki-lakimu?”

“Tolong aku. Apa kamu benar-benar ingin melihat gadis muda masuk ke kuburan dengan pernikahan ini? Seperti kata pepatah, lebih baik menyelamatkan satu nyawa daripada membangun pagoda tujuh lantai. Kalau kamu tidak menyelematkan aku-“

“Baik. Baik. Kamu perlu menghitung berapa kali aku membantumu.”

“Terima kasih, kakak. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu.”

Nicho tersenyum kecil setelah menutup telepon.

“Bos.” Jordan memberikan segelas air putih untuk Nicho setelah berteleponan.

“Kenapa kamu sangat bahagia?” tanya Jordan.

“Bukankah aku terlalu tampan untuk menjadi pria ‘liar’?” Nicho bercermin di layar ponselnya.

Jordan bingung dan mengira kalau atasannya masih dalam pengaruh alkohol.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!