" Permisi pak Aryan, ada bapak Haris ingin menemui anda. " ucap sang sekertaris saat Aryan tengah sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu mendongak dan opa Haris sudah berdiri dengan tongkat kayunya di depan meja kerja Aryan.
" Opa tumben ke perusahaan? " tanya Aryan yang langsung bangkit dari kursi kebesarannya menghampiri sang kakek.
" Ada yang ingin opa bicarakan . Kamu sulit sekali dihubungi sampai opa harus kesini sendiri. "
Aryan kemudian memapah membantu kakeknya untuk duduk di sofa yang berada di dalam ruangannya, namun opa Haris menampiknya. Pria tua itu akhirnya bisa duduk sendiri dengan masih menegakkan tongkat kayunya.
" Ada berapa pertemuan hari ini? "
" Hari ini ada beberapa Opa . Rencana ekspor ratusan unit lagi dalam waktu dekat. Pembangunan cabang baru di Maluku juga tidak ada kendala . Everything is well. " Dengan bangganya Aryan memamerkan sederet prestasinya dalam mengembangkan bisnis yang didirikan oleh pria tua dihadapannya ini. Tak diragukan lagi didikan keras Haris membawa Aryan pada kesuksesan.
Haris kemudian menatap tajam pada cucu satu-satunya tersebut . " Lalu untuk apa semua ini? Untuk siapa kamu bekerja siang malam seperti ini Aryan? "
Deg
Aryan sudah bisa merasakan kemana arah pembicaraan kakeknya yang jelas kecewa karena berkali-kali Aryan menolak perjodohan.
" Opa tolong jangan.... "
" Opa dan Oma mu sudah tua , Ar! Sampai kapan kamu akan bersenang-senang dengan wanita tanpa hubungan yang jelas. " Pria tua itu menghentakkan tongkatnya ke permukaan lantai.
Aryan tak berkutik. Membayangkan akan berumah tangga saja sudah membuat otaknya akan meledak .
Haris pun tak ingin tekanan darahnya naik menghadapi Aryan yang sulit diatur mengenai perkara yang satu itu . Ia memilih beranjak dengan kemarahan. " Jangan panggil opa lagi sebelum kamu bisa memberikan generasi penerus untuk keluarga dan perusahaan ini! "
...----------------...
" Silahkan tuan, mobil anda sudah siap . "
Mengenakan baju balap jenis overall yang membuat Aryan semakin gagah menawan, pria itu kemudian memasuki sebuah mobil balap yang ia miliki secara pribadi, bukan sebagai atlet profesional.
Di sebuah arena sirkuit yang sebagian besar sahamnya ia miliki, Aryan sudah menggenggam setir mobilnya dengan tatapan tajam. Ucapan sang opa yang mendesaknya segera memberikan penerus membuat pria itu diliputi amarah yang tidak bisa ia ungkapkan didepannya.
" Maaf tuan muda, satu kali putar lintasan saja. Emosi anda sedang tidak stabil . " pesan Jonas yang mengkhawatirkan atasannya dengan menjadikan balap mobil sebagai pelampiasan emosinya.
Aryan segera menarik tuas mobil lalu menginjak gas dengan kecepatan yang langsung naik drastis. Suara knalpot mobil balap sudah menderu kencang seiring kecepatan mobil yang tak biasa. Kedua mata pria itu menatap lurus ke garis lintasan dengan bayang-bayang masa lalunya yang langsung berputar dan menari di pelupuk matanya .
'kamu bukan istri dan ibu yang baik bagi Aryan'.
'kamu yang tidak becus jadi suami. '
Kalimat-kalimat yang terasa mendengung tak henti di telinga Aryan yang bahkan tertutup sarung wajah dan helm tebal membuat dirinya kemudian menambah kecepatan kendaraannya.
Bagaimana bisa Aryan dituntut untuk berumah tangga sedang bayangan bentuk rumah tangga orang tuanya dulu meninggalkan trauma yang begitu melukai psikisnya.
" Aarrgghh. " murka Aryan membanting tubuh ke setir dipelukannya saat ia mengakhiri satu putaran lintasan. Asap putih langsung mengepul dibawah kendaraan akibat gesekan roda yang mendecit berhenti dengan permukaan lintasan yang keras.
Buru-buru kru tim sirkuit membuka pintu mobil dan menanti sang empunya keluar. Aryan keluar masih dengan amarah lalu membanting helm besarnya begitu saja.
Pria itu memutuskan kembali kerumah kedua pasangan tua yang telah membesarkan dirinya selepas ayah Aryan meninggal dunia. Menyebabkan kakeknya marah membuat Aryan merasa bersalah juga. Ia paham kakeknya itu memiliki penyakit gula darah dan tekanan darah yang cukup tinggi.
Melewati koridor yang menghubungkan ruang tamu dengan kamarnya, langkah Aryan berhenti saat indera penglihatannya terusik dengan keberadaan tamu yang diterima oleh kakek dan neneknya.
Opa Haris yang malas bicara dengan Aryan hanya melirik sekilas tanpa berniat memanggilnya. Oma Herlina yang melihat Aryan pun tersenyum dan meminta sang cucu mendekat tapi Aryan yang malas malah membelokkan langkah nya ke halaman belakang. Sungguh malas rasanya ia berada di sana dengan kakek dan neneknya yang masih mencoba menjodohkan dirinya bahkan kali ini dengan seorang wanita bernama Alena, wanita yang pernah Aryan tolak cintanya dan lebih memilih menjalani hubungan tanpa status dengan Clara.
" Tuan muda... " Jonas yang memasuki halaman belakang langsung mengerem langkahnya begitu melihat Herlina berada bersama atasannya. Wanita tua itu sedang merayu Aryan agar mau menerima perjodohan ini tapi bukan Aryan namanya kalau keras kepala dan tetap menolak semuanya. Sampai akhirnya keluarga Alena pulang tanpa bertemu dengan Aryan. Bahkan Opa Haris sampai meminta maaf atas sikap kurang sopan cucunya itu yang mengabaikan kedatangan keluarga Alena.
" Mereka sudah pergi? " tanya Oma pada asisten cucunya tersebut.
" Sudah nyonya besar. " jawab Jonas .
" Lalu untuk apa kamu jadi patung di situ? " tanya oma Herlina lagi yang melihat Jonas hanya berdiam diri tanpa mengatakan apapun , padahal jelas Herlina tau kedatangan Jonas kesini pasti karena ada sesuatu hal yang penting.
Jo melirik ke arah Aryan yang masih terdiam bermandikan emosi di halaman belakang yang menghadap langsung ke kolam renang. Pria yang menjadi asisten pribadi sekaligus detektif bagi Aryan itu berdiri salah tingkah.
" Eeemm, tuan muda itu.... Nona Elnara tidak ada di rumah sakit, entah kemana."
" Elnara? siapa lagi itu? "
...----------------...
Dengan napas terengah dan masih mengenakan seragam rumah sakit, Nara berlari sekuat yang ia bisa untuk keluar dari rumah sakit tak peduli tubuhnya masih lemah untuk bergerak saja. Dicegatnya sebuah taksi lalu buru-buru menaikinya.
" Ssshhh! " gadis itu mendesis merasakan perih dan tak nyaman terlebih bagian intinya yang sakit luar biasa selepas ia mengalami pendarahan. Tujuannya kali ini adalah kantor polisi, Nara meminta sopir taksi berhenti di depan sebuah kantor polisi.
" Malam pak, saya ingin melapor tindakan penculik kan, penyiksaan dan pemerkosaan. "
Dengan suara tertahan dan dada yang sesak gadis itu mencoba menguatkan diri saat menunjukkan lukas bekas ikatan di tangan dan kakinya . Namun karena ia saat ini sedang kabur dari rumah sakit Nara jadi kurang bukti atas pelaporan pemerkosaan yang dituduhkan nya.
Ia menunjukkan kartu identitasnya, gadis itu berharap sebuah keadilan untuknya yang masih menahan perih lantaran mencabut paksa jarum infus di pucuk tangannya lalu menahan kucuran darah segar dengan ujung bajunya yang jadi memerah.
" Maaf nona kasus ini kemarin sudah kami tangani karena ada saksi yang melihat seorang wanita di gelandang paksa waktu itu. Tapi kasus itu sudah ditutup . Tuan Aryan sendiri yang sudah menemui pimpinan kami. "
" A-apa? "
.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments