deg
Aryan dan jonas baru saja melangkahkan kakinya keluar lift saat telinganya menangkap sesuatu yang mengusiknya. Pria itu kemudian mematung lalu berbalik badan dengan cepat saat merasakan tas yang kini ada di tangannya terasa bergetar .
Dilihatnya salah satu petugas rumah sakit yang sudah berlalu itu tengah melakukan panggilan dengan menempelkan ponselnya ke telinganya.
Aryan dan Jonas saling pandang, Buru- buru Jo membuka tas itu lalu menemukan ponsel yang berdering, namun sayang tak berapa lama ponsel itu mati karena kehabisan daya.
" Tuan...? " Jo memandang atasannya dengan tatapan yang sudah di mengerti oleh Aryan yang kemudian mengikuti kemana kedua petugas rumah sakit itu melangkah.
Entah angin apa yang kemudian membawa Aryan terus berjalan sampai di depan ruang ICU dimana kedua petugas itu berhenti. Perangainya yang dingin dan tidak berperasaan seolah menghilang dan Aryan pun tidak mengerti mengapa ia bisa sampai merasa bersalah seperti ini.
" Permisi, pasien atas nama Yunita butuh biaya berapa? "
Setelah mengetahui biaya operasi ibu dari wanita yang ia renggut kesuciannya itu, Aryan kembali ke kediaman keluarganya dan Jonas pun kembali ke apartemennya. Langkahnya masih tegap namun pandangannya tak tentu arah karena pikirannya berputar ke banyak hal saat ini.
" Ar, dari mana ? " tanya seorang pria tua yang merupakan opa Haris yang menyapa cucu nya yang baru kembali dengan langkah tak biasa.
Aryan menoleh pada kakek yang merawatnya sejak kecil hingga membentuknya menjadi pria dingin dan arogan seperti saat ini. Dihampirinya opa Haris yang duduk menunggunya pulang sambil menyedot cerutu mahal dan mengepulkan asapnya ke udara.
" Dari penthouse, Opa. " jawab Aryan.
" Ada masalah apa? " tanya Opa Haris seperti bisa membaca raut wajah Aryan saat ini, seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu.
" Tak ada opa, hanya beberapa masalah kantor. " jawabnya berdusta .Karena ia tak ingin sang Opa mengetahui kesalahan yang telah dibuatnya." Aku ke kamar dulu ya,Opa. Rasanya sangat lelah hari ini. " tak ingin Opa Haris mencecarnya dengan banyak pertanyaan, Aryan memilih langsung bangkit dari duduknya menuju ke kamarnya di lantai atas.
...----------------...
" Ibu... " lirih Nara merasakan sekujur tubuhnya yang perih. Dicobanya menggerakkan anggota tubuh namun seperti tak berdaya . Nara terus merintih kesakitan.
Samar terdengar suara yang pelan dan lemah di telinga Aryan yang tertidur sembari duduk di sofa tunggu dengan menumpukkan kepala pada lengan. Pria itu terkesiap bangun saat suara rintihan itu kembali terdengar.
Refleks Aryan membangunkan tubuhnya mendekati raga Nara yang memakai seragam rumah sakit berwarna biru . Perlahan gadis itu membuka kelopak mata dan pemandangan pertama yang di lihatnya adalah sosok Aryan, pria yang menorehkan mimpi buruk padanya.
"Hahh! " desis Nara membulatkan matanya lalu menggeleng cepat dengan ketakutan bercampur amarah yang sulit ia ungkapkan, hingga kemudian dia menjerit histeris.
" Hey, tenang dulu. "
Nara menyeringai penuh dendam betapa ia masih ingat betul bagaimana pria itu menyiksa raganya.
" Kamu.... " napasnya terengah , menderu berat hingga kemudian ia menampik tangan Aryan yang terulur ke arahnya.
" Ma-maaf.. " hanya kata itu yang mampu terucap dari bibir Aryan.
Nara kembali terisak meski Aryan berusaha menenangkannya. Melihat ia telah salah melampiaskan hasratnya pada gadis lain yang jelas-jelas bukan wanita bayaran membuat pria itu tergerak menemui Nara dan segala kesakitannya.
Luka tamparan jelas tergurat menghiasi pipi kanan Nara, bahkan luka bekas jerat ikatan di kaki dan tangan gadis itu juga membekas jelas. Belum lagi Aryan yang membuka paksa gerbang kesuciannya yang berujung pendarahan hebat. Tak bisa dibayangkan bagaimana sakit dan perihnya luka itu, tak hanya luka fisik tapi juga luka hati dan mentalnya.
" Pergi kamu, penjahat! " bentak Nara yang semakin histeris hingga selang infusnya tertarik sampai darah mengucur dari pucuk tangannya. Tak peduli tangannya terluka , Nara meraih apa saja yang bisa ia lempar ke arah pria itu saat ini.
Aryan membelalak melihat darah segar yang buru-buru ditutup oleh telapak tangannya namun lagi-lagi gadis itu menolak sampai meronta.
" Ibu.... " panggi Nara mengingat nyawa sang ibu masih bergantung padanya.
" Ibu kamu ..."
" Pergi kamu, pria brengssek! " murka Nara hingga pria itu tak mampu lagi menenangkannya dan terpaksa menekan tombol merah untuk memanggil tim medis yang kemudian datang menenangkan sekaligus meminta Aryan keluar dulu dari kamar rawat ini.
Setelah menemui Nara di rumah sakit, Aryan kembali pulang ke kediaman sang opa dan juga oma nya.
" Meriah sekali, mau ada acara apa Oma? " Aryan menatap heran pada sang nenek yang berdandan lumayan formal malam ini. Ia yang dihubungi Oma tercintanya untuk pulang ke rumah keluarga membuat pria itu tak berani menolak. Padahal ia sudah tinggal sendiri di sebuah penthouse pribadi.
" Sudah pulang? cepat kamu mandi dulu . Baju ganti sudah Oma siapkan di kamar , kita akan pergi. "
" Kemana? " tanya Aryan heran karena untuk perihal ini ia tak tahu . Oma Herlina hanya memintanya untuk pulang dan tak mengatakan bahwa mereka akan pergi keluar malam ini.
Herlina mendorong tubuh cucunya ke kamar tanpa bisa pria itu membantah . Setelan suit lengkap dengan dasi kupu-kupu sudah disiapkan rapi di kamar. Dan Aryan menurut saja dengan pengaturan sang Oma yang telah merawatnya sejak kecil itu.
Mobil sedan mengkilap membawa Aryan dan kedua kakek dan neneknya menuju sebuah restoran Italia di pusat kota. Dari ambang pintu private room restoran Aryan sudah malas melanjutkan langkahnya.
" Clara? "
" Kenapa, Ar? kalian sudah dekat kan? "
Aryan menggeleng malas. " Tidak Oma ! Silahkan bicara soal hubungan bisnis , tapi untuk perjodohan Oma akan kecewa malam ini. " Seolah tau apa yang dua orang tua itu akan lakukan Aryan memilih mengatakan sejujurnya pada sang Oma, agar wanita yang ia sayangi itu tau bahwa ia menolak keras kalau sampai mereka berniat menjodohkannya.
" Aryan! sampai kapan kamu akan terus melajang?" bentak Herlina dengan rahang menggertak .
Haris dan Herlina terpaksa menelan kekecewaan kembali malam ini lantaran gagal menjodohkan cucu mereka, entah sudah keberapa kalinya. Bahkan terhadap Clara yang hampir tanpa celah saja Aryan menolak.
Keesokan harinya , Aryan Maheswara kembali menjelma menjadi seorang pemimpin perusahaan yang gagah dan terlihat sempurna. Sebuah perusahaan manufaktur otomotif yang di bangun Haris lalu diteruskan oleh Aryo Maheswara sang Ayah yang sudah meninggal di usia yang masih sangat muda.
Kini Aryan yang baru menginjak tiga puluh tahun harus menjadi penopang kerajaan bisnisnya sejak usia muda menggantikan sang Ayah.Didikan Haris yang kemudian merawatnya menjadikan Aryan muda sangat keras hati dan hampir tanpa belas kasihan meski Oma Herlina sudah mengimbanginya dengan kasih sayang.
.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
venusmoon23
KARYA SIAPA YANG KAU PLAGIAT INI WOI BABI?
2024-03-08
0
lovely
azab buat penjahat kelamin macam c Aryan tukang berzina🥵
2023-11-11
2
Avelina Marpaung
tanpa cela
2023-10-23
0