Bab 4

"Farah, di mana selendangmu?" Tanya Austin pelan.

"Selendang?" Farah mengerutkan kening dan dengan spontan Ia memeluk dirinya sendiri. "Astaga... Aku lupa memakainya kembali! Tadi aku melepaskannya di meja bar".

Farah terdiam saat melihay Austin melotot. "Oh Tuhan, Farah! Sebaiknya kau menunduk terus! Dan tarik bajumu ke belakang agar belahan dadamu itu tidak terlalu mencolok!"

Zac dan Ben secara diam-diam menyusul ke tempat Farah dan Austin berada. "Situasi ini tidak baik-baik saja. Kau tahu? Mereka berempat berasal dari Dark Devil". Bisik Zac.

"Dark.... Devil? Apa maksudmu geng mafia yang terkenal itu?" Tanya Austin.

"Benar" Ujar Zac dengan tubuh gemetar. "Kata pemilik club tadi, terakhir kali mereka datang kemari, mereka membunuh seseorang!"

"Apa?!" Pekik Farah.

"Farah! Tenanglah sedikit! Bersikaplah seolah kita tidak melihat apa pun" Ujar Ben. "Seperti yang orang lain lakukan" Lanjut Ben seraya melirik ke sekitar.

"Aku harap mereka datang kemari bukan untuk mencari kehangatan dari pelukan wanita". Timpal Austin. "Oh Tuhan, aku bisa gila melihat adikmu jika situasinya seperti ini, Zac!" Austin melirik Zac yang sedang mengamati keempat orang bertubuh besar itu.

Terdengar suara langkah kaki dari arah luar, dua orang yang berada di pintu depan bergeser beberapa langkah ke samping. Tak lama muncullah seorang pria yang di yakini sebagai pimpinan Dark Devil, Keith. Farah mengamati sosok Keith saat pria itu melewati ambang pintu. Keith bertubuh tinggi, berjanggut tipis, netra matanya hitam kelam sehingga menimbulkan kesan mencekam saat menatap wajahnya.

Keith mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru untuk melihat semua orang. Farah tak henti menelisik wajah itu, kening yang lebar dengan rambut yang kelihatannya sedikit ikal dan menjuntai di kening. Aura Keith terasa mencekam namun Farah menangkap segaris senyum sinis tatkala pria itu menatap ke semua orang dan itu mampu membuat Farah bergidik.

Keith lantas berjalan membelah kerumunan orang yang sedari tadi menggoyangkan tubuhnya di lantai dansa. Satu per satu orang secara spontan menyingkir saat Keith melangkah. Keith berjalan di ikuti oleh seorang pemuda. Farah menengadahkan kepalanya sedikit miring agar bisa melihat pria itu namun tetap terhalang oleh besarnya tubuh Keith.

Pria itu melangkah mantap di belakang Keith menuju sebuah meja. Para pengunjung yang berada di dekat meja itu lantas berhamburan hingga tecetak senyum tipis di bibir pria itu. Terlihat beberapa botol kaca minuman keras yang masih penuh maupun yang sudah kosong, serta permainan judi melalui kartu.

Pria itu tertawa seraya menyingkirkan segala yang ada di atas meja dengan satu kibasan tangannya. Farah menyisir penampilan pria itu dari belakang. Pria iu memiliki tubuh yang tinggi hampir setinggi Keith namun sedikit lebih pendek, setiap jengkal tubuh pria itu terlihat sensual dengan otot yang kekar tercetak jelas dari balik kemeja putih yang di pakainya. Sebuah jaket berwarna hitam berbahan corduroy tergantung di sisi bahunya. Kakinya yang panjang terbalut dengan celana jeans berwarna biru langit serta di lengkapi dengan sebuah loafers berwarna hitam dari merk ternama menghiasi kakinya.

Dengan cepat pria itu menarik sebuah kursi dan mendudukkan dirinya tepat menghadap ke arah Farah. Sontak saja Farah bisa akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah pria itu. Pria asing itu sangat tampan, bahkan terlampau tampan. Menakjubkan. Hanya kata itu yang bisa Farah pikirkan saat melihat wajah pria itu.

Pahatan di wajahnya seakan menimbulkan aura arogan namun sekaligus lembut. Wajah pria itu berbanding terbalik dengan wajah Keith yang terasa mencekam, wajah pria itu terlihat ramah dan penuh senyuman. Entah mengapa dada Farah terasa panas seakan Ia sangat takut namun juga memandang penuh damba, sama seperti saat Farah memimpikan sosok asing yang muncul kala Ia tertidur.

...●●●...

Ryan Smith duduk dengan santai di kursi. Ia memutar-mutar gelas yang berisi red wine yang berada di tangan kanannya. Manik mata cokelatnya menatap pada sang kakak yakni Keith.

"Aku bingung kenapa kau senang sekali berkunjung ke club sampah ini. Lihatlah le sekitarmu..." Ryan mengangkat gelas wine nya untuk menunjuk ke seluruh para pengunjung. "Mereka semua orang-orang rendahan".

Keith terkekeh seraya mengambil gelas wine yang berada di tangan Ryan. "Tapi kau pun tahu, di sini satu-satunya tempat yang paling kotor di wilayah ini. Bermain-main di sini cukup menyenangkan" Ujar Keith seraya meneguk wine hingga tandas.

Ketegangan pengunjung terasa berkurang sedikit sejak kedatangan mereka. Ryan menghela napas saat Ia merasa menjadi pusat perhatian. Di manapun Ia berada, dengan visualnya yang hampir sempurna, Ryan selalu di tatap dengan penuh damba. Namun di tempat ini, Ryan merasa semua orang merasa takut padanya. Rasa takut itu tercipta karena Ia datang bersama dengan Keith yang reputasinya sudah sangat terkenal buruk.

"Apa kau tertarik untuk bermain-main sebentar di sini?" tanya Keith seraya menoleh ke sekeliling."Aku melihatmu melirik berulang kali pada wanita berambut cokelat yang duduk tepat di sana".

"Memangnya aku tidak boleh melihat seseorang di sini? Saat ini saja aku sedang menatapmu, Keith". Ujar Ryan santai.

"Hahahhahaa" Tawa Keith terdengar menggema hingga membuat para pengunjung takut. "Dia wanita yang cantik, tapi apa kau tidak melihat ukuran perutnya?".

Ryan lantas mengamati Farah yang ternyata sedang menatapnya juga. Ryan tersenyum miring saat melihat Farah dengan cepat memalingkan wajahnya entah mungkin malu karena terpergok sedang menatapnya.

"Jika kau menginginkannya, dia milikmu malam ini" Ujar Keith dengan pelan.

Ryan terdiam sejenak. Ryan bukanlah seorang pria baik-baik. Ia sudah sangat sering berpetualang dengan banyak wanita, tetapi memaksa seorang wanita hamil untuk melayaninya satu malam sepertinya tidak pernah ada dalam pikirannya. Ryan memiliki reputasi yang buruk, Ia selalu bisa mendapatkan wanita yang di inginkan namun terlibat dalam hubungan yang serius bisa di hitung tidak lebih dari lima jari.

"Aku tidak mau. Apa enaknya bermain dengan wanita hamil walau wajahnya cantik?" Ujar Ryan terkekeh.

...

Zac yang sedari tadi berpikir keras berusaha mencari jalan keluar agar bisa mengeluarkan Farah dari club. Raut wajah Zac jelas sekali menunjukkan kegelisahan dan ketakutan. "Sial, ini di luar dugaanku". Bisik Zac. "Farah harus segera keluar dari sini. Tapi, bagaimana caranya?". Zac mengusap wajahnya dengan frustasi.

"Bagaimana jika dia menunjukan perutnya yang besar? Siapa tahu mereka memberi keringanan bagi Farah." Ben memberikan saran.

"Tidak.. Tidak.. Jika cara itu gagal, Farah justru akan menarik perhatian mereka dan itu akan sangat buruk!". Timpal Austin yang tidak setuju dengan saran dari Ben.

Farah mengelus bantalan kain dari balik gaunnya, Gadis muda itu menatap Ryan yang tengah menatapnya dengan lekat.

...♤♤♤...

Terpopuler

Comments

ιda leѕтary

ιda leѕтary

Aku penasaran, nanti yg sama farah siapa ya, austin, ryan atau keith yaaa ?

2023-05-22

1

PrincessDY

PrincessDY

next

2023-05-19

1

Pacarseokjin

Pacarseokjin

aku suka neh bau2 bad boy😁🤭

2023-05-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!