Hari H.
Farah mengamati sosok kedua teman Zac, Ben dan Austin yang ikut serta membantu dalam misi kali ini. Sudah lima tahun Farah tidak pernah melihat keduanya. Ben dan Austin seusia kakaknya yakni berusia dua puluh enam tahun. Sudah tampak gurat kedewasaan di wajah mereka.
Ben dan Austin selalu bersikap baik pada Farah. Terlalu baik, hingga sangat terlihat kalau mereka berdua berusaha keras untuk tidak menggunakan kata-kata kasar di depan Farah. Dan Farah selalu merasa jika kedua teman kakaknya menatap dirinya dengan tatapan yang lembut seakan dirinya adalah sebuah kayu yang lapuk di makan rayap. Maka dari itu, Farah sangat berusaha keras menutupi sifat pemalu di depan Ben dan Austin.
"Austin! Apa kau sudah selesai? Kita sudah mau sampai!" Ujar Zac menatap Austin dari spion tengah. Mereka berempat sudah dalam perjalanan dan berada di dalam mobil yang di sediakan khusus.
"Sudah selesai," Jawab Austin. "Ini Farah, pakailah di luar gaunmu. Jika kau hanya memakai gaun lusuh yang hampir menampilkan area dadamu, itu tidak baik untuk keselamatanmu."
"Apa kau yakin ini benar-benar perlu?" Tanya Farah dengan ragu.
"Tentu saja itu perlu!" Timpal Ben. "Lagipula kakakmu ini bodoh atau bagaimana sih memintamu hanya memakai gaun lusuh tipis seperti ini ke dalam sarang lelaki jahanam!".
Farah akhirnya memakai sebuah selendang yang sudah di buat sobek-sobek kecil di beberapa bagian. Bagian perutnya pun sudah di tambahi beberapa bantalan kain agar Farah terlihat seperti wanita hamil.
Setelah selesai memakai semua itu untuk penyamaran, Farah mengedarkan pandangannya ke sekitar. Gelap. Tak terlihat cahaya sedikitpun. Penerangan satu-satunya hanya berasal dari cahaya lampu mobil yang sedang di tumpangi oleh Farah. Suara deburan ombak menghantam tebing sangat jelas terdengar di indera pendengaran Farah.
"Katamu kita sebentar lagi sampai, berapa lama lagi Zac?" Tanya Farah.
"Sebentar lagi. Di tikungan kedua dari sini kita akan melihat satu-satunya rumah yang ada di wilayah ini". Sahut Zac.
Tak lama kemudian, akhirnya mereka berempat tiba di depan sebuah rumah tua. Terdengar suara dentuman musik dari dalam. Farah langsung turun dari mobil dan melangkahkan kakinya menuju jendela, mencoba melihat ke dalam melalui kaca jendela yang buram.
"Farah!" Sahut Ben. Farah membalikkan tubuhnya dan menatap Ben yang sedang berjalan ke arahnya. "Kau jangan terlalu gesit! Apa kau lupa kalau kau saat ini sedang menyamar menjadi wanita hamil?!". Bisik Ben dengan penuh penekanan.
"Ah ya! Aku lupa!". Farah terkekeh pelan. "Aku akan selalu mengingatnya!".
"Sekarang jangan bicara lagi dan keluarkan sifat pemalu yang kau tahan sejak tadi! Jangan banyak tersenyum di dalam sana pada orang lain. Apa kau mengerti?". Sahut Ben lagi menatap Farah dengan tajam.
"Sudahlah. Dia sudah mengerti, Ben! Jangan membuatnya gugup!". Timpal Zac seraya menutup pintu mobil.
Keempatnya pun segera melangkah masuk. Dadanya berdesir manakala melewati ambang pintu dan menatap situasi di dalam rumah tua yang di jadikan club para penyelundup atau yang Zac bilang... Orang-orang rendahan dari yang paling rendah.
Farah melihat ada beberapa wanita yang tersebar di beberapa sudut. Sangat kontras dengan para tamu pria yang berpakaian kumal. Di balik bar yang memanjang terdapat sebuah palang pintu yang Farah duga menuju ke tempat penyewaan kamar. Karena di atas palang pintu terdapat tulisan 'Tujuh puluh lima ribu per kamar'.
Menurut Zac, pemilk rumah tua itu adalah seorang imigran yang berasal dari salah satu negara di Asia Barat. Perawakannya yang gemuk, janggutnya yang tebal berwarna kepirangan serta rambutnya yang tipis, tidak menunjukkan sama sekali kesan pria yang berbahaya.
"Halo! Aku belum pernah melihat kalian semua! Apa kalian tersasar di sini?" Sapa sang pemilik club dengan logatnya yang khas.
"Ah tidak.. Tapi yah.. Bisa di bilang seperti itu. Kau lihat dia..." Austin menunjuk perut Farah. "Tidak mungkin wanita hamil sengaja datang ke club kan hahaha".
Farah menatap sang pemilik club yang juga tengah menatapnya. "Wah benar.. Tempat ini tidak baik untukmu! Banyak asap rokok!" Ujar pemilik club. "Aku punya segelas orange juice untukmu! Apa kau mau?"
Farah melirik Zac, Ben dan Austin. Zac mengangguk tipis. "Ya. Itu sangat kuhargai jika anda mau memberikannya untuk wanita hamil sepertiku". Ujar Farah tersenyum.
"Dan kalian bertiga, apa yang ingin kalian minum?"
"Aku ingin segelas coke" Sahut Ben.
"Aku segelas orange juice" Sahut Austin.
"Aku......" Zac berpikir sejenak. "Apa kau mempunyai segelas gin?"
"Gin? Tentu saja! Aku akan menyiapkannya untukmu!". Ujar pemilik club.
Tak lama menunggu, masing-masing minuman yang telah di pesan pun telah di sediakan. Farah meneguk orange juice nya hingga setengah gelas. "Waahhh.. orange juice ini segar sekali!" Ujar Farah menatap gelas yang berada di tangannya.
"Tentu saja! Jeruk dari juice itu kutanam sendiri di pekarangan belakang. Mereka tumbuh subur dan sangat manis!" Timpal pemilik club.
Meskipun tempat ini terasa tidak ramah, Farah mulai menemukan pesonanya tersendiri. Ada banyak pria yang secara terang-terangan mengedipkan mata ke arahnya. Tak sengaja, Farah melihat ekspresi wajah Zac yang menatapnya dengan lekat seraya mengedikkan dagunya ke arah pintu. Farah tahu Zac sedang memberikan sebuah kode.
Netra mata Farah berlari menuju ke sebuah pintu yang terdapat di balik bar yang hanya di tutupi oleh juntaian hiasan kecil memanjang hingga ke lantai. Farah menelisik sesosok pria gemuk yang memakai topi lebar seperti koboy. Pria itu berjalan melintasi ruangan menuju ke tempat seorang pria yang bertubuh kurus yang sedang duduk sendirian. Keduanya saling berjabat tangan. Pria yang baru keluar dari balik bar adalah si penyelundup dan pria kurus yang di temuinya adalah orang yang tidak dikenal yang mengetahui kapan dan di mana transaksi barang selundupan masuk melalui jalur laut.
"Bisakah kau mendekat ke arahnya dan mengambil foto melalui kalung yang kau pakai?" Tanya Zac, berbisik tepat di telinga Farah.
Farah menatap ke arah dua target utama. "Tentu saja. Ini mudah, Zac! Sangat mudah!". Ujar Farah seraya tersenyum lebar.
"Ayo cepatlah! Semakin cepat kita keluar dari sini semakin baik!" Sahut Austin. "Ayo Farah! Aku akan berada tepat di belakangmu!".
Farah dan Austin pun turun dari kursi bar yang tinggi dan segera melangkah menuju target. Setiap langkahnya Farah berdecak dalam hati, Ini sangat mudah, Farah melangkah dengan penuh percaya diri namun tetap hati-hati selayaknya wanita hamil pada umumnya.
Tiba-tiba saja pintu rumah itu terbuka lebar dari segala sisi, depan dan belakang.. Empat orang pria bertubuh besar masuk mengamati suasana di dalam. Farah tersentak saat Ia melihat sebuah pistol yang di semat di antara ikat pinggang keempat pria tersebut serta sebuah belati di sisi lainnya. Penampilan mereka tidak mencolok, hanya memakai kemeja berwarna hitam dan celana panjang hitam.
"Duduk, Farah! Cepat duduk!" Austin berbisik seraya menarik Farah ke tempat duduk terdekat. Farah hanya bisa mengikuti arahan Austin. Ia pun sempat menatap ke arah Zac dan Ben yang masih berada di area bar. Wajah mereka benar-benar pucat seperti mayat hidup.
...♤♤♤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
ιda leѕтary
Akutu paling suka sama dunia perMAFIA an... semangabmt ya thor
2023-05-20
1
Pacarseokjin
next thor nanggung heee
2023-05-16
1
DeKasiblings
whoah thor😱 sumpah keren lo nulisnya!
lanjut ya thor, si bang satya juga gw setia menunggu😁
2023-05-16
3