(Masa Kini)
Isabel dan yang lainnya tengah menunggu mentor kursus mereka datang. Alat dan bahan untuk melukis telah di sediakan terlebih dahulu. Isabel melihat sekitarannya yang sungguh senyap. Seeprtinya memang benar mereka anak-anak seni lukis. Orang-orang di ruangan itu tidak banyak berbiacara atau bersosialisasi satu sama lain. Mungkin mereka sedang memikirkan lukisan apa yang akan mereka buat hari ini.
"Permisi semuanya, dikarenakan ada masalah pribadi tentor kita akan datang agak terlambat, saya akan menuntun Tuan dan Nyonya senagai Asisten mentor" ujar gadis muda itu.
"Sekarang kita mulai melukis sesuatu yang ada di pikiran kita, tema hari ini adalah 'Nostalgia' ujar Asisten mentor.
Semua orang langsung bergegas mengambil kuas mereka. Sepertinya mereka sudah tahu akan melukis apa dengan tema tersebut. Isabel termenung sejenak mengingat nostalgia nya yang penuh dengan cerita mengejutkan.
(Kembali ke masa lalu)
"Ini formulir nya, kamu tuliskan saja mau ikut ekskul apa" ujar Helma.
"Terimakasih Helma" ujar Isabel tersenyum.
"Kamu ikut apa?" tanya Sabel pada Helma.
"Seni bela diri" jawab Helma percaya diri.
"Wah kamu memang wanita perkasa" jawab Isabel.
Saat mereka sedang asik berbicara seorang wanita datang ke kelas mereka. Dia adalah Windria mantan pacar Ednan saat tahun pertama. Dia tengah mencari Ednan yang tidak sedang berada di kelas.
"Dimana Ednan?" tanya Windria pada salah satu anak di kelas.
"Kenapa lagi Windria, kamu masih punya nyali bertemu dengan Ednan?" ejek Violet.
"Violet kamu keterlaluan" ujar Windria.
"Kenapa? semua orang juga tahu kamu memaksa Ednan untuk pacaran dengan mu dengan ancaman bunuh diri" ujar Violet lagi.
"Violet cukup" ujar Windria menangis keluar dari kelas 11 IPA 1.
Melihat kejadian tidak terduga itu Isabel jadi bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Dia langsung menatap Helma seakan minta penjelasan.
"Dia itu Windria, anak IPA 2, mantannya si Ednan" ujar Helma jelas dan singkat.
"Maksud dari ucapan Violet tadi apa?" tanya Isabel lagi.
"Konon katanya mereka pacaran karena Windria mengancam akan bunuh diri kalau Ednan menolaknya" ujar Helma lagi.
"Serius?" tanya Isabel kaget.
"Iya, satu sekolah juga sudah tahu, seorang siswa mendengar pembicaraan mereka saat Windria mengancam bunuh diri" ujar Helma lagi.
"Wah benar-benar di luar nalar" ujar Isabel.
"Tapi kamu jangan bahas hal ini di depan Ednan, dia akan marah besar" ujar Helma mengingatkan.
"Iya aku tidak akan bertanya pada Ednan, dia pasti merasa tertekan" ujar Isabel turut prihatin.
Saat bel istirahat selesai Ednan masuk ke kelas dengan wajah merah. Melihat hal itu Isabel segera duduk di kursinya.
"Kamu gapapa?" tanya Isabel pada Ednan.
"Aku gapapa" jawab Ednan.
"Serius?" tanya Isabel lagi.
"Iya" jawab Ednan.
Pelajaran matematika segera di mulai dan seluruh siswa sudah mengumpulkan PR mereka. Saat ini Bu guru akan menunjuk beberapa siswa untuk menuliskan di papan tulis jawaban dari PR mereka tanpa melihat buku lagi.
"Anak baru silahkan maju kerjakan soal nomor 3" ujar Bu guru.
Semua anak terdiam, Bu guru sengaja memilih soal tersulit yang banyak siswa belum berhasil menyelesaikannya. Isabel segera maju dan mengambil kapur dan menulis jawaban soal momor 3.
Dengan tenang Isabel menuliskan langkah demi langkah jawaban hingga selesai. Jawabannya sempurna tanpa melewatkan satu langkah penyelesaian soal. Semua anak terdiam dan terpesona akan kepintaran si anak baru.
"Bagus, ternyata kamu mengerti" ujar Bu guru.
"Beri tepuk tangan pada si anak baru" ujar Bu guru.
Helma paling bersemangat melihat sahabatnya begitu pintar dalam matematika. Walaupun Helma jago dalam banyak bidang, matematika menjadi musuh paling utamanya.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu pintar matematika" ujar Helma saat pelajaran telah usai.
"Kamu tidak bertanya" jawab Isabel santai.
"Wah kamu benar-benar tidak tertebak Isabel" ujar Helma kagum.
Isabel melihat sekitarnya dan tidak menemukan Ednan. Isabel keluar dari kelas berpura-pura ke kamar mandi saat ditanya oleh Helma.
"Perlu aku temani ke kamar mandi?" tanya Helma.
"Tidak usah aku hanya sebentar" ujar Isabel menolak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments