(Kembali ke masa kini)
Isabel tengah siap-siap memilih pakaian yang cocok untuk dia gunakan. Dia akan mulai kursus melukis hari ini. Nesya berjanji tidak akan berkelahi dengannya lagi dan menjadi anak penurut.
Para asisten rumah tangga juga sudah dipekerjakan kembali oleh Nesya. Gadis pintar itu masih sekolah di SMA favorit di kota. Sebentar lagi dia akan naik ke tahun ketiga dan lulus SMA.
Setelah lama memilih akhirnya Isabel memutuskan untuk memakai dress yang dibelikan Nesya pada ulang tahun ke-44 nya. Dia terlihat sangat anggun menggunakan dress itu. Isabel berangkat di antar oleh supir yang sudah bekerja sejak suaminya meninggal dunia.
"Kita berangkat sekarang Nyonya?" tanya Pak supir.
"Iya kita berangkat ke tempat kursus melukis yang sudah diberitahu Nesya" ujar Isabel.
"Baik Nyonya" jawab Pak supir.
Sesampainya di tempat kursus melukis, Isabel segera keluar dari mobil. Dia membawa sebuah payung jadul yang sudah sangat usang dan sering di perbaiki hingga di permak. Payung itu memiliki cerita bersejarah dalam hidupnya.
"Pagi Bu ada yang bisa saya bantu" ujar seorang wanita muda sebagai petugas administrasi di kursus itu.
"Saya baru saja mendaftar untuk kursus melukis" ujar Isabel.
"Baik Bu, dengan Ibu siapa?" tanya petugas itu.
"Isabel Fransisca" ujar Isabel seraya memperlihatkan Kartu Tanda Pengenalnya.
"Baik Bu, Mari saya antarkan" ujar sang petugas.
Isabel di antar menuju sebuah ruangan yang isinya orang-orang se usianya. Isabel di tempatkan di kursi paling ujung dekat jendela yang sudah disediakan media lukis nya.
************
(Kembali Ke masa Lalu)
Helma tengah bermain basket dengan teman sekelasnya. Hari ini jadwal kelas 11 IPA 1 berolahraga di lapangan. Mereka membagi tim menjadi dua kelompok.
Isabel berada di tim yang sama dengan Helma. Tidak disangka Helma jago bermain basket di bandingkan wanita lain di kelas. Chiko teman sekelas mereka datang bersama Ednan dan teman lelaki lainnya.
"Kami boleh bergabung tidak?" tanya Chiko.
"Kalian akan melawan kami?" tanya Helma.
"Tentu saja tidak kalian akan kalah, kita gabung saja menjadi dua kelompok" ujar Chiko.
"Aku dan Ednan akan jadi ketua tim masing-masing kelompok" ujar Chiko.
"Baiklah kalian bagi saja wanita nya menjadi anggota kalian" jawab Helma.
Helma menarik tangan Isabel dan mengajaknya masuk tim Ednan. Dia tidak mau bersama Chiko yang usil.
"Ayok Sabel kita di tim Ednan saja" tarik Helma.
"Eh eh Helma helma kamu sama aku aja" ujar Chiko yang diam-diam memendam rasa pada Helma.
"Tidak mau bersamamu pasti kalah" ledek Helma.
Mereka akhirnya bermain dengan dua tim 5 vs 5, masing- masing tim beranggotakan dua orang pria dan tiga wanita. Tim Ednan berisikan dirinya dan satu teman laki-lakinya, Isabel, Helma, dan Violet.
Beberapa kali Helma dan Ednan saling oper dan berhasil masukkan bola ke ring. Tim Chiko tampak kewalahan dengan formasi yang dibangun tim Ednan.
Saat hendak melemparkan bola basket ke taman satu timnya, Chiko tidak sengaja hampir mengenai wajah canti Isabel. Dengan cepat tangan Ednan menangkap bola itu sebelum tepat mengenai wajah Isabel.
"Aaaa.... " ujar Isabel kaget seraya menutup matanya dengan kedua tangannya.
"Tap" terdengar bola di tangkap dengan cepat tepat di depan wajahnya.
"Kamu gapapa?" tanya Ednan pada Isabel.
"Iya aku gapapa" jawab Sabel.
"Woi hati-hati donh" ujar Helma pada Chiko.
"Iya maaf, aku tidak sengaja" ujar Chiko menyesal.
Pertandingan itu usai dan tim Ednan berhasil memenangkan pertandingan. Violet yang melihat aksi Ednan tadi langsung merasa cemburu buta.
"Harusnya tadi aku yang hampir kena bola" ujar Violet cemburu.
Helma dengan cepat membawakan minum untuk Isabel. Wanita itu sangat hebat dalam persahabatan dan kekompakan.
"Untuk ku mana?" tanya Ednan.
"Tidak ada, ini hanya untuk Isabel" jawab Helma meledek.
"Makasih ya buat tadi" ujar Isabel pada Ednan.
"Santai aja kali" jawab Ednan dingin seperti biasa.
"Oh iya hampir lupa, Hel nanti kamu kumpul data anak-anak mau ikut ekskul apa ya" ujar Ednan.
"Ekskul?" tanya Isabel.
"Iya mulai tahun ini dikembangkan untuk anak yang ingin mengasah keterampilan nya" ujar Ednan.
"Kamu mau masuk apa Bel?" tanya Helma bersemangat.
"Seni lukis, aku sangat suka melukis" ujar Isabel.
"Wah kenapa kamu tidak bilang kalau kamu jago melukis, Ednan paling juara dalam melukis" jawab Helma.
"Aku tidak bilang kalau aku jago melukis, aku hanya bilang aku suka melukis" ujar Isabel lagi.
"Apakah itu berbeda?" tanya Helma polos.
"Tentu saja berbeda, jago melukis berarti handal, suka melukis hanya sekedar hobby walaupun hasilnya tidak bagus" ujar Chiko menimbrung pembicaraan mereka.
"Kamu ikut-ikutan aja" ujar Helma kesal.
"Chiko benar kok Hel, aku tidak jago melukis, aku hanya menyukai melukis" jawab Isabel jujur seraya tersenyum.
"Kenapa kamu suka melukis?" tanya Ednan.
"Melukis membuat jiwa ku lebih tenang, andai dulu orangtua ku mendukung ku dalam melukis aku pasti sudah menekuninya" ujar Isabel.
"Memangnya kamu tidak diizinkan melukis oleh orangtua mu?" tanya Helma.
"Iya aku tidak di izinkan melukis" jawab Isabel seraya geleng-geleng kepala.
"Kenapa begitu?" tanya Chiko.
"Mereka menganggap melukis hanya membuang-buang waktu, mereka hanya suka aku menguasai bidang akademis seperti matematika dan ilmu IPA lainnya" ujar Isabel.
"Tidak apa-apa kamu bisa melukis di sini tanpa sepengetahuan mereka" ujar Ednan menghibur Isabel.
"Iya Ednan benar, kamu bisa melukis di sini" ujar Helma turut bersedih.
"Tentu, semangat" tambah Chiko lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments