Semua mata menatap dengan kekaguman paa Isabel. Karena seluruh anak menatap ke arahnya, Isabel jadi gugup dan memilih untuk menunduk.
"Baiklah, Isaebl kamu duduk di samping Ednan saja" ujar Pak Riko.
"Yang mana Pak?" tanya Isabel karena tidak melihat ada Ednan di kelas.
"Dimana Ednan?" tanya Pak Riko pada siswa lain.
"Di UKS pak, semalam lengannya cedera saat turnamen" ujar Helma.
"Bangku terakhir, Ednan duduk di bangku terakhir kamu disamping nya dulu untuk sementara karena itu yang kosong" ujar Pak Riko seraya menunjuk bangku terakhir.
"Baik Pak terimakasih" jawab Isabel seraya duduk.
Saat jam istirahat tiba Helma mengajak Isabel ke kantin. Bertepatan saat mereka hendak ke kantin, Ednan masuk kembali ke kelas.
"Ednan tangan kamu sudah mendingan?" tanya Helma.
"Iya udah mendingan kok" jawab Ednan seraya duduk di kursinya.
"Ini tas siapa Hel?" tanya Ednan melihat kursi disampingnya sudah terisi tas.
"Itu tas Isabel, dia akan jadi teman satu meja mu" ujar Helma seraya memperkenalkan Isabel yang berdiri di sebelahnya.
"Isabel ini Ednan kawan satu meja mu" ujar Helma.
"Kamu anak baru?" tanya Ednan pada Isabel.
"Iya aku anak pindahan" jawab Isabel lagi.
"Kami ke kantin dulu, kalian nanti saja berkenalan" ujar Helma sudah lapar.
Mereka berdua pergi ke kantin yang sudah ramai sejak bel istirahat berbunyi. Helma memesan dua mangkuk bakso untuk mereka. Pandangan para siswa tertuju kepada mereka berdua. Helma memiliki wajah yang manis berambut pendek. Sedangkan Isabel memiliki wajah yang cantik berambut panjang.
Keduanya memiliki karakteristik wajah yang kuat dan disukai banyak orang. Helma sudah populer sejak dulu, tapi wajah Isabel tampak baru dikalangan para siswa.
"Helma siapa itu?" tanya salah satu siswa.
"Dia teman sekelasku, anak baru" ujar Helma.
"Siapa namanya?" tanya siswa itu lagi.
"Namanya Isabel" jawab Helma.
Isabel dan Helma memakan bakso mereka dengan nikmat. Seluruh mata belum berhenti memandangi kecantikan mereka berdua.
"Kamu maklum aja kalau dilihatin, soalnya kamu cantik" ujar Helma pada Isabel.
"Kamu tuh yang dilihatin, kamu kan lebih cantik" ujar Isabel lagi.
"Haha oke oke kita berdua sama-sama cantik" ujar Helma akhirnya.
"Iya kalau begitu aku setuju" jawab Isabel tersenyum.
Setelah menghabiskan makanan dan minuman, mereka kembali ke kelas. Bel berbunyi saat mereka baru saja tiba di kelas. Ednan sudah tertidur dengan tangan di lipat di atas meja.
"Permisi" ujar Isabel duduk di samping Ednan.
"Kalian sudah selesai dari kantin" ujar Ednan.
"Iya kamu gak makan?" tanya Isabel.
"Udah tadi" jawab Ednan lagi.
"Habis ini kita pelajaran apa ya?" tanya Isabel belum hafal jadwal pelajaran.
"Matematika" ujar Ednan.
"Ooh" jawab Isabel terlihat biasa saja.
"Kamu pasti pintar matematika" jawab Ednan.
"Kenapa begitu?" tanya Isabel.
"Respon mu sangat biasa saja saat mendengar kata matematika" jawab Ednan.
"Memangnya aku harus antusias?" tanya Isabel.
"Hmm gak juga sih" jawab Ednan lagi.
Guru matematika mereka datang dan semua siswa di kelas menjadi hening. Ibu Matematika tergolong kejam dan ditakuti para siswa.
"Sudah kalian kerjakan PR minggu lalu?" tanya Bu Raisa.
"Sudah Bu" jawab para siswa.
Ednan segera mengeluarkan buku PR nya. Isabel tidak tahu ada PR karena dia baru saja masuk ke kelas. Dia melihat seluruh siswa mengumpulkan PR tanpa terkecuali.
"Ada yang belum mengumpulkan?" tanya Bu Raisa.
"Saya Bu" jawab Isabel mengangkat tangan.
"kamu? sepertinya Ibu baru lihat" ujar Bu Raisa tidak mengenali siswi itu.
"Iya Bu saya murid pindahan yang baru saja masuk" jawab Isabel.
"Baiklah kali ini saya maafkan, silahkan tanya pada teman kamu bagaimana sistem mengajar dan belajar di kelas saya ya" ujar Bu Raisa tegas.
"Baik Bu" jawab Isabel.
Setelah pelajaran matematika Isabel langsung ke meja Helma. Dia ingin menanyakan maksud perkataan dari Ibu Raisa.
"Hel maksud Bu Raisa tadi apa ya?" tanya Isabel.
"Bu Raisa sangat benci anak yang tidak mengerjakan PR walaupun dengan alasan apapun" ujar Helma.
"Oh ya, biasa nya dapat hukuman apa Hel?" tanya Isabel.
"Biasa nya untuk kali pertama akan dipukul dengan rotan, kali kedua kamu tidak akan masuk pelajaran ibu itu dan menghadap bendera selama jam pelajaran di terik matahari, dan ketiga langsung panggilan orangtua" ujar Helma menjelaskan.
"Wah ngeri juga ya langsung panggilan seperti itu, kalau orang tua kita tidak hadir bagaimana?" tanya Isabel lagi.
"Kamu tidak akan lulus pelajaran matematika, nilai kamu akan merah dan gagal" ujar Helma.
"Wah untunglah aku masih murid baru dan belum tahu semua ini" jawab Isabel.
"Iya mulai minggu depan kamu harus kerjain ya" ujar Helma.
"Iyaa makasih udah di ingetin" jawab Isabel.
"Kalau kamu tidak mengerti tanya saja teman semejamu" ujar Helma lagi.
"Maksudnya Ednan?" tanya Isabel.
"Iya dia anak paling pintar matematika di kelas" ujar Helma.
"Haha oke Helma" jawab Isabel.
Helma tidak tahu bahwa Isabel sangat pintar matematika. Sejak kecil dia sudah menjuarai antar provinsi olimpiade matematika. Saat SMP dia sudah naik level nasional dan makin mengembangkan bakat matematikanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments