BAB 3 Pacar gadungan

"Mak semoga ini menjadi awal yang baik bagi anakmu."

Dito dan Fransiska tiba dikota S setelah menempuh perjalanan 1.5 jam. Mereka mampir ke sebuah rumah makan yang berkiblat pada pedesaan. Jadi banyak saung dan tanaman hijau yang menyegarkan mata.

"Akhirnya kita sudah sampai di kota S. Kita istirahat di sini saja sambil menunggu klienku sampai di sini. Kalau kamu mau istirahat di sana ada tempat ini ada penginapannya juga kamu tinggal bilang nanti saja nanti akan ku pesankan. Fransiska menunjukkan sisi lembutnyam Dia juga tidak memakai bahasa gaul lagi.

Dito senang mendengan ucapan Fransiska. Perubahannya sangat terlihat awalnya ia selalu memakai nada tinggi jika berbicara tapi sekarang tidak dan dia juga tidk memakai bahasa gaul. Ada perasaan menghangat setiap Dito memperhatikan perempuan di depannya ini. Kalau dilihat dari kasat mata dia seperti dirinya. Masih terlihat seperti umur 19 tahun kalau dengan pakaian yang ia kenakan saat ini. Padahal sebenarnya umurnya sekarang ini sudah mencapai 27 tahun.

"Tidak usah cukup duduk di sampingmu saja aku sudah merasa enakan tidak capek lagi." Ucap Dito sambil mengutak-atik hpnya.

Mendengar ucapan manis yang dilontarkan lawan jenis, Fransiska tiba-tiba merasa panas, pipinya merah bahkan sesekali dia megipas-ngipas tangan kemukanya. Melihat hal itu Dito menarik pipinya membentuk lengkungan di wajah. Mereka jadi canggung dan nya diam karena tidak ada lagi bahan perbincangan.

"Selamat siang Kak ini daftar menu yang bisa kami sajikan." Ucap pramusaji.

Suara pramusaji itu memecahkan keheningan mereka berdua.

"Oh iya mbak. Saya pesn Jus alpukat tanpa gula dan salat buah. Kamu apa Dit?"

"Aku es Teh dan penyetan ayam" Ucap Dito Sambil membolak balikkan buku menu.

"Terima kasih. Apa masih ada lagi?" Tanya pramusaji itu.

"Untuk sementara tidak mbak. Nanti kalau ada lagi akan saya panggil." Fransiska mempersilahkan pramusaji itu keluar dari saung yang mereka tempati.

"Aku mau tanya, untuk apa kamu memberiku motor yang sangat mahal ini sedangkan motorku saja masih bisa dipakai tinggal diperbaiki sedikit." Ucap Dito panjang lebar meminta penjelasan.

"Biar gampang saat menjemputku. Motormu kan masih ada di bengkel." Jawab Fransiska dengan entengnya.

Hanya helahan nafas yang bisa Dito lakukan. Dia tidak akan bisa berbuat apa-aa menyangkut wanita satu ini.

"Nanti ketika Klienku datang kamu bisa tinggalkan kami sebentar nanti kalau sudah selesai akan menghubungimu lagi." Fransiska meminta tolong kepada Dito.

"Oke nanti saya ke rumah dulu kebetulan aku berasal dari kota ini. Aku mau mengunjungi keluarga bibi dan adikku."

Jam menunjukkan pukul 12.00. Dito akhirnya mengunjungi adiknya. Sampai di depan rumah Dito mengucapkan salam sambil mengetuk pintu "Assalamualaikum Bik."

"Waalaikumsalam" Jawab seseorang yang ada di dqlam rumah sambil membukakan pintu. ternyata itu Rendi. "Loh kak. Kok jam segini sudah di sini? Ada apa?" Tanya Rendi yang penasaran dengan kedatangan Dito yang tiba-tiba ke rumah.

"Loh kamu kok dirumah?" Dito malah tanya mengapa jam segini adiknya sudah di rumah. "Apa sakit?" Dito sambil memperhatikan muka adiknya.

"Tidak Kak. Tadi ada rapat di sekolahan jadi sekolah pulang pagi. Kakak apa ada masalah?" Rendi bertabya sekali lagi.

"Oh syukur kalau kamu tidak sakit. Kakak ada kerjaan di sini jadi kakak mampir. Jawab Dito jujur. Dito lalu masuk ke dalam rumah bibiknya.

Selang beberapa saat Dito mendengar teriakan dari Rendi. Dito akhirnya keluar melihat apa yang terjadi.

"Kak kak ini motor siapa Kak?" Rendi berteriak kegirangan. pasalnya dia sangat mendambakan motor ini. Dia juga menempelkan beberapa stiker di kamarnya.

"Ren jangan teriak-teriak nak nanti kamu kecapekan." Jawab Bibik yang keluar karena mendengar teriakan Rendi.

"Iya Bun. Rendi senang melihat motor milik pembalap idola Rendi." Ucap Rendi Jujur sambil memegangi motor tersebut. Rendi memanggil bibinya dengan sebutan bunda karena memang audah dianggap anaknya sendiri. Dan terlebih lagi paman dan bibi Rendi belum diberi momongan.

Dito yang melihat hal tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. lalu dia mendekat.

"Ini motor milik atasan Kakak. Motor kakak lagi di bengkel. Tadi kakak menemani Bos Kakak yang sedang ada acara di rumah makan dekat jalan Baru itu." Dito lagi-lagi berkata jujur. Tapi dia tidak memberi tahu kalau Bosnya itu adalah perempuan.

" Kakak ayo kita keliling desa. Aku mau merasakan naik motor ini kak." Rendi mulai merengek kepada kakaknya. Dia sayangt ingin menaiki motor tersebut.

Permintaan Rendi diangguki oleh Dito, ketika motor baru menyala suara khas motor GP itu terdengar. Brummm Bruumm. Rendi tertawa sambil merentangkan tangan saat dibonceng kakaknya. Melihat hal tersebut Dito hanya tersenyum. walau tidak bisa menemani adiknya setiap hari tapi dengan momen seperti ini dia juga merasa senang. karena adiknya kembali ceria. Setelah selesai berkeliling dan berbincang-bincang dengan bibinya Dito meminta izin untuk pamit kembali ke Kota A. Dito takut Fransiska akan menunggu lama.

"Apa kamu menunggu lama?" Tanya Dito kepada Fransiska.

Fransiska yang awalnya masih fokus dengan tabletnya dia langsung mendongak dengan suara yang mulai menghiasi ingatannya.

"Baru saja mereka pulang. Apa urusanmu di rumah sudah selesai?" Tanya Fransiska dengan melemparkan senyuman.

"Sudah. Kamu mau kemana lagi Sis? Kalau tidak ada aku mau mengajakmu ke suatu tempat. Apa kamu mau?" Dito menawarkan diri untuk mengajak Fransiska ke suatu tempat.

"Tidak memang kamu mengajakku ke mana?" Fransiska antusias dengan penawaran Dito.

"Ayo. nanti akan akan ku tunjukkan tempat yang bagus. Kamu pasti tidk akan menyesal."

Fransiska akhirnya mengikuti Dito, mereka ternyata pergi ke sebuah pantai yang jaraknya sekitar satu jam dari tempat nya yang tadi. Karena sudah agak sore para pengunjung yang ada di situ mulai rame. Kebanyakan yang di tempat itu adalah anak muda. Dengan ombak yang tenang dan pasir yang putih menambah kecantikan pantai tersebut. Dito dan Fransiska jalan veriringan tetapi tidak bergandengan tangan karena mereka tahu bahwa mereka tidak ada hubungan. Mereka akhirnya memutuskan untuk duduk di tepi pantai yang agak rindang karena matahari terhalang oleh beberapa pohon di tempi pantai itu.

"Apa kamu sering ke sini?" Tanya Fransiskan sambil memandang luasnya lautan.

"Aku ke sini jika ada masalah saja, tempat ini membuat aku tenang. Karena disinilah aku bisa bercengkrama dengan alam." Jawab Dito sesekali memandang Fransiska.

Tiba-tiba hp Fransiska berbunyi. Dia meminta izin kepada Dito untuk mengankat telpon. Tanpa sengaja pula dia mengetahui siapa yg telpon karena tertera emoticon hati pada nama tersebut. Ada rasa tidak suka ketika wanita disampingnya menjawab telpon tersebut. Tapi apalah daya dia hanyalah babu Fransiska tida lebih.

Beberapa saat kemudian Fransiska datang. Ketika mendekat Fransiska langsung berucap.

"Apa kita bisa pulang? Maaf telah menunggu agak lama." Ucap Fransiska dengan wajah yang agak murung. Fransiska tidak menjelaskan apa yang terjadi tapi dilihat dari mukanya, Dito tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Fransika dan Dito akhrinya memutuskan pulang bersama. Di perjalanan mereka Diam tanpa sedikitpun perbincangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!