ROFLYO NIZCHOLN

ROFLYO NIZCHOLN

CHAPTER 1 : Beginning of

><><><><><

Boom.

Suara ledakan membuat semua orang panik. Sebagian yang lain segera berlari mencari sumber dari ledakan itu. Sebagian lagi yang tidak berkepentingan segera menyelamatkan diri mereka masing masing.

Seorang laki-laki degan pakaian hitam segera membaur dengan para warga yang bergegas menyelamatkan diri mereka masing-masing. 

Seringainya terlihat mengerikan, ia menarik tangan salah seorang dari mereka. 

"Rubby." "Hai. Kita berjumpa lagi." 

Perempuan yang mengekspresikan wajah gusar tersebut diam. Mengikuti semua arah langkah kaki laki-laki yang menariknya. 

"Jadi, apa kamu masih bersama Ed atau kalian sudah berpisah." 

"Ini bukan tempat yang tepat." 

"Baiklah Rubby, ayo ke rumah dan minum teh bersama."

"Tuan Nizcholn, aku tidak bisa ikut denganmu."

Masson mengangguk dengan senyumnya yang mengintimidasi. Dia melepas tangan Rubby untuk membiarkannya pergi. 

Dengan segera Rubby berlari pergi meninggalkan Masson yang diam mebiarkannya.

"Lucu sekali." Gumamnya sembari measukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

Dia berjalan mengikuti Rubby, melihat perempuan itu sedang memeluk seorang anak laki-laki. Hatinya merasa iba pada keduanya. Dia menatap kebawah, berpikir kenapa istrinya tidak mau menerima uang pemberiannya.

"Permisi, tuan. Sumber ledakan telah ditemukan. Sedangkan pelakunya masih kami buru."

"Lakukan tugasmu. Amankan putraku dan ibunya, tempat ini berbahaya untuk mereka."

"Baik, kami mohon izin." Pria yang mendatangi Masson segera pergi.

Lama laki-laki itu menatap Rubby dan putranya, hanya melihat dari jauh untuk memantau kondisi putranya. Setelah Rubby dan putranya pergi, Masson ikut beranjak pergi. Hatinya merasa lega setelah melihat perkembangan anak laki-laki kesayangannya.

"Waktumu tidak lama." Gumam seorang pria dengan seringainya, berdiri tidak jauh dari Masson.

><><><><><

Perempuan dengan raut wajah gusar berlari menuju seorang anak laki-laki yang telah menantinya.

Dia mencubit gemas pipi putranya sebelum menciumnya lama. Tubuh mungil itu diangkat, membuat si anak laki-laki tertawa senang.

"Mom, apa aku semakin tinggi?" 

"Ya, putra mom semakin tumbuh dan semakin tampan."

 "Turunkan aku, mom. Aku ingin berjalan  sendiri."

 "Baik tuan muda." Dengan hati-hati Rubby menurunkan Samm dari gendongannya.

Keduanya masuk kedalam rumah. Rubby segera mengemasi barangnya dan milik Sammuel. Harus pergi mencari tempat yang aman untuk mereka. Keduanya bergegas pergi seusai mengemas barang barangnya. 

Sammuel dan Rubby berjalan kaki di tengah malam, dengan waspada Rubby menggandeng tangan Samm sembari memeluk putranya erat. 

Semakin lama mereka berjalan, semakin jauh pula tujuan mereka. Dia menghela napas lelah saat Samm menguap.

Perempuan itu tersenyum, mengangkat tubuh mungil Samm dan membiarkannya tidur dalam gendongannya.

Kakinya terasa sakit setelah ribuan meter menggendong Samm. Rubby kemudian duduk di pinggir jalan sambil mengusap kepala Samm. Dia tidak dapat menghubungi siapapun, akan membuatnya celaka jika begitu. Matanya terpejam saat sorot lampu mobil mengarah padanya. 

Tatapan waspada dia berikan pada orang yang keluar dari dalam mobil. Dengan segala rasa yang telah bercampur aduk, Rubby menitihkan air matanya. 

"Ayo kita kembali, kamu tidak boleh begini." Orang yang turun dari mobil tersebut memeluk Rubby, ia mengusap rambut Samm. Rubby mengangguk pelan, sekarang bukan saatnya untuk pergi. Keselamatan dan kesehatan putranya adalah prioritas utama. 

"Astaga, keluarga yang bahagia. Sungguh."

"Masson dan Rubby."

Suara tawa yang terdengar mengerikan di malam hari, membuat Masson beranjak dan bersiap untuk memberikan bogem mentah. 

Rubby ikut beranjak, ia mengeratkan pelukannya pada Samm. 

Masson meloloskan bogem mentahnya pada pria yang berada di hadapannya. Dengan sekali gerakkan Masson mampu melumpuhkan lawannya. 

Melihat hal itu Rubby sedikit bernapas lega, namun napasnya tertahan ketika beberapa pria tiba-tiba muncul dan mengeroyok Masson. Karena perbandingan yang berbeda,Masson mulai kewalahan. Tenaga Masson mulai melemah ketika perutnya berdarah. Napasnya pun mulai tersengal, pandangannya kabur. 

"L-a-ri." Ucapnya lirih.

Rubby segera pergi, namun seseorang mendorongnya masuk ke dalam mobil yang pintunya terbuka. Masson yang melemah, tergeletak di atas aspal jalan. Hanya bisa menatap roda mobil yang berputar menjauhi dirinya.

Matanya perlahan tertutup, telinganya berdenging lama sampai ia benar benar tidak memikirkan apapun. Kosong dan gelap.

:

:

:

Terpopuler

Comments

Lathifa Dwy Maulida

Lathifa Dwy Maulida

up-nya jangan lama ya Thor 👍

2023-11-08

2

Yadi

Yadi

Gue baca dulu ya

2023-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!