CHAPTER 1: She's

"Hai, selamat malam."

Sapa Masson sembari menjabat tangan pria yang telah berdiri menyambutnya. Pria tersebut membalas jabatan tangan Masson sembari melempar senyumnya, mereka kemudian duduk.

"Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dari anda. Saya berhutang budi pada anda dan pada istri anda."

"Tidak tuan. Anda tidak berhutang budi pada kami."

"Omong-omong di mana nyonya Herisle?"

"Istri saya masih di toilet."

Masson mengangguk pelan.

Dia melihat sebuah mobil yang berhenti di depan pintu masuk restoran, seorang anak laki-laki turun dari dalam mobil, hendak berjalan dengan tongkat, namun tiga pria yang mengawalnya meminta izin agar dia mau digendong saja.

Masson tersenyum tipis melihat hal tersebut.

"Maaf tuan Herisle. Aku harus pergi ke putraku disana. Aku akan segera kembali."

"Tentu silakan."

Masson beranjak dari kursinya, ia berlutut di hadapan Samm berniat untuk membantunya.

Sammuel segera menggeleng ketika ayahnya menawarkan bantuan, ia menyunggingkan senyumnya yang khas.

"Aku ingin berjalan sendiri aku bisa, dad."

"Baiklah pangeran kecilku, aku akan duduk di sana. Jika kamu tidak menyerah sampai kamu sampai, maka dad akan memberikan hadiah untukmu."

Masson kembali duduk di kursinya, kembali berbincang bersama Harry. Sesekali matanya mengawasi Sammuel.

"Halo uncle." Sapa Samm ketika dirinya berhasil sampai di meja tempat Masson dan Harry.

"Hai, anak manis. Siapa namamu?"

"Sammuel. Siapa kau, uncle? Apa kau teman dad?"

"Aku? Um.."

"Dia teman dad. Namanya uncle Harry. Beri salam padanya, nak."

Samm membungkukkan sedikit tubuhnya ke arah Harry.

Anak laki-laki tersebut duduk di samping Masson.

"Permisi."

Panggil Masson pada seorang pelayan. Pria tersebut datang ke meja Masson, menyapa mereka dengan ramah.

"Kami ingin tiga ice cream."

"Tentu, tuan. Segera akan saya bawakan."

Samm fokus pada mainannya, sementara itu Masson dan Harry kembali pada perbincangan mereka.

Tak berselang lama setelah ice cream pesanan mereka datang, seorang wanita datang dari toilet. Menyapa Masson dengan sopan sebelum duduk di samping Harry.

"Nyonya Herisle, terima kasih atas bantuan anda."

"Sudah menjadi tugas kami, tuan."

Hilda melambaikan tangannya pada Samm yang tersenyum ke arahnya sekilas.

Masson berdiri dari duduknya ketika seorang perempuan yang ditunggunya sejak tadi telah tiba.

"Maafkan aku karena terlambat datang." Ucap perempuan itu pelan pada Masson yang berdiri menyambutnya.

"Dia istriku, Rubby."

Rubby menjabat tangan Harry dan Hilda secara bergantian. Dia kemudian duduk, ikut berbincang bersama mereka.

Semua hidangan yang telah dipesan telah datang, semuanya mulai menyantap makanan yang telah tersaji tersebut.

Setelah selesai dengan makanannya, Sammuel turun dari atas kursi, membuat keempatnya menoleh pada anak laki-laki tersebut.

"Mom, ayo kita jalan-jalan."

Rubby mengangguk, ia beranjak setelah meminta izin Masson.

"Hilda, apa kau mau ikut?"

Hilda menoleh pada Harry, sejurus kemudian Harry mengangguk. Memberi izin pada Hilda untuk pergi bersama Rubby dan Sammuel.

"Samm, ayo duduklah di kursi roda. Kakimu tidak boleh terlalu lelah."

Anak laki-laki tersebut dibantu Rubby duduk di atas kursi roda yang baru dibawakan oleh salah seorang pengawalnya.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Hilda dan Rubby yang mendorong kursi roda berjalan secara beriringan menyusuri taman di restoran.

Hilda terlihat lelah, dia duduk di salah satu kursi taman ketika Rubby yang menyadarinya mengajaknya untuk duduk.

"Samm, kita duduk dahulu di sini ya."

Anak laki-laki itu mengangguk.

Rubby dan Hilda berbincang dengan serius. Membuat Samm merasa jenuh karena tidak paham dengan apa yang sedang dibicarakan oleh keduanya.

Sammuel mengedarkan pandangannya, ia melihat ke arah rooftop restoran terlihat dua orang memakai pakaian santai berada di sana.

Sementara itu di rooftop, Masson dan Harry berada di sana.

Mereka berdua berdiri dengan jarak satu meter saling berhadapan.

"Jadi, bagaimana kabarmu sekarang?"

Masson angkat bicara setelah keduanya lama diam membisu.

><><><><><

"Sammuel, ayo habiskan sarapanmu dahulu setelah itu baru bermain."

"Sebentar, mom."

Rubby tersenyum melihat putranya yang sibuk sendiri bersama mainannya.

"Hari ini Samm harus melakukan pemeriksaan rutin hari ini. Antar Samm bersama Agatha, karena aku harus pergi ke kantor lebih awal."

Rubby mengangguk.

Ia menunduk menatap makanan yang ada di dalam mangkuknya.

"Bagaimana dengan sekolah Samm?"

"Aku sudah mengurusnya. Samm akan pergi sekolah mulai minggu depan."

"Sebenarnya, aku sedikit khawatir perihal.."

"Aku mengerti, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan mengurus hal itu."

Rubby menghela napas perlahan.

Dia beranjak dari tempat duduknya, mendekati Samm yang masih sibuk bermain.

"Sammuel, ayo makan sarapannya dahulu."

"Baik, mom."

Samm segera memakan makanan yang telah disajikan sejak tadi. Dia menyantap makanannya dengan lahap.

"Aku akan berangkat."

Masson beranjak.

"Sampai nanti."

Ia mencium kening Rubby, kemudian mengusap kepala putranya.

Dirinya diikuti Laurent yang telah bersiap sejak tadi, pergi ke kantor dengan mobilnya.

Sementara itu, Rubby pergi ke kamar untuk bersiap.

Setelah dirinya selesai, dia kembali ke ruang makan. Melihat Samm yang selesai dengan sarapannya.

Rubby melempar senyum ke arah putranya.

"Samm, ayo kita pergi ke teman uncle Damian."

Rubby berjalan sambil mendorong kursi roda milik Sammuel.

Mereka berangkat menuju rumah sakit.

Ketika mobil sedang melaju dengan kecepatan sedang, sebuah mobil van hitam menyalip mereka dan berhenti tepat di depan mobil mereka.

"Nyonya, tolong anda tetaplah di sini."

Agatha dan pengawal mereka turun dari dalam mobil. Meninggalkan Samm dan ibunya saja.

Diluar, Agatha dan pengawal mereka tampak sedang bersitegang dengan pengemudi mobil van hitam yang membuat wanita itu marah.

Pintu mobil pengemudi dibuka, seorang pria menyalakan mesin mobil dan segera mengendarai mobil itu. Meninggalkan Agatha dan pengawal mereka yang mengemudikan mobil.

Pria itu melempar secarik kertas ke atas pangkuan Rubby.

"Mom, aunty Agatha dan uncle Dave kenapa tidak ikut bersama kita?"

"Dengar, Samm. Tutup matamu dan buka ketika namamu dipanggil. Kau mengerti?"

Samm mengangguk. Dia segera menutup matanya sesuai permintaan Rubby.

Di tempat van hitam tadi berhenti, Dave dan Agatha segera menyadari bahwa itu adalah tipuan ketika mobil mereka melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan mereka.

Bersamaan dengan hal itu, mobil van yang menghalangi mereka ikut melaju pergi.

"Tuhan! Siapa yang mengemudikan mobilnya?"

"Dave, cepat hubungi tuan. Aku akan berusaha menghubungi yang lain."

Keduanya segera menghubungi orang yang bisa dihubungi. Namun tidak seorangpun yang menjawab telepon mereka.

"Tuan dan tuan Laurent tidak menjawab."

"Kepala keamanan juga tidak bisa dihubungi."

"Agatha, hubungi seseorang untuk datang menjemput. Aku akan menghubungi tuan lagi.

><><><><><

"Terima kasih, tuan Smith."

"Tentu, sampai bertemu di pertemuan berikutnya."

Pertemuan tersebut berakhir.

Namun Masson dan Laurent masih berada di dalam sana dan duduk di tempatnya.

"Bagaimana? Apa masih belum ada kabar dari Ed?"

"Kami melacak pergerakan mereka. Akhir-akhir ini Ed sedang berada di pinggiran kota."

Pintu ruangan diketuk, sekretaris Masson membungkuk ke arah.

"Permisi, tuan Nizcholn dan tuan Laurent. Ada telepon dari tuan Dave untuk tuan Laurent."

"Pergilah Laurent, mungkin Dave ingin mengabari sesuatu yang penting."

Laurent mengangguk kemudian beranjak. Dirinya membungkuk ke arah Masson.

Masson kembali melihat berkas miliknya. Membaca materi untuk pertemuannya yang lain.

Dia merogoh ponselnya dari dalam saku. Menonaktifkan mode senyap dari ponsel miliknya tersebut.

Melihat banyak panggilan dari Dave dan kepala keamanan sejak satu jam terakhir sesudah rapat dimulai, dirinya berniat menghubungi kembali mereka. Namun, sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak dikenalnya menelepon Masson.

Masson mengangkat telepon tersebut.

Mendengar setiap ucapan orang yang meneleponnya. Dia berdecak, segera memutus telepon tersebut.

Berlari keluar meninggalkan ruang pertemuan.

"Berkas dan yang lain ada di dalam. Pindahkan semua ke ruanganku. Aku akan pergi dahulu."

Ucap Masson pada sekretarisnya.

Laurent yang melihat Masson berlari segera memanggilnya.

"Tangani masalahnya apapun itu, Laurent. Aku ada urusan mendesak. Jangan mengikutiku."

Masson segera menuju tempat parkir. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi menuju tempat yang telah diberitahukan oleh seseorang yang menelepon dirinya.

Ketika dirinya sampai, terlihat seorang pria dengan sekumpulan pria lainnya sedang menunggu dirinya dengan posisi siap menyerang.

Laki-laki tersebut segera turun dari atas motornya. Menatap nyalang pada pria tersebut.

"Biarkan mereka pergi. Jangan membuat pertumpahan darah. Serta lepaskan putraku dan ibunya."

"Ah, benarkah? Lalu kenapa kau membawa serta pengikutmu!"

Masson melihat ke arah bukit. Dave dan Agatha berada di sana bersama Laurent dan kepala keamanan.

"Mereka tidak ikut urusan."

"Dengar Masson, aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan."

Ed menunjuk ke arah bukit, tidak jauh dari tempat Agatha dan yang lain.

Terlihat Sammuel yang duduk di atas kursi roda dipegangi oleh salah seorang pesuruh Ed. Anak laki-laki tersebut masih menutup matanya sesuai janjinya pada sang ibu.

"Urusanmu bukan dengan putraku."

"Tapi dia seorang Nizcholn."

Tidak seorang pun berani mengambil langkah. Jika mereka salah berpijak, maka semuanya akan berakhir buruk.

Namun, Masson melihat ke arah Rubby yang tertunduk di dekat tebing. Dia mendekat ke arahnya, tidak menghiraukan Ed yang diam menatap dirinya.

"Rubby, sadarlah."

Terdengar suara tembakan, membuat Masson menoleh pada Samm.

"Sammuel Roflyo Nizcholn." Teriak Masson.

Bersamaan dengan teriakan Masson, Samm membuka matanya yang terpejam. Melihat pada kedua orang tuanya yang berada di bawah tebing.

Ed tertawa renyah. Dia kembali menembakkan peluru ke arah yang acak.

Seketika secara spontan, kepala keamanan memberi aba-aba untuk orang-orangnya.

"Kalian masih kalah jumlah."

Masson beranjak. Ia meminta Agatha yang telah berada di dekat Rubby untuk menjaga perempuan yang terkulai lemas tersebut.

"Ed, kau benar-benar tidak mengerti."

Masson berlari ke arah Ed. Memiting pria itu dengan geram. Namun satu tembakan diarahkan Ed ke udara. Membuat Masson melepaskan pria tersebut.

"Mom." Panggil Samm pada Rubby yang telah sadar kembali.

Perempuan itu berusaha berjalan mendekati Masson.

Rubby memeluk Masson.

Kemudian terdengar suara tembakan berulang kali dari segala penjuru arah.

><><><><><

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!