Siera meletakkan kartu yang diberikan oleh kakaknya serta kunci mobil yang biasa ia gunakan dibatas meja, gadis itu berjalan keluar sambil menarik koper miliknya tanpa membawa benda apapun yang merupakan fasilitas dari keluarganya.
Gadis itu sudah membulatkan tekad untuk hidup mandiri walaupun mungkin kehidupannya akan berubah 180 derajat.
Siera menghela napasnya saat dirinya benar-benar telah keluar dari rumah yang dihuni oleh anggota keluarganya. Pikirannya terasa penuh memikirkan tujuannya, mengingat dirinya belum menentukan dimana ia harus tinggal.
Gadis itu berjalan menuju jalan raya untuk mencari taksi, tetapi tiba-tiba ia tersentak saat mendapati sebuah mobil mewah berhenti tepat di sampingnya.
Siera mengeryitkan keningnya saat pintu mobil tersebut mulai terbuka, terlihat seorang pria tampan yang terasa familiar keluar dari mobil tersebut, lalu berjalan ke arahnya.
"Akhirnya aku menemukanmu, kelinci kecilku!" ucapnya seraya membuka kacamata hitam yang ia kenakan.
Deg!
Jantung Siera berdegup kencang, gadis itu bahkan dengan spontan menahan napasnya saat mengingat siapa pria yang datang mencarinya.
Mata hijau yang tidak ia lihat pagi itu, kini jelas terlihat di depan matanya, membuat Siera tak mampu untuk menanggapi perkataan pria itu.
"K-kau! K-kok bisa?"
"Tentu saja bisa, karena kita memiliki radar yang bisa terhubung satu sama lainnya," ucap Nikolai yang sama sekali tidak bisa diterima oleh Siera.
Siera mengumpulkan keberaniannya untuk melawan pria yang bahkan belum ia ketahui namanya. Gadis itu mulai mengatur napasnya lalu berjalan meninggalkan Nikolai tanpa berbicara sepatah katapun.
"Hey, Kelinci! Kamu mau kemana?" pekiknya yang tak berhasil menghentikan Siera.
Gadis itu berusaha menulikan pendengarannya, dan berjalan semakin cepat agar lekas menjauh dari pria tersebut. Namun Niko tetap mengikutinya hingga membuat Siera habis kesabaran.
"Mau kamu itu apa sih? Aku gak kenal kamu dan kamu gak kenal aku!" seru Siera kesal bukan kepalang.
"Kamu Siera Aryana, putri bungsu dari Bramana Yudhakasih. Kau memiliki saudari kembar bernama Siena Aryani dan seorang kakak laki-laki bernama Ricky Wicaksono yang merupakan CEO dari GoesJek," jawab Niko menjabarkan identitas dari Siera.
Alih-alih terkesan dengan jawaban pria itu, tapi Siera menatap penuh curiga kepada Nikolai. Gadis itu sudah dibuat merinding karena pria yang bahkan ia tak kenal namanya itu sudah lancang mencari tahu latar belakangnya tanpa seizinnya terlebih dahulu.
"Kau stalker, ya?" tuduh Siera.
"Hah, aku? Tidak, aku melakukannya untuk mengetahui tentang kamu karena bagaimanapun semalam aku sudah ...," ucapnya terjeda.
"Ssssttth! Lebih baik kau tutup mulutmu! Aku sudah memberikan ganti rugi dan aku harap kita sama-sama melupakan kejadian itu, ok! Sekarang lebih baik kau pergi, daripada aku berteriak!" ancam Siera dengan kedua matanya yang melotot kepada Nikolai.
Tak lama sebuah bajaj melintas di depannya, dengan cepat Siera memberhentikannya dan lebih memilih menaiki sebuah bajaj daripada harus terus diganggu oleh pria yang ia anggap aneh itu.
Sementara itu Nikolai terus menatap kepergian gadis yang membuatnya kehilangan akal sehat, sontak saja senyuman tersungging di wajahnya, seakan pria itu tengah merencanakan sesuatu.
***
"N-nuga," Siena berkata lirih sesaat setelah dirinya membuka matanya. Dilihatnya Nugraha sudah berada di sebelahnya, pria yang merupakan calon suaminya hasil dari perjodohan yang telah diatur oleh kakaknya.
"Apakah ada yang sakit?" tanya Nuga sambil memeriksa kondisi calon istri sekaligus pasiennya.
Siena menggelengkan kepalanya perlahan, lalu menyentuh tangan Nugraha dengan tenaga yang belum sepenuhnya pulih.
"S-siera mana?" tanyanya.
"Tadi aku bertemu dengannya saat mau keluar, mungkin sekarang dia ada di kantin atau mencari udara segar," jawab Nuga berasumsi.
Siena menghela napasnya, kedua matanya mengawang-awang menatap langit-langit ruangan yang terlihat putih. Perlahan ia pun menceritakan permasalahan Siera hari itu termasuk keinginan saudarinya itu untuk pergi dan berakhir dengan dirinya yang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Semua ia ceritakan tanpa ada satupun yang terlewat, bahkan hingga membuat Nuga bertanya-tanya karena sikap Siera sama sekali tidak seperti Siera yang dulu ia kenal.
"Siera melakukan hal ini pasti ada pemicunya! Siera tidak mungkin melakukan hal seperti itu karena alasan yang sepele," ucap Nuga berkomentar, wajahnya terlihat khawatir bahkan dirinya tampak tidak fokus dengan Siena yang kini berbaring lem.ah di hadapannya.
Siena menggenggam tangan calon suaminya itu secara tiba-tiba, lalu menatap wajah Nuga dengan tatapan mengiba.
"Nuga, kamu tidak akan pernah meninggalkan aku, kan? Kamu pasti secepatnya akan menikahi aku, kan?"
Nuga menghela napasnya kala mendengar perkataan yang selalu Siena katakan berulang-ulang. Seolah gadis itu tidak cukup memiliki kepercayaan jika Nuga pasti akan segera meminangnya, atau gadis itu merasa jika hati calon suaminya itu memang tidak pernah menjadi miliknya.
"Kamu ini bicara apa? Aku akan menikahi kamu, jadi tolong jangan tanyakan hal ini terus-menerus. Lagi pula persiapan pernikahan kita sudah rampung delapan puluh persen, jadi lebih baik kamu memperhatikan kesehatan kamu daripada memikirkan hal-hal yang tidak penting," jawab Nuga seraya membelai lembut pucuk kepala Siena.
Pria itu tersenyum seolah meyakinkan pada Siena jika tidak ada sesuatu yang harus dikhawatirkan, dirinya tak ingin jika kesehatan Siena akan terus menurun dan membuat kondisinya menjadi kritis kembali. Namun, Siena sama sekali tidak merasakan perasaan lega akan jawaban dari Nuga. Hati dan keegoisannya saling bertarung dan semakin membuat dirinya menjadi serakah untuk terus memiliki pria itu walaupun ia menyadari jika hati Nuga tidak akan pernah ia miliki.
"Ya sudah, lebih baik kamu beristirahat. Sebentar lagi aku sudah harus ke poli," ucap Nuga sambil melihat arloji yang melingkar di tangannya.
Siena mengangguk lalu menahan tangan Nuga sejenak sebelum pria itu melangkah pergi meninggalkannya.
"Nuga, aku sangat mencintai kamu," ucapnya sambil tersenyum.
"Ya, terima kasih," jawab Nuga lalu kembali berjalan keluar meninggalkan Siena seorang diri.
Siena menatap kepergian sang calon suaminya dengan seksama, hingga Nuga benar-benar menghilang dari pandangan matanya.
Tiba-tiba saja hatinya terasa begitu sesak. Setiap kali ia menyatakan cinta pada pria itu, tetapi jawaban yang ia dapat hanyalah sebatas ucapan terima kasih saja, dan semua selalu berulang setiap ia melakukannya.
"Wajah kami sama, bahkan rambut kami sama, lantas apa yang membuat kami berbeda?" gumam Siena.
Gadis itu mencengkram selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, jantungnya kembali terasa sakit hingga membuatnya sedikit kesulitan bernapas. Tiba-tiba saja darah mulai kembali mengalir dari kedua lubang hidungnya, hingga membuat ayah dan ibunya seketika panik saat mendapati kondisi putri mereka yang sudah terlihat pucat dengan darah yang seakan tidak bisa berhenti.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments