Bab 2 - Masalah Lagi
Sinar matahari yang menusuk lewat celah jendela itu pun membangunkan seorang pria dari tidur lelapnya. Perlahan ia mulai membuka matanya seiring dengan terkumpulnya kesadarannya.
"Hemm ...," gumamnya merasa ada sesuatu hilang.
Setelah menyadari sesuatu, pria itu pun segera bangkit dan mencari sosok gadis yang sudah ia selamatkan semalam. Ia mencari di balkon bahkan hingga kamar mandi, namun gadis itu pun tak terlihat batang hidungnya.
"Kemana perginya kelinci kecil itu?" tanyanya bermonolog sendiri.
Tak sengaja ia melihat secarik kertas yang berada di atas meja dan membacanya. Senyuman sontak terpampang pada wajah tampannya yang dihiasi lesung pipi yang dangkal. Terlebih
Pria berdarah Rusia memiliki nama Nikolai Alexei itu pun meraih ponsel miliknya yang berada di atas nakas, lalu menghubungi Tomi yang tidak lain merupakan asisten pribadinya.
"Tomi, tolong cari tahu tentang wanita semalam, dan segera bawakan pakaian untukku!" titahnya dan segera mematikan sambungan teleponnya.
Niko tersenyum, mengingat gadis yang baru saja ia tolong semalam. Langkah kakinya membawanya menuju minibar yang terletak di dalam kamarnya, lalu meraih sekaleng orange juice dan meminumnya perlahan.
Tidak berselang lama ketukan pintu pun terdengar, Niko bergegas untuk membukanya dan terlihat Tomi sudah datang dengan sebuah paper bag di tangannya.
"Ini, Bos!" tuturnya seraya memberikan paper bag tersebut kepada Niko.
"Bagaimana, Kau sudah mendapatkan identitasnya?" tanya Niko sambil berjalan masuk ke dalam kamar dan duduk di atas sebuah sofa.
Tomi pun mengikuti langkah kaki Niko, pria itupun turut duduk di sofa yang berada di sebelah atasannya itu sambil memberikan ponsel miliknya.
"Siera Aryana berusia dua puluh lima tahun, putri bungsu dari Bramana Yudhakasih. Dia memiliki saudari kembar bernama Siena Aryani dan seorang kakak laki-laki," ungkap Tomi.
Kening Niko tiba-tiba saja berkerut saat membaca siapa nama dari kakak laki-laki Siera dan apa pekerjaannya. Senyuman tertarik dari wajah tampannya.
Berkali-kali ia mencoba membacanya, meyakinkan jika penglihatannya tidaklah salah, lalu Niko pun mengalihkan pandangannya ke arah Tomi dan berkata, "Kau tidak salah informasi tentang kakaknya ini, kan?"
"Tidak mungkin, Bos! Saya ini, kan asisten Anda yang paling perfeksionis dan loyal. Mana mungkin Saya salah," jawabnya penuh percaya diri.
Gelak tawa kian terdengar keras, Niko meletakkan ponsel milik sang asisten di atas meja, sementara itu dirinya bangkit sambil meraih paper bag yang sedari tadi ia letakkan di atas sofa.
"Hah, ayo kita kembali! Sepertinya ini akan sangat jadi hal menantang!"
***
Siera mulai membuka pintu rumahnya dengan perlahan, berusaha untuk segera masuk ke dalam kamarnya tanpa ketahuan satu orang pun anggota keluarganya. Namun baru saja ia melangkah, seorang pria sudah menunggu kehadirannya sambil duduk di atas sofa, tatapan matanya tajam terlebih melihat penampilan Siera yang kacau balau.
"Dari mana saja Kau semalaman?" tanyanya dengan wajah garang.
Jantung gadis itu berdegup kencang, bahkan tangan dan kakinya pun gemetar untuk menjawab pertanyaan dari kakak tertuanya.
"A-aku ...," jawabnya gugup.
Pria berusia tiga puluh lima tahun yang bernama Ricky Wicaksono itu pun mulai bangkit dan berjalan menuju adiknya, bahkan sorot matanya pun dengan detail melihat penampilan Siera yang janggal.
"Kau memakai kemeja laki-laki? Kau bermalam dengan seorang laki-laki?" tuduh Ricky.
Deg!
Lidah Siera begitu kelu untuk menjawab berondong pertanyaan dari Ricky, ia hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya. Apa yang dituduhkan Ricky memang tidak sepenuhnya salah, tetapi dirinya tidak melakukan semua itu karena kehendaknya sendiri. Siera merutuki dirinya sendiri, karena ia bahkan tak bisa membela diri sedikitpun.
"Keterlaluan Kau, Siera! Mau jadi apa Kamu ini? Tingkah laku Kamu ini sudah di luar batas, Kamu benar-benar membuat malu keluarga!" maki Ricky.
"Kak, sudah! Kasihan Siera." Tiba-tiba aja dengan setengah berlari Siena menghampiri Ricky yang tengah mencaci maki Siera. Gadis yang bahkan nyaris memiliki wajah serupa dengan Siera itu berusaha membujuk Ricky serta meredam emosinya agar tidak semakin mencecar pada Siera.
"Hah, wajah kalian serupa kenapa tingkah laku kalian ini sangat berbeda?"
Mendengar perkataan Ricky, Siera kian menggigit bibirnya hingga terluka, hatinya kian sesak seakan ada sesuatu yang mengikatnya dengan kuat.
"Kamu lihat kakakmu! Tidak ada celah pada dirinya, gak seperti Kamu yang liar dan selalu seenaknya sendiri. Coba saja ...,"
"Coba saja Kamu memiliki sedikit dari sifat Siena. Hah, *****!" gumam Siera meneruskan perkataan Ricky dan diakhiri oleh sebuah umpatan.
"Bicara apa Kau, Siera! Dasar kurang ajar!" bentak Ricky.
"Sudah, Kak! Biar Aku yang bicara kepada Siera."
Tanpa menoleh Siera pun segera berlari dan masuk ke dalam kamarnya yang terletak di lantai dua rumah mewah itu.
Tangisannya seketika pecah, sakit hatinya sudah tak mampu ia tahan lebih lama lagi. Rasa selalu dibandingkan dengan Siena membuatnya menjadi sosok pemberontak, dan haus akan perhatian.
Siera mengambil koper yang ada di dalam kamarnya, lalu memasukkan beberapa pakaiannya. Pikirannya tak mampu berpikir jernih lagi karena rasa amarah yang bahkan telah menutupi akal sehatnya.
"Siena, Siena, Siena, Siena! Peduli setan!" pekik Siera lalu melempar apapun yang berada di hadapannya.
Prang!
Tok! Tok! Tok!
"Siera! Siera buka pintunya! Ini Aku, Siena." Suara Skema terdengar jelas setelah ketukan pintu terdengar beberapa kali. Siera yang kalut pun hanya berusaha mengacuhkannya, ia menutup kedua telinganya dengan telapak tangannya.
"Siera, Kamu kenapa? Tolong buka, yuk cerita sama Aku."
'Hah! Kenapa? Sudah bertahun-tahun baru tanya kenapa, selama ini Aku ini apa? Kenapa Aku selalu diperlakukan berbeda?'
Siera bermonolog dalam hati, hatinya semakin sakit mengingat semua yang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya.
Gadis itupun segera mengganti pakaiannya, tekadnya untuk keluar dari rumah semakin matang. Baginya, sudah tidak ada lagi alasannya untuk bertahan di tengah keluarga itu, ada atau tidak adanya ia di sana, tidak akan mempengaruhi apapun. Karena di mata seluruh anggota keluarga, dia hanyalah anak pembangkang dan keras kepala walau sekeras apapun ia berusaha untuk menjadi seorang anak yang baik.
Klak!
Pintu kamarnya terbuka memperlihatkan Siera yang sudah rapih dengan sebuah koper yang ia bawa
"S-siera, Kamu mau kemana?" tanya Siena yang mulai panik.
Tanpa menjawab pertanyaan saudari kembarnya, gadis itu terus saja berjalan. Bahkan ia membiarkan Siena terus memanggil namanya sambil berusaha mengejar dengan tubuhnya yang lemah.
"Si-Siera tu-tung-gu," ucap Siena dengan napasnya yang terengah-engah.
Keringat sudah membasahi keningnya dengan napas pendeknya buang kian cepat berembus. Siena terus berusaha sekuat tenaga yang ia miliki untuk mengejar dan menghentikan langkah adiknya, hingga akhirnya dadanya terasa sakit dan sesak, membuat seluruh kesadaran yang ia miliki sirna begitu saja.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments