"Harley!" Rahel beranjak berdiri dan menghadap ke arah pria itu. Ia tidak percaya jika Harley berada di pemakaman bersamanya.
Jantung Rahel saat itu terasa berdebar. Ia berdiri begitu dekat dengan Harley. Sesaat mata Rahel memandang Harley. Ia terlihat sangat tampan. Harley yang berambut hitam yang disisir rapi serta berhidung mancung.
Harley mengenakan kemeja berwarna hitam dipadukan dengan celana jeans serta aroma parfum dari tubuh pria itu begitu memikat.
"Maaf, saya datang terlambat karena tadi di perjalanan macet." Pemuda itu berdiri menghadap Sintia dan Rahel dengan iris mata berwarna coklat yang mempesona.
"Kamu siapa, Nak? Apakah teman kampus Rahel?" Ibu Rahel merasa penasaran karena tiba-tiba ada pemuda seumuran anaknya berdiri dibelakang anaknya.
"Saya Harley teman satu kampus dengan Rahel. Saya turut berduka cita atas meninggalnya ayah Rahel," ucap Harley dengan lugas dan ramah.
Bu Sintia seraya mengangguk dan tersenyum.
"Oh, temannya. Terima kasih kamu sudah berkenan hadir di pemakaman suami saya. Yuk, mampir ke rumah kami sepertinya akan hujan karena mendung."
Bu Sintia mengajak Harley untuk mampir ke rumahnya sementara Rahel hanya diam dan sesekali mencuri pandang kepada Harley.
"Baik, Tante." Harley tidak menolak tawaran dari Sintia karena ingin menghormati orang yang lebih tua.
Lalu Rahel dan Sintia berjalan menuju ke rumah. Harley membuntuti di belakang mereka. Tidak lama mereka sampai di rumah. Benar, ternyata hujan mulai turun saat itu juga.
Saat tiba di rumah, ada beberapa sanak saudara dan tetangga yang membantu memasak untuk acara pengajian di malam harinya dan menyiapkan suguhan bagi tamu yang datang.
"Silakan duduk di bangku sederhana milik kami, Nak." Sintia mempersilakan Harley sembari berjalan menuju salah satu ruangan.
"Iya, Tante." Harley duduk sambil melihat-lihat bingkai foto milik keluarga Rahel yang terpampang di dinding dekat dengan ruang tamu.
Hilir mudik beberapa keluarga Rahel untuk mempersilakan tamu yang datang. Tidak lama Rahel kembali ke ruang tamu dam membawa segelas teh manis untuk Harley. Bu Sintia sibuk menemui tamu yag datang, jadi tidak sempat mengobrol dengan Harley.
"Rahel, terima kasih tehnya. Aku tidak bisa lama di sini karena harus ke kampus ada tugas dari dosen yang harus diselesaikan. Jangan lupa, jika kamu sudah ada luang waktu aku tunggu di Resto KIN'S RAMEN, aku menunggumu."
Seketika Harley menghabiskan teh manis yang dibuat gadis cantik bernama Rahel. Lalu ia berpamitan dengan bu Sintia dan Rahel. Ia berjalan menuju tempat mobilnya yang terparkir tidak jauh dari ruma Rahel. Ia melajukan mobilnya menyusuri gang sempit sampai tidak terlihat dari rumah duka.
Setelah para tamu berangsur-angsur mulai berkurang, Sintia beristirahat di bangku tamu seraya ngobrol dengan Rahel.
"Nak, pemuda tadi, apakah pacar kamu?" Sintia penasaran dengan Harley dan menanyakan kepada anaknya.
"Bukan, Ma. Harley bukan pacarku, tetapi aku telah menjatuhkan laptop miliknya hingga pecah dan rusak. Aku akan mengganti laptop dia dengan bekerja paruh waktu di resto milik papanya. Kami sudah berembuk saat di kampus dan sudah menyetujuinya," ucap Rahel sembari meminum teh hangat karena nggorokannya terasa haus setelah seharian tidak istirahat.
"Oh, Kirain. Tapi apa kamu sanggup membagi waktu untuk bekerja paruh waktu?" tanya Sintia manggut-manggut.
"Harus sanggup, itu sudah menjadi resiko Rahel."
Ia sebenarnya tidak begitu yakin dengan tawaran Harley, tetapi harus dijalani terlebih dahulu, Hasilnya serahkan kepada Alloh.
"Sip. Kamu harus berhati-hati jangan ceroboh lagi ya, Nak," ujar Sintia sembari mencubit hidung anaknya yang menggemaskan.
*** *** ***
"Harley kemana ya, pak? Tadi pagi saya tidak melihat Harley di Restonya yang biasanya dia mampir dulu dan mengecek total pendapatan Resto."
Putriana masuk ke dalam rumah mencari anaknya yaitu Harley Sanjaya. Tetapi, anaknya tidak ada. Lalu ia menanyakan kepada sopirnya yang bernama Mahendra.
"Tuan Muda pergi ke rumah teman kampusnya untuk bertakziah, Nyonya. Yang saya tahu akhir-akhir ini Tuan Muda sering melamun dan secara tidak sengaja melihat isi kertas yang bertuliskan mencintai seorang gadis." Pak Mahendra menjawab pertanyaan majikannya sembari mengelap mobil JEEP hitam milik Putriana.
"Saya mohon selidiki aktivitas anak saya dan ia berinteraksi dengan siapa saja kasih tahu saya!" perintah Putriana kepada sopirnya.
Putriana tidak mau anaknya berhubungan dekat dengan gadis miskin dari rakyat jelata. Ini akan mempengaruhi bisnis yang ia kembangkan bersama suaminya. Harley akan dijodohkan dengan wanita yang setara yaitu keturunan pengusaha kaya raya.
Harley adalah anak kedua dari pasangan yang bernama Putriana yang berusia 40 tahun dan Kinzo Sanjaya yang berusia 45 tahun. Anak kedua mereka bernama Aura Amora yang berusia 25 tahun yang sekarang bersama suaminya berada di Singapura.
Kedua orang tua Harley bersama-sama terjun dalam dunia resto yang diberi nama KIN'S RAMEN. Cabangnya tersebar sampai ke negeri tetangga.
Setelah dari pemakaman, Harley langsung pergi ke kampus. Ia ada tugas dari pak dosen untuk membuat proposal kepanitiaan Seminar Pemuda Indonesia Hebat.
"Harley, saya harap pekan depan tugas kamu selesai. Jangan sampai telat karena acara akan diadakan dua pekan kemudian. Saya percaya kamu bisa, karena kamu Presiden BEM di kampus ini," ucap dosen yang berumur sekitar 35 tahun sambil menepuk pudak Harley.
"Siap, Pak." Jawab Harley.
Harley mulai mengerjakan proposal di ruang kuliahnya dan segera mengetikan tulisan di depan laptop barunya dengan gesit.
Tiba-tiba ponsel Harley berdering. Seketika ia mengambil benda pipih dari sakunya. Lalu ia mengangkat telepon yang ternyata adalah mamanya.
"Halo, ada apa, Ma?" ucap harley sembari mengerjakan tugas.
"Kamu dimana sayang? Mama tadi pagi tidak melihat kamu di Resto yang kebetulan mama mampir ke situ," ujar Putriana cemas kepada anaknya.
"Oh, tadi aku lagi di makam untuk takziah ke rumah temenku karena ayahnya meninggal dunia. Lalu aku bergegas ke kampus ada tugas membuat proposal. Mama jangan khawatir, ya?" jawab Harley.
"Temennya bernama siapa, ya? Orang tuanya pekerjaannya apa?" Putriana menginterogasi Harley untuk memastikan ia berteman dengan orang berada ataukah anak seorang rakyat jelata.
"Kapan-kapan Harley kenalin kok, Ma. Yang pasti orang tua temanku bekerja secara halal."
Dengan kesal Harley memutuskan sambungan telepon karena yang dibahas mamanya hanya soal status pekerjaan, kehormatan dan kekayaan. Harley jenuh dengan kehidupan seperti itu. Ia ingin menemukan kebahagiaan hakiki dalam hidupnya.
Lalu Harley melanjutkan tugasnya yang menumpuk. Tiba-tiba terdengar suara wanita menyapa dirinya.
"Harley kamu belum pulang? Kamu istirahat dulu gih. Temenin aku makan, yuk."
Seorang kakak senior yang bernama Dewi mengajak Harley untuk makan. Namun, Harley menolak dengan halus.
"Nanti saja, kamu duluan saja, tugasnya tanggung," jawab Harley ketus tanpa melirik gadis itu sedikit pun.
"Oke, tapi aku beliin makanan buat kamu, ya? Jangan menolak!"
Tanpa menunggu jawaban dari Harley gadis itu pergi untuk membeli makanan. Tidak lama Dewi membawa dua bungkus seblak dan menyodorkan satu bungkus kepada Harley.
"Harley, ini satu bungkus seblak kuberikan untukmu, dimakan, ya?" ucap Dewi dengan nada genit.
"Letakkan saja di atas meja ini." Harley sebenarnya lapar, namun dia malas meladeni wanita genit seperti Dewi. Sedari tadi tugasnya sudah selesai. Namun ia berpura-pura mengetik tulisan.
"Oke, aku temenin sampai kelar tugasnya, ya?" Dewi memegang kemeja Harley untuk menggodanya.
Selang dua menit terdengar bunyi yang mengagetkan telinga.
Brak!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments