Gadis Pilihan Tuan Muda
Bab 1
"Brughh!"
Sebuah laptop terjatuh saat dua orang pelajar di Kampus Ternama di Kota Semarang saling bertabrakan sehingga laptop tersebut pecah dan tidak bisa diselamatkan kembali. Mereka seorang mahasiswa dan yang satunya adalah seorang mahasisiwi.
"Heh, kamu kalau jalan pakai mata, jangan pakai dengkul!"
Seorang mahasiswa yang memakai kemeja berwarna hitam membentak dengan mata memelotot mengarah ke gadis yang menabraknya. Sementara gadis cantik berbaju biru laut itu mengambil patahan laptop yang tercecer di lantai.
"Maaf, saya tidak sengaja, karena saya terburu-buru untuk mengambil buku yang ketinggalan di perpustakaan.
Dengan perasaan gugup, gadis itu meminta maaf kepada pemuda tampan di hadapannya. Sementara pemuda itu langsung memasukan laptop yang telah rusak ke dalam tas hitam miliknya sembari berkata kepada gadis itu.
"Tidak perlu meminta maaf, tetapi kamu harus mengganti laptop kesayanganku ini," ucap Harley meminta ganti rugi kepada gadis yang bernama Rahel.
Rahel, seorang mahasiswi yang kuliah di Fakultas Bahasa Inggris lewat jalur beasiswa. Ia berumur sembilan belas tahun. Ia tidak menyangka akan mengalami kesialan yang membuat dirinya harus mengganti laptop milik mahasiswa asing yang baru ia lihat.
"Berapa harga laptop itu?" Rahel bertanya kepada Harley tanpa menatap mata pemuda itu karena malu."
"Sepuluh juta! Jika kamu sudah sudah mengganti laptop ini, urusan kita sudah selesai."
Harley menatap Rahel dengan tatapan elang dan menjawab pertanyaan dari gadis itu.
"Apa? Mahal sekali? Aku tidak mempunyai uang sebanyak itu. Aku membiayai kuliah dengan jalur beasiswa." Rahel menjawab pertanyaan dari pemuda itu. Ia hanya anak seorang pegawai pabrik biasa.
Seketika Harley berfikir sejenak dan berkata,
"Begini saja, kamu bekerja paruh waktu selama dua bulan di Resto milik papaku. Jika kamu bisa bekerja penuh dalam waktu dua bulan, ganti ruginya akan aku anggap lunas, bagaimana?"
Sembari memegang dagunya, Harley memberi penawaran kepada Rahel untuk bekerja paruh waktu di Resto milik papanya.
"Baiklah, saya terima tawaran dari kamu."
Dengan wajah berbinar Rahel menyetujui tawaran dari Harley. Akhirnya ia mendapat celah untuk keluar dari kesialannya.
Lantas, Harley memberikan kartu nama kepada Rahel dan langsung beringsut meninggalkan gadis itu. Rahel dengan perasaan campur aduk mulai memasuki ruangan kuliahnya untuk memulai pembelajaran.
Rahel tidak konsentrasi mengikuti pembelajaran mata kuliah pada hari ini, ia masih teringat kejadian tadi yang membuatnya merasa gelisah. Ia harus mempersiapkan besok untuk bekerja paruh waktu di Resto milik papanya Harley.
Seketika Rahel mulai tersadar dari lamunannya dan tidak terasa jam mata kuliahnya sudah usai. Lalu ia bergegas pulang dengan berjalan kaki. Tiba-tiba ada orang yang menyapa dari belakangnya.
"Hay, Rahel, pulang sendirian, ya? Boleh aku temani?"
Seorang lelaki jangkung bertopi hitam menyapa Rahel. Ia memberikan senyum termanisnya kepada gadis pujaan hatinya. Ia adalah teman satu jurusan dengan Rahel.
Lelaki itu diam-diam menyukai Rahel sejak pertama kali bertemu di ruangan pembelajaran. Ia menyukai sosok Rahel karena selain parasnya yang cantik, Rahel adalah gadis yang cerdas, sederhana dan tidak banyak gaya.
"Eh, Faisal, aku bisa pulang sendiri, tidak usah repot-repot," ucap Rahel sembari berjalan menuju pintu gerbang kampus.
Rahel lebih nyaman pulang sendiri, daripada harus bersama laki-laki yang bukan mahrom.
"Yuk, bonceng motor aku sekali-kali, agar tidak capek."
Faisal menuntun motor Ninja kesayangannya, sembari menawarkan boncengan kepada Rahel. Ia bersikeras untuk bisa pulang dengannya namun, Rahel menolaknya.
"Tidak, Kak, aku jalan kaki saja agar lebih sehat. Kakak duluan saja," ujar Rahel tetap menolak tawaran dari Faisal.
Berkali-kali Faisal mendekati Rahel selalu gagal. Rahel gadis yang sulit didekati hingga Faisal merasa tertantang. Lalu Faisal beranjak pergi dengan motor Ninjanya.
Lalu Rahel berjalan cepat untuk menuju rumahnya. Tidak lama ia sampai di depan rumahnya. Ia melihat motor NMAX milik ibunya sudah terpakir di halaman rumahnya. Ternyata ibunya sudah pulang bekerja, tetapi ia tidak melihat ayahnya.
"Bun, jam segini sudah pulang? Biasanya jam lima sore baru pulang, bahkan seringkali lembur sampai malam."
Sembari bersalaman dengan ibunya, Rahel menanyakan perihal kepulangan ibunya yang lebih awal dari biasanya.
"Ayahmu sekarang sedang dirawat di rumah sakit, Nak. Ayah pingsan saat jam istirahat tiba. Setelah sepuluh menit diperiksa namun ayah belum siuman juga, akhirnya petugas pabrik membawa Ayah ke rumah sakit terdekat. Nanti Bunda akan menyusul ke sana."
Ibu Rahel tergesa-gesa memasukan pakaian ke dalam tas dan beberapa makanan serta termos untuk dibawa ke rumah sakit.
"Rahel ikut ya, Bun?" ucap Rahel kepada ibunya sambil meletakkan tas yang masih menempel di punggungnya.
Rahel merasa cemas, ia ingin segera bertemu dengan ayahnya yang kini terbaring di rumah sakit. Sementara ia tidak menghiraukan tawaran dari lelaki bernama Harley. Ia akan fokus menemui ayahnya.
"Baiklah, bawalah beberapa pakaian ganti dan keperluan penting lainnya untuk berjaga-jaga," perintah Sintia kepada anaknya yang kini telah masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil barang.
Ibu Rahel bernama Sintia yang berusia tiga puluh delapan tahun bekerja di Pabrik Shampo sama seperti ayahnya yang bernama Gunawan.
Ayahnya berusia empat puluh tahun.
Tidak lama, Rahel keluar dari kamarnya dan membawa tas berisi barang penting yang sewaktu-waktu diperlukan untuk kebutuhan mendesak.
Sementara ibunya Rahel bersiap-siap untuk menstarter motornya. Mereka mulai berangkat menuju rumah sakit. Selang sepuluh menit, mereka sampai di rumah sakit. Mereka langsung menuju ruangan dimana ayah Rahel dirawat.
Seketika Rahel melihat ayahnya terkulai lemas di ranjang rumah sakit. Sintia ibunya Rahel mendekati suami tercintanya dan memegang tangan suaminya sambil menahan rasa sedih di hatinya.
"Ayah cepat bangun, ini Rahel, kenapa Ayah tiba-tiba sakit?" Sembari mengelus tangan ayahnya Rahel meneteskan air mata karena ayahnya saat ini belum sadar.
"Nak, kita berdoa saja semoga Ayah lekas sembuh, ya," ucap Sintia kepada anaknya hingga terlihat matanya berkaca-kaca.
Seketika seorang perawat datang dengan meja dorong yang berisi peralatan medis akan memeriksa keadaan ayah Rahel.
"Bu, silahkan keluar dulu pasien akan segera diperiksa oleh Dokter," ucap perawat tersebut sembari memeriksa ayah Rahel.
"Baik, Sus," ucap Sintia sembari keluar dari ruangan bersama Rahel.
Tidak lama seorang Dokter tampan masuk ke dalam ruangan di mana ayah Rahel di rawat. Rahel dan ibunya menunggu di ruang tunggu dengan perasaan gundah gulana.
"Bun, sebenarnya Ayah sakit apa? Sampai saat ini belum sadarkan diri," tanya Rahel kepada ibunya.
"Kata Dokter kemaren Ayah terkena serangan jantung karena kelelahan dan kondisinya ngedrop."
Sembari duduk di bangku yang disediakan Sintia menjelaskan penyakit suaminya kepada Rahel.
Seketika Dokter muda tampan itu keluar dari ruangan pak Gunawan dan mendekati Rahel dan ibunya seraya berkata,
"Maaf, Bu, suami Anda ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
willy
hadir say.. 😄 ceritanya ok kok
2023-06-10
0
Jesi Jasinah
hadir thor
2023-05-18
0
✦ẑ̬î̬฿w̆̈ꪶ✫
Semangat kak menulisnya😄.
2023-05-18
0