CLBK~5

Setelah insiden kopi rasa air laut itu, Zio sudah tidak lagi menyuruh Mentari untuk melakukan ini dan itu. Ia lebih memilih mendiamkan sekretarisnya itu dan membiarkannya bekerja dengan baik. Zio sangat tahu jika apa yang ia lakukan itu sudah membuat Mentari kesal sehingga mengerjai seperti tadi. Tetapi apa boleh buat, ia sangat suka melihat wajah kesal Mentari dan sangat suka melihat sikap Tari yang selalu meledak-ledak itu. Sangat menggemaskan baginya, sehingga ia selalu suka mengerjainya.

Hingga jam makan siang tiba, Zio keluar dari ruangannya dan melihat Mentari masih serius dengan pekerjaannya sampai tidak melihat dirinya yang melintas di sampingnya. Zio tersenyum tipis, ia tahu betul jika Mentari memang selalu serius jika sudah mengerjakan sesuatu.

Ia ingat sekali dulu ketika mereka masih Ayang-ayangan di kampus, Mentari sangat serius belajar dan mengerjakan tugas. Bahkan kadang ia tidak menyadari atau bahkan sering mengabaikan Zio saat sedang mengerjakan tugas.

Zio langsung bergegas pergi ketika melihat Mentari menjauhkan wajahnya dari layar komputer. Tidak ingin kedapatan sedang memerhatikan, Zio segera pergi.

"Hah … untung udah selesai. Sudah waktunya makan siang juga, gue mendingan ke kantin kantor deh daripada keluar buat nyari makanan. Mikir soal gaji yang dipotong lima belas persen bikin dompet gue menjerit. Huhh … dasar mantan nggak ada akhlak!"

Mentari memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan mencoba menu di kantin. Ia merasa horor begitu pertama kali masuk karena banyaknya pasang mata yang tengah meliriknya. Namun karena Mentari sudah lapar dan ia adalah gadis yang cuek dengan omongan orang maka ia melenggang masuk dengan santai lalu memesan makanan.

Wiih … makanan di perusahaan gede kayak gini emang berasa seperti makanan restoran. Lumayan juga selera CEO Casanova itu.

Setelah mendapatkan makanannya, Mentari mengambil tempat duduk di pojokan yang masih kosong. Ia kemudian menyantap makan siangannya dengan lahap.

Mentari menggigit sendok saat melihat seseorang duduk di hadapannya. Pria itu tampan namun terkesan dingin. Benar-benar seperti kriteria cowok idaman Mentari. Tak ingin terlihat seperti Elang yang sedang menatap mangsanya, Mentari kembali melanjutkan makannya.

"Lu anak baru di kantor ini?" tanya pria yang duduk di depan Mentari.

Mentari yang sudah selesai makan pun menoleh ke arah pria tersebut dengan sebelah alisnya terangkat.

Ingat Tari, lu harus jaga image. Jangan sampai cowok tampan ini ilfeel sama lu di hari pertama berkenalan.

Mentari mengangguk, "Iya, baru hari ini," jawab Mentari ramah namun ia juga menunjukkan sikap cuek.

"Oh. Selamat bergabung," ucapnya.

Mentari mengangguk, ia bahkan berlama-lama di kursinya hanya karena menunggu pria ini menanyakan namanya namun hingga beberapa menit dan hingga pria itu selesai makan Mentari tak kunjung diajak berkenalan.

What? Dia bahkan nggak nanya nama gue siapa! Dia itu sok cool atau emang masa bodoh sih? Atau apa gue yang nggak menarik lagi jadi dia nggak mau kenalan sama gue? Wah … dia benar-benar badas, gue suka cowok kayak gini. Daripada gue menggalaukan si Zio yang bahkan nggak peduli sama perasaan gue, mending sama cowok itu kemana-mana. Kayaknya dia nggak suka jadi tour ranjang panas kayak si mantan.

Mentari kemudian menyusul pria itu untuk membayar makanan. Ia masih berharap pria tampan ini mau mengajaknya berkenalan. Namun sampai mereka keluar dari kantin ia sama sekali belum mendapatkan info tentang pria itu.

"Eh Juan, lu dari kantin? Kenapa nggak ikut sama kita aja tadi ke kafe depan. Vera dan Ello jadian lho, mereka ngasih pajak jadian di sana," ucap salah satu karyawan pria yang berpapasan dengan pria cool itu.

Oh my God! Jadi namanya Juan. Akhirnya gue tahu juga.

Juan hanya menatap sekilas rekannya itu lalu mereka masuk ke dalam lift. Mentari ingin menyusul tetapi ia terlambat karena pintu lift sudah tertutup.

Mentari mendesah, dengan terpaksa ia harus masuk ke lift lainnya, padahal ia ingin tahu pria bernama Juan itu bekerja di lantai berapa.

"Nggak masalah, besok juga pasti bakalan ketemu lagi. Oh akhirnya, setelah dari pagi gua kehilangan banyak energi karena Zio, sekarang gue udah ngumpulin lagi setelah melihat Juan. Jadi semangat gue kerja disini. Pokoknya gue bakalan hadapi deh semua perintah Zio yang penting gue bisa kerja terus di sini dan bisa bertemu Juan. Mungkin aja dia masih jomblo, biar gue bisa PDKT. Gue nggak mau Zio nganggap gue nggak bisa move on walaupun benar kayak gitu sih."

Di dalam lift itu Mentari hanya seorang diri sehingga ia bisa bebas berceloteh karena tidak akan ada yang mendengarnya berbicara.

Lift terbuka, Mentari kembali ke meja kerjanya dan ia tidak menemukan Ramon di ruangannya. Mentari tidak mengambil pusing, karena masih ada banyak waktu istirahat ia pun memainkan ponselnya.

Mentari membuka pesan dari temannya di kantor pak Santoso. Heni mengiriminya pesan dan Mentari dengan bersemangat membalasnya, ia menceritakan tentang pertemuannya dengan calon belahan jiwanya dengan semangat hingga ia tidak sadar kalau waktu istirahat telah berlalu dan Zio bahkan baru saja melintas di sampingnya.

Dia sedang chatting-an sama siapa? Kenapa senyam-senyum gitu sih?

"Ekhhmm … jam istirahat sudah selesai dan fokuslah bekerja. Gue nggak mau lu bikin laporan yang salah," tegur Zio yang merasa panas melihat Mentari tersenyum sambil berbalas pesan.

"Iyaaa … gue tahu kok, santai aja kali nggak usah nge-gas," ucap Mentari yang tidak peduli dengan teguran Zio.

Mata Zio melotot tetapi Mentari hanya menatap datar pada atasannya ini.

"Mau kamu saya potong gaji kamu lagi?" ancam Zio.

Mentari tersenyum manis, "Nggak masalah Pak, tinggal setengah pun nggak masalah yang penting saya masih bekerja di sini," jawab Mentari tentu dengan sungguh-sungguh karena ia harus tetap bertahan di perusahaan ini sampai mendapatkan Juan yang katanya calon belahan jiwa.

Zio tersentak halus, tidak biasanya Mentari akan menerima segala sesuatu yang menurutnya tidak adil. Justru Mentari terlihat santai, tidak merasa memiliki beban apapun.

Aneh! Apa seseorang yang tadi beralasan pesan dengannya yang sudah menjinakkan Mentari? Nggak bisa, selama ini cuma gue pawangnya. Nggak boleh ada orang lain!

"Masih ada yang ingin anda katakan Pak? Anda butuh sesuatu atau ada yang ingin dibicarakan dengan saya? Atau anda ingin melihat bagaimana saya bekerja?" cecar Mentari karena sedari tadi Zio hanya diam saja sambil melamun namun mata elangnya itu tetap menatap ke arahnya.

Zio terkejut, ia kemudian melenggang masuk ke dalam ruangannya tanpa berkata apapun.

Mentari tidak mengambil pusing, ia kembali fokus dengan pekerjaannya. Ia sudah mendapatkan semangat baru sehingga walau Zio membuatnya kesal maka ia akan berusaha untuk bisa menahan emosinya.

.

.

Mentari yang baru saja menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Ramon padanya. Ia merasa senang karena hasil kerjanya tidak ada yang keliru dan Ramon memujinya walau sedikit. Ia kembali ke kursinya dan berpapasan dengan seorang wanita cantik dengan rambut berwarna kecokelatan yang tergerai indah hingga pinggangnya. Wanita itu berpakaian kurang bahan dan berhenti di depan Mentari.

"Bos lu ada di dalam?" tanya wanita itu.

Mentari mengangguk, "Kalau boleh tahu anda siapa dan ada keperluan apa?" tanya Mentari dengan sopan.

"Gue Bella, calon istrinya Zio. Tolong lu bilang ke dia kalau gue datang. Dia soalnya nggak suka kalau gue langsung nyelonong masuk tanpa laporan dulu," jawab wanita yang akhirnya Mentari tahu bernama Bella

Jlebbb …

Mentari seolah merasa jantungnya baru saja ditusuk belati mendengar ucapan wanita ini. Ia membandingkan dirinya dan Bella yang jelas jauh berbeda. Pantas saja Zio bisa cepat move on darinya, rupanya pengganti jauh lebih cantik dan menarik dibanding dirinya.

Kok gue galau ya?

"Lu kenapa diam aja sih? Cepetan dong!"

Mentari tersentak, ia kemudian segera masuk ke ruangan Zio. Ia bisa melihat mantan terindahnya–yang ia tangisi hampir setiap malam pasca putus–dan kini berubah menjadi mantan bangsat itu sedang sibuk memeriksa berkas.

Tidak bisa dipungkiri, Zio sangat tampan ketika sedang serius.

"Ada apa? Lu kangen gue lagi?" tanya Zio tanpa mengalihkan pandangannya.

Mentari terkejut namun itu tidak lama karena ia kembali kesal pada Zio. "Lu tahu nggak kalau lu itu udah jadi mantan gue. Mantan itu bukan pahlawan yang harus gue kenang dan gue kangenin. Jangan percaya diri tinggi lu. Lagian di luar ada calon istri lu lagi nungguin. Mau disuruh masuk atau didiamin aja di luar," ucap Mentari dengan bibir gemetar, ada rasa sesak saat ia mengatakan calon istri Zio.

Zio yang masih fokus pada berkasnya langsung menatap Mentari dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Suruh masuk aja. Tapi lain kali kalau gue lagi sibuk lu tolong kasih tahu kalau gue nggak bisa ditemui. Lu konfirmasi dulu ke gue," ucap Zio dan entah kenapa Mentari seolah mendengar suara Zio itu melembut.

Perasaan gue aja atau emang dia lagi mode manis ya? Jangan bikin gue gagal move on dong.

Episodes
1 CLBK~1
2 CLBK~2
3 CLBK~3
4 CLBK~4
5 CLBK~5
6 CLBK~6
7 CLBK~7
8 CLBK~8
9 CLBK~9
10 CLBK~10
11 CLBK~11
12 CLBK~12
13 CLBK~13
14 CLBK~14
15 CLBK~15
16 CLBK~16
17 CLBK~17
18 CLBK~18
19 CLBK~19
20 CLBK~20
21 CLBK~21
22 CLBK~22
23 CLBK~23
24 CLBK~24
25 CLBK~25
26 CLBK~26
27 CLBK~27
28 CLBK~28
29 CLBK ~29
30 CLBK~30
31 CLBK~31
32 CLBK~32
33 CLBK~33
34 CLBK~34
35 CLBK~35
36 CLBK~36
37 CLBK~37
38 CLBK~38
39 CLBK~39
40 CLBK~40
41 CLBK~41
42 CLBK~42
43 CLBK~43
44 CLBK~44
45 CLBK~45
46 CLBK~46
47 CLBK~47
48 CLBK~48
49 CLBK~49
50 CLBK~50
51 CLBK~51
52 CLBK~52
53 CLBK~53
54 CLBK~54
55 CLBK~55
56 CLBK~56
57 CLBK~57
58 CLBK~58
59 CLBK~59
60 CLBK~60
61 CLBK~61
62 CLBK~62
63 CLBK~63
64 CLBK~64
65 CLBK~65
66 CLBK~66
67 CLBK~67
68 CLBK~68
69 CLBK~69
70 CLBK~70
71 CLBK~71
72 CLBK~72
73 CLBK~73
74 CLBK~74
75 CLBK~75
76 CLBK~76
77 CLBK~77
78 CLBK~78
79 CLBK~79
80 CLBK~80
81 CLBK~81
82 CLBK~82
83 CLBK~83
84 CLBK~84
85 CLBK~85
86 CLBK~86
87 CLBK~87
88 CLBK~88
89 CLBK~89
90 CLBK~90
91 CLBK~91
92 CLBK~92
93 CLBK~93
94 CLBK~94
95 CLBK~95
96 CLBK~96
97 CLBK~97
98 CLBK~98
99 CLBK~99
100 CLBK~100
101 CLBK~101
102 CLBK~102
103 Pengumuman
104 CLBK~103
105 CLBK~104
106 CLBK~105
107 CLBK~106
108 CLBK~107
109 CLBK~108
110 CLBK~109
111 CLBK~110
112 CLBK~ 111
113 CLBK ~ 112
114 CLBK ~ 113
115 CLBK~114
116 CLBK~115
117 CLBK~116
118 CLBK~117
119 CLBK ~ 118
120 CLBK ~ 119
121 CLBK ~ 120
122 CLBK ~121
123 CLBK ~122
124 CLBK ~ 123
125 CLBK ~ 124
126 CLBK ~125
127 CLBK ~126
128 CLBK ~ 127
129 CLBK ~ 128
130 CLBK ~ 129
131 CLBK ~ 130
132 CLBK ~ 131
133 CLBK ~ 132
134 CL K ~ 133
135 CLBK ~ 134
136 CLBK ~ 135
137 CLBK ~ 136
138 CLBK ~ 137
139 CLBK~138
140 CLBK ~ 139
141 CLBK ~ 140
142 CLBK ~ 141
143 CLBK ~ 142
144 CLBK ~ 143
145 CLBK ~ 144
146 CLBK ~ 145
147 CLBK ~ 146
148 CLBK ~ 147
149 CLBK ~ 148
150 CLBK ~ 149
151 CLBK ~ 150
152 CLBK ~ 151
153 CLBK ~ 152
154 CLBK ~ 153
155 CLBK ~ 154
156 CLBK ~ 155
157 CLBK ~ 156
158 S2 - bab 1
159 S2 Bab 2
160 S2 - Bab 3
161 S2 ~ Bab 4
162 S2 ~ Bab 5
163 S2 ~ bab 6
164 S2 ~ Bab 7
165 S2 ~ Bab 8
166 S2 ~ Bab 9
167 S2 ~ Bab 10
168 S2 ~ Bab 11
169 S2 ~ Bab 12
170 S2 ~ Bab 13
171 S2 ~ Bab 14
172 S2 ~ Bab 15
173 S2 ~ Bab 16
174 S2 ~ Bab 17
175 S2 ~ Bab 18
176 S2 ~ Bab 19
177 S2 ~ Bab 20
178 S2 ~ Bab 21
179 S2 - Bab 22
180 S2 ~ Bab 23
181 S2 ~ Bab 24
182 S2 ~ Bab 25
183 Episode Terakhir
184 Dear pembaca setia
Episodes

Updated 184 Episodes

1
CLBK~1
2
CLBK~2
3
CLBK~3
4
CLBK~4
5
CLBK~5
6
CLBK~6
7
CLBK~7
8
CLBK~8
9
CLBK~9
10
CLBK~10
11
CLBK~11
12
CLBK~12
13
CLBK~13
14
CLBK~14
15
CLBK~15
16
CLBK~16
17
CLBK~17
18
CLBK~18
19
CLBK~19
20
CLBK~20
21
CLBK~21
22
CLBK~22
23
CLBK~23
24
CLBK~24
25
CLBK~25
26
CLBK~26
27
CLBK~27
28
CLBK~28
29
CLBK ~29
30
CLBK~30
31
CLBK~31
32
CLBK~32
33
CLBK~33
34
CLBK~34
35
CLBK~35
36
CLBK~36
37
CLBK~37
38
CLBK~38
39
CLBK~39
40
CLBK~40
41
CLBK~41
42
CLBK~42
43
CLBK~43
44
CLBK~44
45
CLBK~45
46
CLBK~46
47
CLBK~47
48
CLBK~48
49
CLBK~49
50
CLBK~50
51
CLBK~51
52
CLBK~52
53
CLBK~53
54
CLBK~54
55
CLBK~55
56
CLBK~56
57
CLBK~57
58
CLBK~58
59
CLBK~59
60
CLBK~60
61
CLBK~61
62
CLBK~62
63
CLBK~63
64
CLBK~64
65
CLBK~65
66
CLBK~66
67
CLBK~67
68
CLBK~68
69
CLBK~69
70
CLBK~70
71
CLBK~71
72
CLBK~72
73
CLBK~73
74
CLBK~74
75
CLBK~75
76
CLBK~76
77
CLBK~77
78
CLBK~78
79
CLBK~79
80
CLBK~80
81
CLBK~81
82
CLBK~82
83
CLBK~83
84
CLBK~84
85
CLBK~85
86
CLBK~86
87
CLBK~87
88
CLBK~88
89
CLBK~89
90
CLBK~90
91
CLBK~91
92
CLBK~92
93
CLBK~93
94
CLBK~94
95
CLBK~95
96
CLBK~96
97
CLBK~97
98
CLBK~98
99
CLBK~99
100
CLBK~100
101
CLBK~101
102
CLBK~102
103
Pengumuman
104
CLBK~103
105
CLBK~104
106
CLBK~105
107
CLBK~106
108
CLBK~107
109
CLBK~108
110
CLBK~109
111
CLBK~110
112
CLBK~ 111
113
CLBK ~ 112
114
CLBK ~ 113
115
CLBK~114
116
CLBK~115
117
CLBK~116
118
CLBK~117
119
CLBK ~ 118
120
CLBK ~ 119
121
CLBK ~ 120
122
CLBK ~121
123
CLBK ~122
124
CLBK ~ 123
125
CLBK ~ 124
126
CLBK ~125
127
CLBK ~126
128
CLBK ~ 127
129
CLBK ~ 128
130
CLBK ~ 129
131
CLBK ~ 130
132
CLBK ~ 131
133
CLBK ~ 132
134
CL K ~ 133
135
CLBK ~ 134
136
CLBK ~ 135
137
CLBK ~ 136
138
CLBK ~ 137
139
CLBK~138
140
CLBK ~ 139
141
CLBK ~ 140
142
CLBK ~ 141
143
CLBK ~ 142
144
CLBK ~ 143
145
CLBK ~ 144
146
CLBK ~ 145
147
CLBK ~ 146
148
CLBK ~ 147
149
CLBK ~ 148
150
CLBK ~ 149
151
CLBK ~ 150
152
CLBK ~ 151
153
CLBK ~ 152
154
CLBK ~ 153
155
CLBK ~ 154
156
CLBK ~ 155
157
CLBK ~ 156
158
S2 - bab 1
159
S2 Bab 2
160
S2 - Bab 3
161
S2 ~ Bab 4
162
S2 ~ Bab 5
163
S2 ~ bab 6
164
S2 ~ Bab 7
165
S2 ~ Bab 8
166
S2 ~ Bab 9
167
S2 ~ Bab 10
168
S2 ~ Bab 11
169
S2 ~ Bab 12
170
S2 ~ Bab 13
171
S2 ~ Bab 14
172
S2 ~ Bab 15
173
S2 ~ Bab 16
174
S2 ~ Bab 17
175
S2 ~ Bab 18
176
S2 ~ Bab 19
177
S2 ~ Bab 20
178
S2 ~ Bab 21
179
S2 - Bab 22
180
S2 ~ Bab 23
181
S2 ~ Bab 24
182
S2 ~ Bab 25
183
Episode Terakhir
184
Dear pembaca setia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!